Masa Lalu

40 7 0
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan vote ya! Terima kasih.

______________________


Suatu ketika dimana hari yang sungguh panas menyengat kulit seorang gadis yang sedang bermain. Adanya panas matahari tak menghalangi nya untuk terus berlarian kesana-kemari. Hingga suatu hal terjadi, tiba tiba gadis itu merasakan sakit pada dada kirinya. Dia sudah tau, selalu saja begini jika ia kelelahan, sakit jantungnya kambuh, rasa sesak semakin menyelimuti seluruh dada.

Untung nya, dengan sigap ibu berlari ke arah nya dan membopong tubuh kecil itu. Saat itu, bapak yang sedang bekerja pun mendapat telepon dari ibu, bahwa gadis itu, Alysha, harus segera dibawa ke rumah sakit. Dengan cepat bapak memutuskan telepon sepihak dan langsung bergegas untuk pulang.

Setelah bapak sudah pulang ke rumah dengan keadaan cemas, dan ibu yang sudah siap menggendong Alysha pun dengan segera menaiki motor dan langsung menancapkan gas untuk menuju rumah sakit yang berada di kota.

Sesampainya di rumah sakit, Alysha langsung mendapatkan oksigen. Setelah itu, dokter juga memasang alat panjang yang entah apa ia juga tidak tau dan diletakkan di hidung, awalnya Alysha risih dengan alat-alat itu, tapi ibu membawakan susu kotak kesukaannya agar Alysha tetap tenang.

Untung saja setelah beberapa jam berada di rumah sakit, akhirnya ia pun diperbolehkan untuk pulang, tapi Alysha menolak untuk langsung pulang. Ia mengajak bapak untuk pergi membeli boneka di mall yang berada didekat rumah sakit dan bapak meng-iyakan ajakan nya.

Sampai di salah satu mall yang ada di kota, ibu memilih boneka lebah yang cukup lucu, berwarna merah dan berbintik hitam. Alysha menyukai boneka itu, dan memutuskan untuk  membeli nya.

Dulu keluarga nya memang terbilang cukup mampu untuk membeli ini itu. Tapi sekarang untuk membeli beras saja uang nya tidak cukup.

Alysha ingat, dulu waktu bapak bekerja di luar pulau dan belum mendapat kan gaji, Alysha dan kedua adik nya hanya makan nasi yang dicampur bawang merah dan juga kecap. Ibu juga dulu berjualan susu kedelai mengelilingi kampung. Tidak hanya itu, ibu juga berjualan gorengan.

-------


PRANG

Alysha yang baru saja tiba di rumah, mendengar suara pecahan kaca yang memasuki indra pendengarannya.  Alysha melihat kedua adiknya di depan rumah yang sedang menangis ketakutan, dirinya heran mengapa mereka menangis sambil melihat kedalam rumah. Ia menenangkan terlebih dahulu adiknya yang paling kecil berusia enam tahun. Setelah itu, baru dirinya mendekati pintu untuk melihat keributan apa itu.

Tak menyangka, saat Alysha melihat ternyata bapak dan ibu nya sedang bertengkar hebat. Gadis itu sedikit terisak dan ingin menenangkan ibu yang telah tersulut api emosi. Ia ingin mendekat namun langkahnya terhenti ketika ibu mengambil sebuah mangkok yang berada di dekat nya, matanya terbelalak saat ibu memecahkan mangkok itu pada kepala bapak, tangisan Alysha pun pecah.

Alysha berteriak namun mereka tak menghiraukannya, "ibu udah ibu, kasian bapak," ucapnya.

Alysha mendekati kedua adiknya dan memeluknya erat-erat. Namun tak berselang lama bapak berteriak menyuruh ibu ber istighfar.

Alysha menoleh, ternyata ibu sedang mengangkat tinggi-tinggi gunting besar yang ada digenggaman tangan nya. Tangisan mereka bertiga pun  semakin menjadi.

Bapak segera berlari keluar dengan pakaian dan rambut yang sudah acak-acakan dan dengan cepat bapak menggendong adik yang kecil dan juga menggandeng tangan Alysha dan adik keduanya.

Tetapi, ibu juga mengikuti kami dengan membawa gunting, kami sangat ketakutan melihat ibu yang sudah seperti orang kesetanan.

Ibu menusuk-menusukkan gunting itu pada jok motor bapak secara brutal dan membabi-buta. Setelah itu, bapak menyingkirkan gunting itu dan langsung berlari ke arah motor.

Alysha dan adik kedua nya mengikuti langkah bapak yang akan pergi  mereka sangat takut dengan ibu. Bapak menaiki motor nya dan mereka pun juga ikut, terlihat jelas bahwa kepala bapak pusing, Alysha semakin terisak melihat keadaan bapak yang sangat mengenaskan.

Hanya perlu waktu lima menit saja, mereka telah sampai di sebuah rumah. Ternyata, bapak membawa Alysha dan adiknya di rumah pakde. Bapak turun dari motor dengan menggandeng tangan mereka.

Setelah masuk di rumah pakde, tatapan bingung dari pakde yang melihat kondisi bapak yang sudah tak berbentuk.

Bapak menceritakan kejadian yang dialami tadi kepada pakde dengan air mata yang sudah menetes. Pakde mengusap pelan pundak bapak dan ikut meneteskan air mata nya karena melihat kami.

"Ada apa to le, coba tenangkan dirimu dulu ada masalah apa sebelumnya?"

"Hanifah mas, aku lihat dia sama laki-laki lain. Aku ya ngga terima lihat istri ku berduaan sama laki-laki lain gitu bercanda, apalagi semenjak dia buka warung itu dia jadi centil."

"lha terus kok bisa sampai gini gimana? Kamu salah paham sama dia berarti?"

Abdul menggelengkan kepalanya. "Awalnya aku kasih tau baik-baik mas, tapi dia nya mungkin merasa tersinggung sama ucapan ku. sampai aku emosi dan nyeletuk 'emang kamu itu cuma perempuan lulusan sma yang ngga bisa jadi contoh buat anak-anak mu, kamu lulusan sma bodoh!"

Ahmad menghembuskan nafasnya. "Kamu juga salah kok le, ngga seharusnya nya kamu bilang seperti itu. sama saja kamu merendahkan dia."

"Ya ngga cuma itu juga mas. aku udah menganggur lama, dan aku hanya bergantung sama penghasilan warung dia, sama aja itu juga usaha bersama kan mas? Tapi dia selalu nyuruh aku buat cari kerja."

"Yaudah, sekarang kamu sama anak-anak disini dulu aja, kasian."

"Maaf ngerepotin, mas."

"Engga le, engga apa-apa."

Setelah kejadian itu, kami tinggal di rumah peninggalan nenek yang bersebelahan dengan rumah pakde. Kami juga sudah mengemasi barang-barang kami.

Beberapa minggu kemudian, ibu dan bapak memutuskan untuk bercerai. Memang Alysha belum mengetahui mengapa ibu dan bapak nya sudah tidak tinggal satu rumah, ia hanya berfikir mereka berdua hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran.

Hingga perlahan dirinya dewasa, ia tau ibu dan bapak bukan tidak tinggal lagi satu rumah. Namun, memang sudah bercerai, dan memutuskan hubungan antara keduanya.

Alysha sering merasa iri terhadap teman-teman yang berada di sekolah. Mereka sering menggunakan liburan sekolah nya untuk berjalan-jalan dengan keluarga. Dan menceritakan hal tersebut dengan sangat antusias kepada dirinya. Ia hanya bisa tersenyum tanpa bisa membalas ceritanya.

Di usia nya yang belum menginjak dua belas tahun, dirinya sudah harus merasakan sakit ditinggal kan oleh kedua orang tua nya. Bukan ditinggal sejauh nya sendirian, melainkan kedua nya tidak bisa membimbing dan melihat dirinya tumbuh secara bersama.

ya Allah, mengapa hati nya menginginkan keluarga yang utuh lagi disaat Alysha sudah merasa ikhlas?

Kenapa rasa ini muncul ya Allah, Alysha ingin kembali ke masa kecil yang tak pernah merasakan apa itu sedih, ia juga rindu keluarganya yang dulu. Sakit jika mengingat luka yang tak bisa disembuhkan sampai kapan pun.

Melihat dengan mata kepala sendiri, melihat langsung orang tua bertengkar hebat hingga mereka memutuskan untuk berpisah. Alysha ingin seperti anak-anak lain, Alysha iri ya Allah jujur dirinya iri, saat anak anak lain menceritakan tentang keharmonisan keluarga nya, ia hanya bisa tersenyum agar air mata tidak membasahi pipi.

Tapi nyatanya Alysha tidak sekuat itu, kadang Alysha hanya bisa menangis sesekali untuk bisa tersenyum kembali.

--------


Gimana part 1 nya? Maaf banget jika masih banyak kurang nya, karena ini pertama kali aku buat cerita. Makasih yang udah mau baca ya!

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang