Hai, Nak!

17 3 0
                                    

"Langkah pertama dalam sebuah perjalanan adalah awal dari petualangan besar, di mana setiap detak kecil membawa harapan baru yang mengubah segalanya."

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen disetiap paragraf 💌

happy reading
-
-
-
-
-

Alysha duduk di ruang tamu rumahnya, menatap jarum jam yang bergerak lambat di dinding. Perutnya terasa berdebar-debar karena sebentar lagi dia akan menjalani kontrol kehamilan di bulan kedua. Dia merasa sedikit cemas, tapi lebih dari itu, dia tak sabar untuk mendengar kabar terbaru tentang perkembangan si kecil. Karena ini adalah hari jumat, pekerjaan nya telah ia selesaikan kemarin agar hari ini bisa meminta izin untuk cek kehamilan.

Dia memutuskan untuk menelepon suaminya, Husain, yang sedang istirahat di ruangannya di rumah sakit. Setelah beberapa nada sambung, suara hangat suaminya terdengar dari seberang.

"Assalamualaikum, bumil cantik. Lagi ngapain nih?" sapa Husain dengan nada menggoda.

Alysha tersenyum. "Waalaikumussalam, Lagi nunggu dijemput sama pak suami dong. Kamu belum selesai ya?"

"Maaf, sayang. Aku nggak bisa jemput.
Aku lagi buat laporan yang harus segera dikasih sama profesor. Aku udah minta Raffael buat jemput kamu, nanti kita ketemu di rumah sakit ya? Langsung ke ruanganku aja, kita ke ruang antenatal care bareng."

Alysha menghela napas, mencoba menahan rasa kecewa. "Iya, nggak apa-apa, aku ngerti kok. Yang penting kita masih bisa bareng di sana nanti."

"Kamu hebat, sayang. Makasih ya udah mau mengerti. Nanti aku langsung ke ruanganku, oke? Jangan lupa kasih kabar kalau udah sampai," kata Husain penuh perhatian.

"Aku pasti kabarin. Oh ya, tadi aku sempat mimpi aneh, kamu tahu nggak..." Alysha mulai bercerita, mencoba mencairkan suasana. Mereka bercanda ringan, membuat Alysha merasa lebih tenang.

Namun, tiba-tiba bel rumah berbunyi keras, memotong obrolan mereka. Alysha menoleh kaget.

"Eh, sebentar ya, mas, ada tamu yang datang!" katanya sambil buru-buru berdiri.

"Jangan lari, Alysha! Pelan-pelan aja," kata Husain cemas. Dia bisa mendengar langkah cepat istrinya dari seberang telepon.

Alysha setengah berlari menuju pintu depan. Dia membuka pintu dengan napas sedikit terengah, lalu terkejut melihat Dara, sahabatnya, berdiri di sana dengan suaminya, Rey. Dara langsung memeluk Alysha erat.

"Assalamualaikum, bumil! Apa kabar?" seru Dara dengan ceria.

"Waalaikumussalam! Ya Allah, Dara! Kaget aku, kamu datang! Aku baik-baik aja, tapi kamu kok tiba-tiba ada di sini? Nggak ngasih kabar lagi." tanya Alysha sambil tersenyum lebar.

Setelah melepas pelukan, Dara memberikan sebuah kotak kue pada Alysha. "Ini khusus buat lo, kue rasa Matcha. Gue mau bagi-bagi sama para tetangga baru juga. Gue sama Rey sekarang tinggal di rumah sebelah lo, loh Al!"

Alysha terbelalak kaget. "Serius? Kamu tinggal di sebelah? Wah, akhirnya mimpi kita buat jadi tetangga kesampaian juga!"

Dara mengangguk sambil tertawa. "Iya, akhirnya tercapai juga impian kita! Maaf ya, gue cuma mampir sebentar. Nggak masuk dulu, soalnya masih banyak yang harus diberesin."

Alysha masih tak percaya. "Wah, senangnya! Jadi tetangga sama sahabat sendiri. Tapi beneran nggak mau masuk dulu?"

"Nggak deh, lain kali aja. Lo kan juga mau pergi kontrol sekarang. Semoga semuanya lancar ya, Alysha sayang," jawab Dara sambil memeluk Alysha lagi.

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang