Menantu Idaman?

14 4 0
                                    

Jika hatimu terluka oleh kata kata manusia, maka ingatlah nasehat ali bin abi thalib, beliau berkata:

Jika ada kata kata yang melukai hati, menunduk lah dan biarkan dia melewati hatiku, jangan dimasukkan kedalam hati agar hatimu tidak lelah.

-
-
-
-

Setelah sholat subuh, Alysha sudah memasak sarapan untuk seluruh orang yang ada di rumah itu. Jika tidak memasak, maka ia sudah dipastikan akan terkena amarah si ibu. Ya walaupun ia hanya menggunakan satu tangan nya saja, ia harus tetap melaksanakan tugas nya.

Setelah itu, ia pergi ke kamar untuk beristirahat sejenak dan menyadarkan tubuhnya di ranjang.

"Mas, aku ga masuk sekolah ya?" tanya Alysha.

Husain menjawab. "Sekolah, Alysha."

Alysha mencibik kan bibirnya. "Malas nyaa, udah hari ini upacara, olahraga, b.inggris, kimia, matematika,"

Husain ikut duduk di samping Alysha. "Alysha ga boleh ngeluh ya? Kamu harus bersyukur karena bisa belajar di sekolah yang bagus, dan pelajaran nya mencukupi, katanya mau lanjut arsitektur kok ga semangat sih,"

Alysha menghela nafas. "Sebenarnya ga ngeluh, ga males juga si mas, cuma.." katanya menggantung, "aku malu, tangan aku sakit gini,"

Husain menggenggam tangan kanan Alysha. "Ngapain harus malu sha? Kata kamu takdir kan? Jadi, Ga perlu malu ya?"

"Yaudah iya, semoga aku bisa tahan rasa malu aku," Alysha pun beranjak, "aku mandi dulu mas,"

"Iya sha, kalo perlu bantuan bilang ya," ucap nya.

"Ga butuh bantuan, makasih."

Ternyata sebelum sampai di sekolah, hujan telah sampai terlebih dahulu untuk mengguyur kecamatan ini. Alysha mendadak menjadi senang karena sudah pasti tidak jadi upacara bendera.

Setelah sarapan bersama Husain, ia langsung menggendong tas nya yang dibantu oleh suami nya itu. Ia hanya menggunakan tangan kanan nya saja untuk menahan tas yang lumayan berat.

"Udah kan sha? Ayo berangkat,"

Alysha melihat sekitar rumah. "Tuh kan mas, alam ga merestui aku buat masuk sekolah loh,"

"Alysha?" ingat Husain membuat gadis itu bungkam.

Selama perjalanan Alysha terus menyiapkan mental nya untuk masuk kelas. Dirinya malas saja jika harus ditanya ini itu oleh teman-teman ataupun gurunya. Alysha malas menanggapi itu!

Pasutri itu berjalan memasuki gerbang dengan dibantu oleh Husain yang juga turut memegang payung. Tanpa sengaja saat Alysha tengah menyalami tangan Husain, Alysha bertemu salah satu guru nya yang juga sedang melepas jas hujan.

"Selamat pagi, pak Damian." Sapa Alysha sambil tersenyum, Husain pun juga turut tersenyum sopan.

"Selamat pagi juga, nak." jawab Pak Damian, "ya tuhan, tangan kamu kenapa nak?"

Alysha menampakkan senyuman paksanya. "Kemarin jatuh pak, bukan masalah kok pak."

"Oh, iya iya. Itu abang nya juga perhatian banget sama adek nya. Saya sama adek saya aja malah berantem terus," pak Damian sedikit terkekeh, pak Damian merupakan guru bahasa indonesia yang masih sangat muda.

Alysha menyenggol pelan tubuh suaminya itu. "ini lagi akur aja kok pak, kalau begitu saya duluan ya pak."

"Silahkan, sepertinya pelajaran juga sudah dimulai."

"Terima kasih pak, permisi."

Alysha sedikit berlari untuk menuju kelasnya, jika pagi ini tidak upacara bendera sudah pasti pelajaran sudah dimulai. Apalagi dirinya sedikit terlambat, semoga saja belum ada guru yang masuk.

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang