hanya, masalah macaron?

14 2 0
                                    

Halo guyss, author beneran mau up 3 chapter sekaligus nih. Gapapa deh nanti ga gantung, yang penting dapet bahan buat cerita.

jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen disetiap paragraf 💌

Happy reading sengg 😚🫰

-
-
-

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika Alysha masih duduk di sofa ruang tamu, menanti suaminya pulang. Wajahnya berbinar karena ada sesuatu yang sangat ingin ia minta malam ini. Kehamilannya yang sudah memasuki bulan kesembilan membuat emosinya mudah berubah-ubah. Suaminya, Husain, akhir-akhir ini sering pulang larut akibat lembur atau shift malam di rumah sakit, dan pagi-pagi buta sudah harus berangkat lagi.

Keinginannya melintas sekelebat macaron lembut dari toko Prancis yang pernah ia lihat di beranda TikTok. Ia tahu permintaannya tidak masuk akal di malam larut seperti ini, tetapi perasaannya tidak bisa dibendung. Jika tidak segera dipenuhi, ia takut tak bisa tidur tenang.

Suara pintu depan berderit, menandakan suaminya pulang. Langkah berat terdengar dari luar, diiringi gesekan kunci dan derit sepatu di lantai.

"Assalamu'alaikum..." Suaranya pelan dan lelah.

Alysha seketika bangkit. "Wa'alaikumsalam, Mas!" sapanya dengan antusias. Wajahnya berbinar, penuh harapan.

Ia segera menghampiri Husain, meski perutnya yang besar membuat langkahnya sedikit tertatih. Husain melepaskan jas dan sepatunya dengan gerakan lambat, memijat lehernya yang kaku. Wajahnya kusut, menandakan betapa berat hari-harinya. Beberapa minggu terakhir, ia sibuk dengan lembur dan shift malam di rumah sakit, membuatnya sering pulang larut dan berangkat pagi-pagi.

"Mas, aku mau minta sesuatu sekarang, boleh?" tanyanya dengan nada manis namun mendesak.

Husain menoleh dengan lembut. "Boleh, apa, Sayang? Kalau bisa sekarang, Mas turutin."

Alysha tersenyum ceria. "Aku lagi kepengen macaron dari Prancis. Harus malam ini juga!"

Husain tertegun sejenak, lalu menghela napas dalam-dalam. "Sha, itu susah dicari di sini. Udah malem, nggak semua toko buka."

Alysha mendengus kesal. Ia memegang perutnya erat, seolah mempertegas bahwa permintaan itu bukan untuknya, melainkan untuk bayi dalam kandungannya. "Tapi ini bayinya yang mau, bukan aku. Kamu tega nolak permintaan anak kamu?"

Husain mencoba menenangkan diri meski tubuhnya sudah terasa remuk. "Sayang, besok aja ya? Mas capek banget... Kita cari pagi-pagi, janji." Suaranya lembut, berharap istrinya bisa memahami.

Alysha mengerucutkan bibir. "Kamu nggak ngerti. Ini tuh ngidam. Kalau aku nggak dapet sekarang, aku bisa kepikiran terus!"

Suasana malam yang tenang di ruang tamu mendadak tegang. Alysha berdiri di depan sofa, menatap suaminya dengan ekspresi penuh kekecewaan. Di depannya, Husain berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk karena lelah. Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, ia baru pulang larut setelah bekerja seharian di rumah sakit lalu lembur di kantor. Namun, berbeda dari biasanya, Alysha menyimpan sebuah keinginan yang baginya sangat penting dan kali ini ia tidak mau menyerah begitu saja.

Husain menghela napas, mencoba meredam frustrasi. "Sha, tolong ngerti... Mas capek banget. Ini bukan soal nggak mau nurutin kamu, tapi Mas udah nggak sanggup sekarang."

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang