Malam setelah Naina pulang ke rumah.
"Tidak ada yang tahu kalau kamu akhirnya datang ke Jepang, Sean. Sejak kapan kamu sampai di sini?" Vania bicara saat Sean melangkah masuk ke rumah yang disewa keluarganya selama di Jepang.
Sudah satu minggu Sean menetap di Jepang. Ia menyewa sebuah rumah yang tak jauh dari tempat Andrew tinggal. Ia memastikan bisa datang setiap waktu untuk menemui mantan istrinya di rumahnya.
"Sudah seminggu, Ma." Katanya sebelum duduk di salah satu sofa yang kosong. "Di mana Papa?"
"Bertemu Kento, mereka biasanya berkendara mencari udara segar."
Sean tidak tahu sejak kapan Papanya dan Kento jadi dekat. Ia berasumsi jika mereka sering bertemu karena Andrew ada di Jepang.
"Mama belum selesai bicara, kita kembali ke topik utama. Apa alasan kamu datang ke sini?"
"Apalagi kalau bukan untuk bertemu Naina?" Sean tak mengerti mengapa Mamanya seakan tak mengerti dengan anaknya sendiri.
"Kamu tahu kalau Naina marah besar sama kamu, kan?" Vania mencoba mengingatkan Sean akan kesalahannya. "Mama lihat Naina juga tidak berminat kembali,"
"Tahu, Ma. Dia hamil dan aku tidak bisa membiarkan Naina mengasuh Kaia sendirian."
Kaia Sofia Parker merupakan nama yang keduanya sepakati. Naina yang menambahkan nama 'Sofia' di tengahnya.
Mantan istrinya berpikir jika nama itu cukup indah. Cantik dan terdengar anggun. Sean tentu langsung setuju. Apapun akan ia lakukan demi membahagiakan perempuan itu.
"Darimana kamu tahu kalau Naina hamil? Apa Jill dan Kassa yang memberitahu kamu? Kalau iya, anak-anak itu sungguh—" belum sempat Mama menyelesaikan perkataannya, Sean langsung menyela.
"Kenapa Mama dan Papa tidak membiarkan aku tahu soal kehamilan ini?" Timpalnya kemudian.
"Karena Naina yang memintanya." Mamanya tak mau kalah.
"Aku anak Mama." Sean mendebat.
"Anak Mama tidak bodoh."
"Oh, sialan." Sean bangkit dari kursinya. Ia frustasi bicara dengan Mamanya.
Salah satu alasan ia menyembunyikan kedatangannya adalah ini. Ia tak suka berdebat dengan Mamanya.
"Aku sudah sepenuhnya tersadar, Ma. Aku tidak pernah sedikitpun mempertahankan Adel semenjak aku tertarik dengan Naina. Ya, aku akui kalau saat itu aku bodoh. Aku meminta Naina tidak pernah datang lagi. Itu kesalahanku, kesalahan yang paling fatal sampai membuatnya pergi."
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak kembali dengan Adel saja?" Sean mengeluh mendengar pertanyaan itu.
Sean kembali duduk di tempatnya semula. Ia memandangi perempuan yang telah melahirkannya. Jelas sekali Mamanya tak suka melihat Sean datang ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Mr. Parker
ChickLitJodoh itu bukan dicari, tetapi dijebak. Dan Naina memilih menjebak Sean Parker untuk menjadi jodohnya.