Izin

11 4 0
                                    

Pada akhirnya takdir allah itu baik. Walau terkadang butuh air mata untuk menerimanya.
-
-
-
-

Satu minggu sudah hampir selesai. Pertanda bahwa sedang ada seseorang yang menunggu jawaban seorang gadis dengan gelisah. Alysha, berharap semoga keputusan yang ia ambil tidak salah.

Tidak ada pertemuan keluarga seperti kemarin. Hanya Husain saja yang datang ke rumah Alysha untuk mendengarkan secara resmi.

Kata bapak Alysha, orang tua Husain sedang sibuk dan berada di luar kota. Tapi, entah kenapa Alysha berfikir tidak seperti apa yang di katakan oleh bapak nya.

Alysha saat ini sedang duduk di depan Husain, tentu saja ada meja yang manjadi pembatas. Tidak hanya mereka berdua, bapak juga sudah pasti duduk di sebelah Alysha.

"Alysha, katakan keputusan kamu," Ucap bapak memecah keheningan.

Alysha menarik nafasnya perlahan. "Bismillah, aku menerima niat baik Husain, pak."

Terlihat Husain tersenyum dan mengusapkan kedua telapak tangan nya pada wajah. "Alhamdulillah, terima kasih Alysha, terima kasih Om Abdul,"

Bapak tersenyum, "Terima kasih kembali, nak Husain. Bapak harap kamu benar-benar tulus menyayangi Alysha, ya?"

Husain mengangguk, "Akan saya buktikan, om."

"Alhamdulillah, saya percaya sama kamu. Lalu, untuk kedepannya apa kamu sudah punya rencana? Atau orang tua kamu sudah menyiapkan?"

Husain diam sejenak, "Saya sendiri, sudah menyiapkan segala acara dan sudah di tetapkan hari nya juga,"

Ucapan Husain membuat Alysha terkejut. "Loh, udah di siapin? Semangat banget mau nikah." celetuk nya namun ia langsung menutup mulut menggunakan telapak tangannya.

Husain tersenyum lantas memberi sebuah undangan yang ia bawa kepada Alysha. "Alysha, coba kamu lihat apakah sudah sesuai dengan kamu?"

Gadis itu membuka undangan pernikahan yang telah dibuat oleh Husain, desain itu sungguh sesuai dengan tipe gadis itu.

"Tanggal nya setelah ujian tengah semester?" gumam nya yang terdengar oleh laki laki di depan nya itu.

"Iya, kamu tidak keberatan kan?"

"Kalau boleh jujur, keberatan sih. Kerepotan karena harus belajar ini itu juga, udah kelas tiga. Tapi, ga masalah deh," Jawab nya.

"Maaf jika kamu keberatan, tapi percaya sama saya kalau itu tanggal yang baik,"

_______


Setelah Alysha selesai dengan urusan nya, Alysha pergi untuk menemui seseorang. Untung saja orang yang akan ia temui sedang berada di kotanya. Ya, Alysha ingin bertemu dengan mantan kekasih nya, Yudha.

Gadis itu menunggu Yudha di warung ibu nya, karena ia sudah berjanji dengan Yudha mau membicarakan nya di warung saja, ia tak mau ada kesalah pahaman jika hanya ada mereka berdua.

Tak lama, Yudha datang dengan motor sport nya. Yudha datang tepat saat adzan ashar berkumandang. Alysha melihat Yudha dengan tatapan cemas.

"Assalamu'alaikum Alysha," Ucap Yudha, ia duduk didepan Alysha.

"Wa'alaikumussalaam," Jawabnya.

"Tumben mau ketemu, ada apa?" tanya Yudha heran. Pasalnya, selama ini Alysha tidak pernah mau di ajak bicara empat mata.

"Yudha, aku izin, aku akan menikah," Alysha tak basa basi.

Yudha mendongakkan kepalanya. "Oh, iya. Selamat Al," Ucap Yudha yang nada nya terdengar semangat sekaligus sedikit tak rela, mungkin?

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang