Naina menahan tangan Sean tatkala laki-laki itu mencubit puncak dadanya. Bibir yang sibuk mencumbu Naina kini terlepas. Laki-laki itu mengangkat kedua tangan Naina hingga kedua tangan itu tak berdaya ada di atas kepalanya. Meski hanya dengan satu tangan, Sean bisa dengan mudah menahan perempuan itu hingga Naina tak bisa lagi berontak di atas kasur.
"Kalau kita lanjutkan..." Naina melenguh tetapi ia berusaha menatap laki-laki yang ada di atasnya itu. "Kita nggak akan bisa sama seperti dulu, Sean."
"Itu yang aku inginkan," wajah Sean menyelinap diantara tangan dan leher Naina. Ia beberapa kali mengecup lehernya sebelum memainkan lidahnya di sana. "I still want you, Naina. Bahkan setelah lima tahun, aku tidak bisa melupakan kamu."
Naina menarik nafas cepat saat Sean bermain-main dengan lidahnya. Tubuhnya terkekang tak bisa melawan laki-laki itu. Ia tertahan, tubuhnya tak bisa bergerak akibat Sean. Tangannya ditahan Sean, sementara tubuhnya tersudutkan karena Sean.
Hanya berselang dua minggu setelah ia putus dari Rakka, Naina kini tak lagi menangis. Tidak ada yang menyangka jika Naina akan berakhir di kamar ini dengan Sean. Perempuan itu kini tak lagi menghindar. Ia memberikan kesempatan Sean. Ia membuka jalan seluas-luasnya supaya Sean bisa memenangkan perempuan itu lagi.
Sean melepaskan tangan Naina ketika ia sibuk melepaskan kaos warna abu miliknya. Sean tak bisa lagi menahan diri. Jika Naina setuju untuk membiarkan Sean kembali, ia tak akan membiarkan perempuan itu tertidur semalaman. Ada yang harus keduanya tuntaskan setelah lima tahun ini.
"Aku benci harus kebingungan setiap saat, Sean. Dahulu kamu bilang kalau kamu menyukaiku. Nyatanya kamu berpacaran dengan Adel." Sean kelihatan tidak tertarik dengan apa yang Naina bicarakan. Ia sibuk melepaskan celana miliknya lalu membantu menarik celana dalam perempuan itu. "Tunggu! Apa sekarang aku juga akan sama bingungnya seperti—"
Sean tak ingin banyak bicara, ia menyumpal bibir perempuan itu dengan bibirnya. Perempuan itu sudah membuatnya gila beberapa tahun terakhir. Semua yang ia lakukan dengan Adel hanyalah pelariannya. Mestinya perempuan itu tahu jika selama ini ialah yang membuat Sean menggila sendirian.
"Aku harus apa supaya membuat kamu yakin? Apa aku harus menikahi kamu besok pagi? Kalau itu yang kamu mau, ayo kita lakukan." Naina membuka mulutnya sedikit saat Sean mulai memasukinya. "Shit! Sempit sekali."
Naina memeluk punggung itu, tubuhnya kini dipenuhi oleh adik kecil Sean yang sudah masuk setengahnya. Sean kembali mendorongnya hingga erangannya terdengar. Sean mengelus rambut Naina, mengusap beberapa anak rambut ke belakang telinganya. Rambut yang tergerai sudah acak-acakan. Ia sungguh kacau dengan wajah terangsang hebat.
"Kamu tahu kalau kita tak bisa mundur lagi, Naina." Perempuan itu menatap Sean dengan tatapan tak berdaya. Sebelum akhirnya ia mengangguk dan setuju akan hal yang dikatakan Sean. "Setelah liburan ini kita harus segera menyiapkan pernikahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Mr. Parker
ChickLitJodoh itu bukan dicari, tetapi dijebak. Dan Naina memilih menjebak Sean Parker untuk menjadi jodohnya.