Dibalik kesulitan

36 3 0
                                    

"Bersabarlah ketika suatu hal yang sangat kamu sayangi hilang dan percayalah Allah sedang menyiapkan sesuatu hal lebih indah dari sebelumnya"

Pagi itu, sinar matahari mulai merambat masuk melalui jendela dapur, menerangi meja makan tempat Husain dan Alysha sedang sarapan bersama. Aroma kopi panas dan roti panggang menyebar di udara, menciptakan suasana pagi yang tenang dan hangat. Husain duduk sambil memegang secangkir kopi, sementara Alysha dengan cekatan menggeser-geser ponselnya.

Sambil memotong roti di piringnya, Husain melemparkan pandangan penasaran ke arah istrinya. "Alysha, aku masih heran deh," katanya dengan senyum menggoda. "Kok kamu bisa cepat banget nemuin foto orang itu, dengan muka yang jelas lagi? Apalagi dia diduga sebagai ayah dari Calista...kamu punya kemampuan mata elang ya?"

Alysha tersenyum simpul, meletakkan ponselnya di meja dan menatap Husain dengan mata berbinar. "Mata elang? Mungkin lebih tepatnya mata istri yang udah sering memata-matai kamu," balasnya sambil tertawa kecil.

Husain terkekeh mendengar jawaban Alysha, namun tak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Serius, kok bisa secepet itu kamu nemuin foto orang itu di antara ratusan foto yang lain?"

Alysha menyesap teh hangatnya sebelum menjawab. "Ya, gini lho mas, aku kan udah sering lihat gimana kamu nyimpan foto-foto penting. Aku tahu kebiasaan kamu, folder-folder mana aja yang sering kamu gunain, dan mana yang mungkin berisi hal-hal penting. Aku kan juga sering liat kamu cari data seseorang buat urusan perusahaan, kan?"

Husain mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Wah masya allah, jadi istriku ini emang detektif rahasia di rumah ya?"

Alysha tertawa lebih keras, lalu mengangguk. "Bisa dibilang gitu ya? Tapi, kalau soal yang ini, aku cuma ngerasa fotonya mencurigakan banget. Jadi instingku langsung kerja cepet dong ya."

Husain tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala. "Berarti aku harus lebih hati-hati kalau mau nyembunyiin sesuatu, ya? Nanti kamu tau-tau udah nemuin lagi."

Alysha tersenyum manis, menatap suaminya dengan penuh kasih. "Betul, jadi lebih baik kamu jangan nyembunyiin apa pun, apalagi hal yang penting kaya gini," katanya dengan nada menggoda.

"Padahal, aku aja belum tentu bisa nemuin siapa laki-laki itu loh,"

"Bukan belum bisa, belum ada waktu aja kamu itu, sebenarnya kamu bisa lebih cepat nemuin bukti sampai akarnya."

Husain mengangguk. "Iya itu sayang, apalagi aku double job, kan? makanya aku belum ada waktu buat selesain kasus mantan pacar kamu itu," kata Husain dengan menekan kata mantan pacar.

Mereka berdua tertawa bersama, suasana sarapan pun menjadi lebih ceria. Di tengah canda dan obrolan ringan, mereka menikmati pagi dengan hati yang lebih ringan, siap menghadapi hari bersama.

Kondisi Alysha yang sudah cukup stabil, satu minggu lamanya ia sudah kembali bekerja. "Kamu nanti lembur, mas?" tanya Alysha.

"Iya sayang, hari ini ngga ada jadwal di rumah sakit, jadi aku mau selesaikan pekerjaan aku yang di perusahaan."

Alysha mengangguk memahami posisi suaminya yang membawa dua pekerjaan yang terbilang sulit dipundaknya. "Hm, kamu, ga mau ambil satu kerjaan aja mas? kasian pikiran sama fisik kamu, pekerjaan kamu juga bukan pekerjaan yang mudah." tanya Alysha hati-hati.

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang