Lulus

17 5 0
                                    

Happy reading
-
-
-
-

Hari yang dinanti-nanti pun tiba, Alysha saat ini sedang merayakan kelulusan nya di gedung sekolahnya. Ia berharap, orang-orang yang ia sayangi bisa datang untuk melihatnya di acara penting untuknya kali ini saja. Karena ia yakin bisa mendapatkan nilai terbaik dari sekian ratusan siswa.

Namanya terpanggil, Alysha naik untuk memberikan sepatah dua kata motivasi untuk teman-teman nya, juga adik kelas nya. Ia ingin menangis terharu, tidak percaya semua akan berlalu secepat ini. Ya, tidak menyangka juga bahwa dirinya akan mendapat nilai terbaik dari lulusan tahun ini. Ia juga akan segera meninggalkan tempat ini juga negara nya.

Beberapa jam kemudian setelah sambutan dari komite sekolah dan kepala sekolah, para wisudawan pun diperbolehkan untuk berfoto bersama keluarga ataupun orang tersayang. Alysha melihat sekeliling untuk mencari orang tua nya. Netra nya menemukan orang yang ia cari, ia langsung berlari memeluk ibu nya.

Ia menangis saat itu juga, tidak peduli riasan nya akan luntur. Saat ini ia hanya bisa menumpahkan segala rasa sesak yang sudah berbulan bulan ini bersarang di dadanya.

Namun ia sadar, suaminya tidak datang.

Hanifah menangkup pipi Alysha. "Mba cantik nya hilang loh, jangan nangis deh malu udah gede!"

"Loh dahi kamu ini kenapa mba?"

Alysha terdiam sejenak, luka yang diberi oleh ibu mertuanya itu ternyata sangat jelas meskipun sudah tertutup oleh make up. "Oh ini, kena pintu bu."

"Ya allah mba, lain kali hati-hati jangan ceroboh."

Alysha mengangguk. "Husain ga dateng ya bu?"

"Sepertinya engga mba, dia juga ga kasih kabar sama bapak," Sahut Abdul.

"Mba juga ga tukar kabar sama Husain, mba kira Husain udah tau kalo hari ini acara wisuda ku."

Hanifah mengelus lengan Alysha. "Mungkin Husain ada urusan yang lebih penting mba, gapapa ya?"

Alysha mengangguk, dirinya ingat bahwa Husain tidak hanya kuliah melainkan juga bekerja. Dia harus memaklumi apabila suami nya itu memiliki kesibukan nya sendiri.

"Bu, Pak, aku mau melanjutkan pendidikan ku di luar negeri, ibu sama bapak tolong bantu Alysha ya jangan bilang sama Husain atau keluarga nya."

"Kenapa gitu mba? Mereka juga berhak tau, apalagi kamu sudah menjadi tanggung jawab Husain," Ucap Abdul.

"Aku udah capek sama mereka pak, asal ibu sama bapak tau waktu aku di rumah mereka aku dijadikan layaknya seorang pembantu sama ibu Nurul, aku disiksa, dikasih tuntutan buat dapet nilai yang bagus, kalo engga aku bakal di cambuk."

Abdul dan Hanifah terkejut mendengar perkataan Alysha. Jadi yang selama ini yang  mereka kira Alysha baik baik saja namun ternyata ia tambah hidup menderita di sana.

Padahal Hanifah saja bersusah payah mencari nafkah untuk anak-anak nya dan melindungi mereka dari perkataan jahat tetangganya. Akan tetapi, malah mertuanya sendiri yang tidak bisa menerima anaknya dan disakiti.

Hati ibu mana yang tidak sakit ketika mendengar anaknya disakiti oleh orang lain, ia yang susah payah melahirkan berdarah darah malah orang lain seenak jidat melukai putrinya.

"Untuk biaya dan lain lain gimana, ibu mana ada uang yang banyak buat kamu kuliah di sana, apalagi bapak mu yang udah pasti ga punya uang!"

"Bapak sama ibu tenang aja, semua udah aku urus, aku dapet beasiswa penuh dari salah satu universitas di negeri ginseng yang udah jadi impian aku,"

Nahkoda Membawaku Melewati BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang