Teror

4.6K 313 57
                                    

ゑ⎛⎝ ﷽ ⎠⎞ゑ

Happy Reading

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Setelah selesai sarapan, Gus Zafi tidak lupa untuk membuatkan susu terlebih dahulu untuk istrinya sebelum ia berangkat. Padahal Khanza sudah bilang bahwa dirinya bisa sendiri, tapi Gus Zhafi tetap keukuh untuk membuatkannya.

Selama dirinya hamil, Gus Zhafi semakin posesif padanya. Suaminya itu tidak mau melihatnya kelelahan. Bahkan pekerjaan rumah, ia kerjakan semuanya pagi-pagi sampai selesai semua. Saking tidak maunya melihat istrinya lelah.

"Mas, udah biar aku aja yang nyuci piringnya," ucap Khanza.

"Gak usah. Biar aku aja," jawab Gus Zhafi tetap lanjut mencuci piring-piring kotor.

"Itu kan cuma pekerjaan kecil Mas, gak akan ngebuat aku capek kok." Khanza terus memaksa, namun yang ia dapatkan hanya gelegan dari sang suami.

Khanza sudah menyerah. Sedari tadi ia berkutat di sana untuk membujuk sang suami, tapi hasilnya tetap sama. Tidak bisa. Ya sudahlah, Khanza pasti harus mengalah lagi.

Khanza langsung membalikkan badannya untuk pergi dari situ. Gus Zhafi tidak mencegahnya, ia membiarkan istrinya pergi, dan dirinya tetap sibuk dengan cucian yang sedang ia cuci saat ini.

Setelah semuanya selesai, Gus Zhafi lagsung beranjak menuju kamar untuk bersiap-siap. Khanza yang melihat suaminya sudah menaiki anak tangga pun langsung mengikutnya.

"Mas, kamu mau langsung berangkat setelah ini?" Tanya Khanza pada saat keduanya sudah ada di dalam kamar.

"Iya, tapi aku masih mau mandi dulu," ucap Gus Zhafi seraya menyiapkan pakaiannya.

"Kenapa?" Tanya Gus Zhafi ketika melihat istrinya bergeming.

Sebenarnya Khanza merasa berat untuk ditinggalkan oleh sang suami. Padahal biasanya ia tidak begitu. Tapi, entah kenapa, hari ini Khanza begitu menginginkan suaminya tetap ada di sini bersamanya. Apa mungkin karena bawaan hamil? Pikir Khanza.

Khanza menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak boleh egois. Suaminya pergi untuk menyiarkan agama Allah, jadi, ia tidak boleh melarang suaminya untuk pergi hanya karena keinginnanya.

Bersamamu hingga ke syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang