Pertengkaran

14 2 0
                                    

Maaf untuk kesekian lama tidak update ya teman-teman. Mohon di maafkan ke-khilafan yang selalu aku ulang, hehe. Lagi sedikit males buat nulis nih 🥹🙏

Jangan lupa tinggalin jejak berupa vote dan komen yaa 💌

Di tengah malam yang sunyi, ponsel Alysha tiba-tiba bergetar di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Tertera nama adiknya, Syafira. Dengan cepat, ia mengangkat telepon tersebut, merasakan ada sesuatu yang mendesak dari panggilan ini.

"Hallo, Fira? Ada apa?" suara Alysha terdengar lembut namun penuh kekhawatiran.

Suara Syafira di ujung telepon terdengar gemetar, hampir seperti menangis. "Maaf, mbak. Maaf banget udah ganggu mbak malem-malem gini sama mas Husain, Tapi aku bener-bener nggak bisa tahan buat nggak ngasih tau, mbak, di rumah lagi ada masalah."

Hati Alysha mencelos. Ia tahu masalah apa yang sedang dibicarakan oleh adiknya. Ia menarik napas dalam, mencoba tetap tenang meski dalam hatinya bergemuruh. "Masalah apa, Fira?" tanyanya dengan suara pelan.

"Ibu sama Bapak lagi berantem mbak," jawab Syafira, suaranya mulai tersendat-sendat. "Ibu udah nggak sanggup nanggung biaya kuliah Chayra . Sementara Bapak terus nuntut Chayra buat dapet nilai sempurna, tapi Bapak sendiri nggak mau usaha apa-apa. Dia cuma makan, tidur, nonton HP tanpa pernah mikirin biaya kita, mbak, masih kayak dulu."

Alysha merasakan kepedihan dalam suara adiknya. Ia tahu betapa berat beban yang harus ditanggung oleh keluarganya, terutama sang Ibu yang selalu mencoba menghidupi mereka dengan segala cara. Sementara sang bapak, di sisi lain, seolah-olah tidak peduli dengan situasi yang ada.

"Mbak paham, Fira, mbak paham," balas Alysha sambil menghela napas panjang. "Kamu tenang aja ya disana? Mbak bakal cari cara buat bantu kamu sama ibu disana. Coba kamu jaga Chayra, jangan sampai dia dengar masalah ini. Kasihan dia, hidupnya udah berat dari kecil."

Syafira hanya bisa mengangguk di ujung telepon, meskipun Alysha tak bisa melihatnya. "Iya, mbak aku bakal coba. Makasih ya, mbak, udah mau denger."

Setelah telepon ditutup, Alysha duduk terdiam. Matanya menatap kosong ke depan, pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ia tahu, malam ini akan menjadi malam yang panjang. Namun, ia juga tahu bahwa ia harus kuat untuk keluarganya, untuk adik-adiknya, dan terutama untuk sang Ibu yang selalu berjuang tanpa kenal lelah.

Sungguh hari ini adalah hari yang melelahkan, sudah bertengkar dengan suaminya, lalu orang tua nya juga sedang bertengkar. Sungguh memang hidup sangat keras.

Alysha menutup ponsel dan langsung berdiri dari tempat tidurnya. Tanpa berpikir panjang, dia segera mengganti pakaian tidurnya dengan celana jeans dan jaket yang lebih nyaman untuk berkendara. Tangannya gemetar saat merapikan jilbabnya dengan cepat, tapi pikirannya hanya terfokus pada satu hal, menyelamatkan Ibunya. Ia tak bisa membiarkan situasi ini semakin memburuk, apalagi jika bapak sampai kehilangan kendali dan melakukan sesuatu yang lebih berbahaya.

Begitu siap, Alysha berlari keluar kamar menuju garasi. Tangannya dengan cepat membuka pintu garasi dan menyalakan motor yang sudah siap menunggu. Mesin motor meraung di tengah keheningan malam, tetapi Alysha tidak peduli jika itu akan membangunkan tetangga.

"Gue harus cepat," gumamnya, seraya menarik gas motor lebih dalam. Ia melaju dengan kecepatan tinggi, pikiran-pikirannya berkecamuk, membayangkan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi di rumahnya. Ia tahu betul, jika pertengkaran ini tak segera dihentikan, Ibunya bisa saja berada dalam bahaya. Apalagi, Ibu sudah begitu lelah, baik secara fisik maupun emosional.

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang