Cerita Kecil Alysha

11 4 0
                                    


percaya lah pada Allah karena Allah tidak akan mengambil sesuatu kecuali untuk memberikan yang terbaik. Dan dia tidak pernah menunda apapun kecuali karena akan datang pada waktu yang tepat.
-
-
-
-

Alysha saat ini tengah menemani Husain yang sedang mengerjakan tugas kuliah nya. Dia menemani dengan membaca novel yang dulu dibeli nya saat pergi bersama Dara.

Setelah dihadapkan oleh tugas yang menumpuk, akhirnya Husain menyelesaikan semua tugasnya yang ia kerjakan dari sore tadi hingga sampai pukul sepuluh malam. Untung nya besok ia libur jadi tak masalah jika begadang.

Husain membereskan kertas-kertas yang ia gunakan untuk belajar dan ia simpan di loker meja belajar. Ia menghampiri Alysha yang sedang menyandarkan punggungnya di ranjang sambil membaca novel.

Ia ikut menyandarkan punggung nya bersama Alysha dan meletakkan kepala nya pada bahu Alysha.

"Kamu baca apa sha?" tanya Husain melirik sekilas novel tersebut.

"Eh, udah selesai tugas nya?" Bukanya menjawab, Alysha malah balik melontarkan pertanyaan kepada Husain.

Husain mengelus lembut kepala Alysha yang tertutup jilbab. "Alhamdulillah udah selesai sha,"

Alysha menutup novelnya dan duduk bersila menghadap Husain.

"Kamu mau tau sesuatu ga?" Ucapnya tiba-tiba dengan menatap Husain serius.

Husain pun juga ikut duduk bersila dengan menghadap Alysha. "Sesuatu apa?" Tanya nya.

"Aku bahagia sama keadaan aku yang sekarang mas, ga tau untuk ke depannya." Alysha tersenyum kecut.

Husain mengerutkan dahinya. "Kok gitu sha, emang kamu dulu ga bahagia? Kamu emang ga sedih gitu karena kamu harus nikah di usia kamu yang masih muda?" Husain menatap lekat Alysha.

Alysha tersenyum tipis lalu menggeleng. "Dulu sewaktu aku kelas sepuluh kehidupan aku jauh dari kata bahagia mas, sebenarnya engga dari kelas sepuluh sih udah dari lama malahan. Aku waktu itu harus bisa ikhlas dan ikhlas sama takdir Allah yang Allah kasih buat keluarga aku, aku pengin nyerah, tapi aku ga bisa karena aku anak pertama yang harus jadi penguat buat adek-adek aku,"

Alysha berhenti sejenak mengambil nafasnya dalam dalam. "Buat uang saku aja aku jarang dikasih dan terpaksa aku harus bohong sama temen-temen dan bilang kalo aku lagi puasa. Waktu bu guru nyuruh beli buku lks, aku ga bisa beli padahal harga nya 'cuman' sebelas ribu, mungkin temen-temen bisa langsung beli karena uang saku nya yang mungkin bisa untuk uang saku aku satu bulan dan bagi mereka uang sebelas ribu itu 'cuman' bagi mereka. Tapi bagi aku? Itu berat mas, bu guru bilang yang ga punya lks itu harus di salin di buku tulis dan harus lengkap soalnya padahal di situ soal nya ada tiga puluh lebih dan panjang. Aku nulis nahan nangis, aku kedip mata aku sekali aja mungkin air mata aku udah jatuh tapi aku tahan biar temen temen ga liat, keadaan aku disitu pulpen aku juga lagi habis. Aku bingung harus gimana, sedangkan jika minjam uang kas, kas aku sendiri aja masih numpuk banyak. Dan disitu aku lagi sakit, aku tiba-tiba aja mimisan, tapi aku biasa aja aku anggap ga ada apa apa, untung aja waktu itu aku lagi pake masker, jadi ga keliatan,"

Alysha berhenti bercerita, ia menyeka air mata nya yang lolos begitu saja membasahi pipinya.

Husain menangkup pipi Alysha dan menghapus air mata yang ada di pipi Alysha. "Jangan di lanjutin sha, kalo itu buat kamu sakit," hatinya juga ikut tergores mendengar cerita Alysha. Selama ini dia hanya tau bahwa Alysha baik-baik saja, karena ia sering melihat Alysha tertawa ceria. Namun ternyata di balik itu semua, itu hanya topeng yang menutupi Alysha yang nyatanya menyimpan banyak luka di sana. Selama ini dia tidak tau banyak hal tentang Alysha karena dirinya dulu yang ada di pesantren dan jarang berada di rumah.

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang