Perdebatan

45 1 0
                                    


~⚜️🌹⚜️~

"Yah setidaknya aku hanya akan terkena demam saja"

dan seperti yang ia bilang malamnya suhu tubuhnya meningkat, tubuhnya yang terkulai lemah bergetar hebat, bahkan keringat telah membanjiri semuanya

pintu kamar terbuka lebar menampilkan Renzu di sana, tatapan Renzu sulit untuk di artikan, di depannya tubuh arkano terbaring lemah isakan kecil juga terdengar darinya, Ranzu mendekat secara perlahan duduk di samping, tangannya terulur menyentuh kening Arkano

suhu yang tinggi menyenggat ketulang, raut cemas terpampang nyata di wajahnya, dengan cepat ia berlari ke kamar mandi, mengambil air dan handuk lalu dengan telaten memandikan Arkano dengan handuk hangat dan mengompres kening Arkano

"kau terlalu nakal" gumamnya, ia menyenderkan tubuhnya tangannya masih setia mengelus kepala Arkano

perlahan suara nafas teratur terdengar menggantikan Iskan, Renzu mulai memejamkan matanya, mereka tertidur bersama, di pagi harinya arkano terbangun di pelukan Renzu yang masih tertidur, pandangan arkano tak lepas dari wajah menawan Renzu

"apa aku setampan itu?" Ucap Renzu membuka matanya

Arkano yang tertangkap basah langsung mendorong tubuh Renzu menjauh "sejak kapan?"

Renzu bangun dari tidurnya menatap Arkano yang kini memunggunginya "tadi malam kau menangis karena demam tinggi" ucapnya santai

arkano melirik tajam "lalu kenapa kau tidur di sini?"

Renzu mengangkat bahunya "aku tidak tahu siapa orang yang telah memegang erat bajuku semalam" ia bangkit dari tempat tidur "berhenti lah mengeluh, jika kau merasa baik ayo kita turun untuk mengambil makan" lanjutnya

Arkano mendudukan tubuhnya "aku lelah" jawabnya

"entah makhluk apa lagi yang akan datang menyerangku nanti, aku ingin istirahat" ujarnya, menyandarkan tubuhnya yang lemas dan memejamkan mata

Renzu menatap arkano dengan pandangan aneh "kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada untuk menolongmu" ucapnya lalu pergi meninggalkan kamar

secara perlahan arkano membuka matanya, menatap pintu yang semakin menutup dengan tatapan sendu lalu tersenyum lemah

Renzu duduk di meja makan dengan tenang, dion yang duduk di sampinya menatap aneh ekspresi tenang Renzu "apa yang sedang kau pikirkan?" tanya dion

semua orang di meja makan menoleh menatap Renzu yang perlahan menghela nafas "kita tidak mungkin terus mengurungnya itu tidak baik untuk mentalnya" uangkap Renzu

gabriel menatap tajam "maksudmu lebih baik ia tiada di luar sana? apa yang kau pikirkan Renzu?" bentaknya tidak terima

"kakak benar, jika kak Ano pergi bagai mana ia dapat bertahan hidup?" Xenu ikut berbicara

"Banyak hal yang dapat ia lakukan, jika tidak ia tidak akan selamat dari kecelakaan itu" ungkap Renzu

"Renzu kau sudah gila!!" Gabriel kecewa dan bangkit dari tempat duduknya

"bagaimana jika itu bukan dia?" Renzu berbicara dengan nada dingin

gabriel menoleh "kau meragukan ku? sudah jelas jika neraka mengincarnya! kau melihat sendiri buktinya bukan?"

"lalu bagaimana jika neraka sedang mempermainkan kita atau mereka salah mengira?" suaranya semakin rendah, Renzu menatap tangannya yang bergetar "aku tau kita tidak pernah salah tapi bagaimana jika kali ini kita salah mengira?"

"itu jelas kebodohan yang tidak akan pernah terjadi!!" desisi gabriel "jika kau tidak ingin mengurusnya maka aku yang akan bertanggung jawab"

"sebaiknya kau pikirkan lagi sebelum aku benar-benar bertindak" gabriel pergi tanpa menyentuh sarapannya

"kakak benar!!" Xenu menarik saudaranya yang hanya diam untuk pergi meninggalkan meja makan

Renzu tidak berbicara, ia mulai memakan makanannya

"sepertinya ada sesuatu yang terjadi, jangan membohongiku" ucap dion yang masih setia di meja makan

Renzu mendesah pelan "kau benar" ucapnya, ia meneguk minumannya "neraka mulai bertindak dan bukan hanya mereka, bahkan dewi hujan juga" lanjutnya

dion terkejut "apa? bagaimana bisa dewi hujan mengetahui ini?"

Renzu menggeleng tanda ia tidak tahu "sepertinya neraka ingin mengakhiri ini secepatnya"

~⚜️🌹⚜️~

5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang