Suara gemuruh ombak seolah menjadi nyanyian malam yang menenangkan jiwa. Aroma garam laut tercampur dengan aroma segar angin.
Malam yang berdesir kencang, menciptakan suasana yang tenang namun menakutkan di sepanjang tepi pantai yang sepi.
Seorang gadis berdiri di tepi pantai, matanya terfokus ke arah lautan lepas, memandang cahaya bulan yang menjadi temannya sepi ini. Dia seperti mencari sesuatu yang hilang di tengah gemuruh ombak, mencoba menautkan tanya pada keheningan malam yang tidak akan ada jawab.
"Ya allah, sudah tiga setengah tahun aku meninggalkan laki-laki yang sangat aku cintai. Gimana keadaan nya sekarang, apa dia baik-baik aja?"
Gadis itu menatap lautan lepas didepannya. "Mas Husain, aku rindu. Setelah perpisahan di hari itu bagaimana kabarmu, apa kamu telah menemukan kebahagiaan mu sendiri?
Malam ini, Alysha berada pada titik dimana rindunya meluap menjadi buliran air mata yang sudah tak bisa dibendung.
Alysha meneteskan air matanya. "Aku mengaku salah karena meninggalkan kamu sendirian disana, aku bukan istri yang baik buat kamu. Aku lepas dari tanggung jawab seorang istri."
Tangisan gadis itu cukup memilukan. Dia tidak punya tempat untuk bercerita, biarlah laut yang mendengar semua keluh kesahnya dan suara rintihannya.
"Alysha?" panggil seseorang dari belakang nya.
Alysha menyeka air matanya dan menoleh. Ekspresi nya berubah menjadi terkejut kala melihat seseorang yang sangat lama tidak berjumpa sekaligus orang yang ia sayangi.
"Dara?"
Dara sedikit berlari meninggalkan barang bawaan nya dan memeluk erat sahabat nya itu. "Alysha, gue kangen sama lo."
Alysha membalas pelukan Dara tak kalah erat. "Aku juga kangen sama kamu, Dar. Kamu sehat kan disana?"
Dara melepaskan pelukan nya dan menatap Alysha. "Alhamdulillah gue baik-baik aja Al, walaupun kita sering chattingan tapi rasa kangen nya tetep ga bisa di tahan ya apalagi lo yang jauh disini."
"Kok kamu bisa tau aku disini sih Dar?"
"Dengan jurusan yang gue ambil, lo masih mempertanyakan kok bisa gue tau lo gitu? Jangan remehkan gue Al."
Alysha terkekeh. "Iya Daraa,"
Dara tersenyum. "Gitu dong Al ketawa, ga nangis kaya tadi, kan gue seneng liatnya."
"Kamu tau aku nangis tadi?"
Dara mengangguk, "Sekarang ada gue disini, lo bisa cerita sepuasnya sama gue, oke?"
"Iya Dara,"
"Jadi, kenapa tadi lo nangis gitu? Jangan bilang karena suami lo," ucapnya.
"Lo kangen dia?"
"Iya"
"Terus, kenapa lo diem aja? Kenapa ga nyoba hubungin dia,"
Alysha diam sejenak. "Iya, emang aku kangen sama dia Dar, tapi aku rasa cukup biarin aja rinduku ini. Aku selalu percaya sama Husain."
"Lo ga kasian sama suami lo? lo tau ga, dia jadi gila tanpa lo Al! Apa lo ga buka akun Instagram lo sendiri, kalo Husain dulu sampe mabuk? Temen nya yang kirim foto."
Alysha mengerutkan keningnya. "Husain? Mabuk? Aku ga buka akun ig ku, kamu login ya?"
Dara mengangguk. "Iya, suami lo juga ucapin ulang tahun lo setiap tahun nya. Apa lo ga merasa bersalah sama dia sih Al?!"
"Setengah bulan lagi Dar, bukan waktu yang lama lagi kan? Pasti cepat atau lambat dia segera tau keberadaan aku."
"Lo ga ada inisiatif buat hubungin dia dulu gitu? Komunikasi itu paling penting Al dalam sebuah hubungan, lo sama dia sebenernya sama-sama tersiksa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahkoda Membawaku Melewati Badai
Fiksi Remaja[BELUM REVISI!] Jadi, Harap maklum kalau ada bagian yang belum rapi ya...🤗 Seorang laki-laki yang misterius, tersimpan di dalamnya seribu lukanya yang tersembunyi di balik lapisan prestasinya yang gemilang. Meskipun dikelilingi oleh decak kagum ora...