What If 2 : You kissed me.

3.7K 110 2
                                    

Haloo ternyata aku sudah lama menghilang 😔

Aku post what if sekarang yappp!

Setelah ini banyak adegan 🔞 mohon bijak dalam membaca

Naina membuka matanya merasakan sinar matahari malu-malu menyelinap dari balik gorden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naina membuka matanya merasakan sinar matahari malu-malu menyelinap dari balik gorden. Ia membuka matanya perlahan dan menyadari ia tak pulang ke penthouse. Naina ada di ruang kamar dengan dominasi warna biru muda. Ia ingat kamar ini, kamar lama Sean yang beralih fungsi jadi kamar tamu.

Bagaimana bisa aku berakhir di kamar ini—sialan!

Naina teringat kejadian malam tadi. Ia bangun seketika. Jantungnya berdetak kencang, ia gugup mengingat kejadian tadi malam. Naina membuka selimutnya, Sean membawanya kesini tanpa memakaikan kembali celananya. Ia hanya ditutupi rok diatas lutut yang pastinya terlihat jika Sean menggendongnya semalam.

"Mommy," suara Kaia memaksa Naina tersadar. Anaknya sudah bangun dan Naina tidak mungkin keluar kamar dengan bau alkohol yang menempel di seluruh tubuhnya. "Mommy, are you there?"

"Kaia main sama Papa dulu," sahut Naina dari dalam kamarnya.

"Mami nggak mau sarapan? Ada Eyang Uti dan Papa juga." Suara Kaia terdengar lagi. Namun, belum sempat Naina menimpalinya, suara Sean terdengar.

"Kaia," panggilan itu membuat Naina berdebar. Ia belum berani melihat Sean. Kalau ia bisa, sampai kapanpun ia ingin terus menghindari Sean. "Ayo kita makan dulu. Nanti kita antar makanan untuk Mami."

Naina lega, setidaknya beberapa detik setelahnya Kaia dan Sean berlalu dari kamarnya. Beruntung, harusnya Naina segera bangkit untuk mandi sekarang.

Naina terfokus dengan salah satu bingkai foto. Ada anak laki-laki berusia tiga tahun yang sibuk dengan sekop dan ember pasirnya. Sudah pasti itu Sean, laki-laki itu senang sekali bermain di pantai. Namanya saja Sean, Naina pernah dengar jika Mama memilih nama itu karena Mama selalu mengajak ke pantai. Inilah alasan keduanya membeli sebuah villa di pinggir pantai.

Bicara soal laut, Sean pernah bilang jika ia suka warna biru yang sangat menggambarkan laut. Naina tahu biru adalah warna kesukaan laki-laki itu sejak ia kecil. Tanpa Naina sadari, ia juga ikut menyukai warna biru karena ia menyukai Sean waktu itu.

Apakah ini terdengar menjijikan?

Tapi, ia juga tak peduli dengan masa lalunya. Sean sudah jadi masa lalu yang menyenangkan untuk dikenang. Tidak lagi ada drama untuk kembali. Naina harus membuka lembaran baru dengan pasangan yang baru pula.

Ketenangan Naina hilang padahal ia belum bangkit dari kasurnya. Kali ini ada ketukan lain di depan kamar yang Naina gunakan. "Pagi, Ibu. Saya bawa pakaian untuk Bu Naina."

Oh iya, Naina lupa ia tak punya satu pasang pakaian pun. Terpaksa perempuan itu bangkit untuk mengambil pakaian yang dibawakan salah satu ART keluarga Sean. Saat membuka pintu, Naina melihat perempuan yang membawakan beberapa paperbag dengan berbagai macam warna. Tebakannya, ia membawakan beberapa macam pakaian untuk Naina.

Goodbye, Mr. ParkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang