Keesokan harinya, Lisa menemani Jennie ke rumah sakit dan menemaninya sampai dia menyelesaikan semua tes yang diperlukan. Mereka berjalan keluar rumah sakit menuju tempat parkir mobil dan Jennie menoleh pada Lisa lalu bertanya.
"Apakah kamu marah denganku?"
"Tidak."
"Kurasa memang begitu." kata Jennie dan mengerutkan kening. Lisa menghela nafas dan menenangkan dirinya sebelum berbalik menghadap Jennie. Dia menyentuh bahu Jennie dan berbicara.
"Jennie, tidak bisakah kamu mendengarkan ku sekali saja dan menjalani terapi?"
"Kenapa? Apa Dokter Jisoo bilang kalau aku sakit parah atau aku akan mati?" Jennie bertanya.
"Bukan begitu. Hanya saja, kamu memang harus menjalani terapi." kata Lisa.
"Kenapa? Karena kamu takut aku akan melakukan sesuatu yang berbahaya pada diriku sendiri atau mungkin aku akan mengganggu hidupmu? Lisa, apakah kamu merasa aku sudah membebani mu?" Jennie bertanya dengan dingin.
"Tidak, bukan begitu.."
"Lalu ada apa? Kamu ingin aku menjalani terapi? Aku bahkan tidak ingat siapa aku atau orang seperti apa aku ini. Aku bahkan tidak tahu apa yang salah dengan diriku dan kamu terus membicarakan tentang terapi. Katakan padaku dengan serius, apakah aku orang yang berbahaya? Itu yang kau sebut kecelakaan, sebenarnya bukan kecelakaan, kan?" Jennie bertanya dan menepis tangan Lisa dari bahunya.
"Jennie, aku mengkhawatirkan mu dan aku melakukan ini demi kebaikanmu sendiri." kata Lisa padanya dan Jennie tertawa sinis.
"Berhentilah membodohi dirimu sendiri. Kamu tidak melakukan apa pun demi kebaikanku. Kamu hanya khawatir aku akan melakukan sesuatu yang akan merusak citramu. Bukankah begitu?"
"Jen, dengarkan aku–"
"Tidak, Lisa dengarkan aku. Aku tidak sakit dan karena itu aku tidak perlu mengunjungi psikiater mana pun. Jika kamu tidak berhenti membicarakan hal ini sekarang, maka aku tidak akan pulang bersamamu."
"Baiklah, lakukan sesukamu." ucap Lisa lalu berjalan pergi menuju mobilnya.
Jennie menatapnya lalu tertawa sebelum berbalik. Dia berjalan menyeberangi jalan dan mengabaikan Lisa. Beberapa menit kemudian, Lisa berbalik untuk memeriksa keberadaan Jennie. Dia sudah lama menyeberang jalan dan Dia mengumpat lalu masuk ke dalam mobil. Hujan akan segera turun.
Tak jauh dari mobil Lisa berdiri ada sebuah mobil Bentley berwarna hitam. Lorca menyaksikan dengan penuh minat pemandangan yang terlihat di hadapannya. Dia menyeringai dan bergumam pada dirinya sendiri, "Monster akan selalu menjadi monster bahkan ketika mereka tidak mengingat apa pun. Jennie Kim, sudah lama tidak bertemu denganmu."
Lisa mengikuti Jenie yang berjalan perlahan di tengah hujan. Lisa dapat melihat dari dalam mobil bahwa Jennie menangis di tengah hujan namun sifat keras kepalanya tidak dapat diduga. Dia menolak masuk ke mobil dan lebih memilih berjalan di tengah hujan.
Lisa tidak tahan lagi. Dia menepi dan turun dari mobil dengan membawa payung. Dia berlari ke arah Jennie namun dia melihat Jennie telah berhenti berjalan. Tiba-tiba, mobil lain menepi di depan Jennie dan dia melihat seseorang.
Lisa mengerutkan kening dan mendekat ketika penampilan pria itu menjadi jelas baginya. Dia berdiri di samping Jennie yang tatapan nya tertuju pada pria berjas hujan dan memegang payung. Pria itu tersenyum padanya.
Jennie menatap pria itu dan menoleh untuk melihat Lisa di sampingnya. Dia memandang Lisa dan berbalik untuk melihat pria itu. Kilatan gambaran terlintas di benaknya dan tanpa sadar bulu matanya bergerak-gerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO - JENLISA [GxG]
FanfictionIni adalah kisah romantis tentang dua wanita. Satu dikhianati oleh cinta dan satu lagi tidak dapat mengingat masa lalunya dan memiliki DID yang juga dikenal sebagai Split Personality Disorder. "Kamu milikku, Lisa Manoban. Kamu tidak boleh bersama wa...