Jadi dia pelakunya!

12.1K 503 5
                                    


ゑ⎛⎝ ﷽ ⎠⎞ゑ

Happy Reading

*

*

*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Izinkan aku pergi dari hidupmu Mas!" Ujar Khanza dengan tegas.

DEGH!

Dada Gus Zhafi begitu tersentak ketika Khanza mengatakan hal seperti itu. Kata-kata yang dilontarkan oleh Khanza saat ini begitu menyayat hati Gus Zhafi.

Dalam satu kali tarikan, Gus Zhafi berhasil membawa Khanza ke dalam dekapanyya kembali.

"Jangan pernah berkata seperti itu, aku tidak suka, dan aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi," ujar Gus Zhafi seraya memejamkan mata.

"Dan satu hal lagi. Kamu harus ingat bahwa, pada saat ijab qobul telah kuucapkan, aku sudah berjanji di hadapan Allah, malaikat dan semua orang untuk menjagamu. Sekarang aku akan menepati janji itu untuk menjagamu sebisaku," sambungnya.

"Tapi Mas, aku itu gak pantas untukmu. Benar kat-"

"Kata siapa? Siapa yang bilang kamu gak pantas untukku?" Potong Gus Zhafi.

"Ingat! Jangan pernah mendengarkan ucapan mereka yang telah berani merendahkan ciptaanyya, dan ingat! Takdir Allah itu tidak terduga. Karena, jika Allah sudah berkehendak. Mereka semua tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Gus Zhafi menegaskan.

Khanza hanya menunduk ketika mendengar ucapan suaminya. Benar. Apa yang dikatakan Gus Zhafi itu memang sangat benar.

Khanza tadi tidak bisa berfikir jernih terlebih dahulu, mungkin karena ia sudah terlanjur memasukkan kata-kata yang menyakitkan itu ke dalam hatinya.

"Siapa yang sudah bilang bahwa kamu tidak pantas untukku?" Tanya Gus Zhafi dengan lembut.

Khanza tidak menjawab pertanyaan yang Gus Zhafi lontarkan padanya, ia hanya diam seraya menundukkan kepalanya.

Melihat Khanza yang sedari tadi tak kunjung menjawab pertanyaanyya, Gus Zhafi tak ingin memaksa. Mungkin Khanza masih butuh waktu untuk mengungkapkan semuanya, pikirnya.

"Ya sudah, lupakan saja pertanyaan aku tadi," ujar Gus Zhafi pada akhirnya.

Gus Zhafi tetap setia memeluk Khanza seraya memberikan usapan lembut pada punggungnya. Ketika merasa istrinya mulai merasa tenang, ia membawa sang istri untuk duduk di atas ranjang.

"Tolong dengarkan aku." Ujar Gus Zhafi seraya menagkup kedua pipi Khanza.

"Jika ada persoalan, ataupun ucapan seseorang yang mampu membuatmu sakit, tolong hadapi semua itu dengan kepala dingin," ujar Gus Zhafi menatap Khanza dengan lembut.

Bersamamu hingga ke syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang