kepergiannya

23 3 0
                                    

Allah does not burden any soul with more than it can bear
-
-
-
-

Di tengah lautan yang luas, matahari memancarkan sinarnya dengan kejam, menimbulkan panas terik yang hampir tak tertahankan. Dua nelayan, Joko dan Saiful, berlayar di atas perahu kayu mereka, berusaha menembus gelombang yang bergelora untuk mencari ikan sebagai mata pencaharian mereka. Setiap gerakan mereka diiringi oleh tetesan keringat yang mengalir deras di wajah mereka, menandakan betapa panasnya cuaca di tengah lautan terbuka.

Tiba-tiba, Saiful memperhatikan sesuatu yang tidak biasa di kejauhan. Samar-samar di antara riak-riak ombak, dia melihat sesuatu yang terlihat seperti puing-puing pesawat yang terapung di permukaan laut. Dengan hati-hati, mereka mendekati objek itu, dan ketika mereka semakin dekat, mereka menyadari bahwa di atas puing-puing itu ada seseorang yang mengapung.

"Ko, lihat, apa itu yang terombang ambing di sebelah sana! Sayap pesawat?!"

Joko pun ikut menyipitkan mata. "Waduh, sepertinya ada manusia itu, ayo kita kesana, siapa tau dia masih hidup!"

Terperangah, Saiful dan Joko berusaha mendekati orang itu dengan hati-hati. Dan saat mereka mendekat, tampaklah sosok seorang perempuan yang terlihat lemah dan kelelahan, menggenggam erat puing-puing tersebut seperti satu-satunya penyelamat dalam lautan yang ganas ini. Wajahnya pucat, kulitnya terbakar matahari, dan matanya terlihat kehilangan harapan.

"Loh, bener, sayap pesawat ternyata! Cepat telepon ambulans, sudah lewat satu minggu  kecelakaan itu, tapi masih ada orang yang belum di temukan!"

Saiful pun mengambil telepon jadul nya, ia menelepon rumah sakit yang berada di pusat kota. Karena penanganan nya yang baik serta alat yang memadai juga.

Hingga satu jam kemudian, ambulans dan tim SAR datang dengan cepat. Tim SAR ikut membantu mengevakuasi perempuan itu, dan setelah masuk ke dalam ambulans perempuan itu diberi cairan agar tubuh nya tidak lemas.

Salah satu dokter wanita yang ikut, merasa janggal dengan kondisi perempuan tersebut, hingga pada saat ia memeriksa perut, ia menyadari bahwa perempuan itu sedang mengandung.

"Pak, cepat! Sepertinya kondisi janin yang ada diperut nya sudah tidak bisa di selamatkan, dan sudah lama tidak ada pergerakan, harus segera di lakukan operasi."

Lima puluh enam menit kemudian, mereka telah sampai di rumah sakit. Mereka langsung berlari mendorong brankar menuju ruang operasi, jika tidak segera dibersihkan maka akan berdampak buruk dengan kehamilan selanjutnya. Apalagi kondisi perempuan ini sudah tidak berdaya.

Husain yang terduduk tenang berada di ruangan nya sedang mengecek berkas serta menandatanganinya, entah berkas rumah sakit maupun kantor.

Dengan keadaan ruangan nya yang sedang tenang, tiba tiba ia dikejutkan dengan kedatangan salah satu rekan dokter nya yang terengah-engah karena berlari.

"Dokter Husain, ada pasien yang harus di lakukan operasi. Sudah lebih dari satu minggu janin yang ada di perutnya sudah tidak ada pergerakan lagi, apalagi perempuan itu salah satu korban kecelakaan pesawat kemarin."

Deg

Jantung nya berhenti berdetak untuk beberapa saat, entah mengapa pikiran Husain langsung tertuju pada istrinya. Ia pun segera berlari untuk melihat seorang perempuan yang Hafidz katakan.

"Alysha" gumam nya, saat ia sudah masuk ke dalam ruang operasi. Kaki nya lemas seketika saat mengetahui bahwa istrinya yang sedang mengandung buah hati mereka, juga tidak percaya jika Alysha masih ditakdirkan untuk dirinya .

"Dokter Hafidz, dia istri saya, salah satu korban kecelakaan pesawat itu, saya tidak kuat untuk melakukan operasi nya, apa dokter bisa menggantikan saya?" Husain melihat Hafidz yang berdiri di ambang pintu.

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang