Pilihan

69 5 2
                                    






⚜️~🌹~⚜️

Arkano termenung di dalam sebuah kamar yang mungkin akan menjadi kamarnya jika ia terus di hadang oleh para mahkluk menyeramkan itu

Ia menatap ke arah tanaman yang telah menumbuhkan kuncup dan akan mekar dalam beberapa jam namun sayangnya ia tidak mendapatkan sinar yang cukup dan akan menjadi mustahil jika ia akan mekar setelahnya

"Sangat menyedihkan apa kau tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan cahaya matahari yang cukup?" Guamamnya

Jari-jarinya yang lentik memainkan sehelai daun yang hampir layu, tanaman itu tertanam kuat di sebuah temat di dalam kamarnya, tanpa sebuah pot akan sulit untuk memindahkannya ke tempat yang lebih baik

Tok tok tok - seseorang mengetuk pintu kamarnya, arkano bangkit dan mulai berjalan ke arah pintu, perlahan membukanya sedikit dan memunculkan kepalanya

"Hai" sapa lelaki dengan topi tinggi dan setelan jas yang melekat di tubuhnya

Arkano bingung namun demi kesopanan ia mulai memunculkan seluruh tubuhnya di depan pintu "siapa?" Tanyanya

"Dion" ucapnya sambil mengulurkan tangannya dengan senyuman cerah di wajahnya

Arkano membalas jabatan tangan itu sedikit ragu-ragu "arkano" guamamnya kecil

Dion tertawa dan dengan kuat menarik tangan arkano sambil berlari menuntun remaja itu untuk pergi bersamanya, arkano yang tidak ada persiapan dengan terhuyung-huyung mengikuti langkah jenjang lelaki didepannya

"Hei!! Berhenti" ucapnya sedikit membentak agar lelaki didepannya melepaskan cengkraman erat di tangannya

Namun permintaannya tidak di gubris dan hanya di jawab oleh tawa menggema milik lelaki itu "bertahan sebentar maka kau akan tau banyak hal" ucapnya di sela-sela larinya

Arkano tidak dapat berkata-kata ia dengan pasrah mengikutinya, sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah tempat yang cukup sunyi dan suram namu akan menjadi sebuah kegembiraan bagi manusia kutu buku

Mereka berada di dalam perpustakaan dengan penerangan yang bermodalkan pada satu lampu gantung berkukuran sedang, walaupun memiliki banyak jendela namun menuanya ditutupi oleh gorden

Arkano diam di belakang Dion hanya untuk mengamati tingkah absurd lelaki di depannya

"Hey kucing pemalas keluar lah!!!!" Teriaknya sangat nyaring bahkan menimbulkan suara pantulan

Tidak berselang lama suara buku jatuh terdengar, gebuk, lalu seekor kucing me-miow di atas rak lalu terjun kelantai dan secara ajaib berubah menjadi seorang manusia

Arkano terdiam membeku "di-dia"

Dion terkekeh "ah...aku lupa bilang jika ada pengunjung di sini" ucapnya ke arah lelaki kucing di depannya

Lelaki kucing itu memicing tajam bahkan matanya menyala berwana hijau emerald di dalam gelap "berngsek" umpatnya kesal

"Wow. wow, tenang dia akan bergabung bersama kita" yakin Dion "ya walaupun butuh proses yang luayan panjang" lanjutnya

Sekali lagi tatapan tajam dapat ia rasakan muncul dari sang kucing, sedangkan arkano, remaja itu telah lama berubah menjadi batu saat mendapati fakta mengejutkan ini

Dion tertawa "tenang lah, dia adalah Azrial, kucing hitam yang gemuk" ucapnya memperkenalkan sekaligus mengejek

"Berhenti berbicara dasar burung beo" sinis sang kucing

Lalu dengan lincah ia melopat dan berubah menjadi kucing hitam dan berlari dengan cepat keluar dari perpustakaan, arkano menatap kebingungan

"Baiklah, ayo kita pergi" ajak Dion sambil memegang tangan arkano kembali

Arkano menghela nafas lelah dan secara pasrah menerima perlakuan dari Dion, walaupun ia harus kehilangan banyak nafas karena kelelahan

Setelah pengenalan seluruh ruangan akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan besar khusus untuk makan, dan saat mereka tiba itu adalah jam makan malam dan semua penghuni berkumpul untuk makan

Di meja makan yang lumayan panjang itu telah di isi oleh sekitar 3 orang lelaki dewasa dan 2 lainnya adalah remaja identik, mereka sudah duduk di sana hanya menunggu dua pemilik kursi untuk berkumpul dan makan

Dion secara santai melepaskan cengkeramannya dan berjalan menuju salah satu kursi kosong di sebelah kanan remaja kembar menyisakan satu kursi kosong di depannya

Arkano terdiam kaku di depan meja makan bertatapan langsung dengan Renzu, tentunya renzu juga sedang menatapnya dengan senyuman khasnya yang menawan

"Apa yang kau lihat, kemari dan duduk lah" ucapnya sambil melirik kursi kosong di sampingnya

Secara perlahan arkano berjalan sambil menunduk, sedikit merinding karena tatapan kosong dari dua remaja yang dapat di ketahui jika mereka adalah kembar

Secara perlahan ia mulai manrik kursi dan duduk di sana dengan canggung, "mari kita makan" ucap ranzu dan mulai melahap potong stek yang telah ia potong

Arkano hanya diam menatap semua orang secara sekilas untuk memahami situasi, suasana hening menyelimuti dengan sedikit sentuhan yang berasal dari dentingan sendok dan piasu di sana

Setelah makan semua orang tidak langsung pergi namun hanya duduk diam di sana sampai Renzu yang selesai paling terakhir membuka suara

"Arkano, kau sudah di takdirkan untuk ini jadi terimalah dan tinggal di sini" ucapnya setelah menyeka mulutnya dengan tisu

Arkano mendongak dan menggeleng kecil "tapi aku ingin pergi" kukuhnya

"Tinggal di sini atau mati di luar itu adalah pilihanmu" renzu berucap dengan dingin

Itu bukanlah candaan atau pun ancaman melainkan sebagai pengingat, arkano jelas masih mengingat jika ada sebuah sosok yang menunggunya di luar gerbang yang membuatnya secara tidak sadar bergidik ketakutan

"Baiklah" cicitnya kembali tertunduk

Renzu tersenyum cerah "pilihan bagus" bisiknya di telinga arkano, lalu bengkit dan pergi meninggalkan meja makan

Suasana seketika mencari "kau pintar memilih takdir Ano" puji Dion "setidaknya kau memperpanjang waktumu" ucapnya kecil hampir tidak terdengar

~⚜️🌹⚜️~








5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang