kenangan

11 0 0
                                    

POV Arkano

Seekor burung kecil tergeletak di atas batu besar di tengah hutan, tubuhnya terkulai kaku dengan bulu-bulu yang berjatuhan di sekitarnya

Suara desis ular terdengar dari semak-semak yang tak jauh dari burung itu, semakin lama terdengar semakin dekat

Burung itu berusaha untuk bangkit namun tubuhnya tak dapat di gerakan, saat ular itu semakin perlahan semakin dekat sebuah daun terjatuh di atas tubuh burung itu

Bau dari daun itu menyamarkan bau darah dari burung itu membuat sang ular pergi melewatinya

Namun marabahaya tak pernah luput setelah ancaman ular,kini predator lain muncul, seekor serigala lapar berjalan dengan santai mendaki tubuh burung yang tertutup dedaunan

Burung itu kembali berusaha bergerak untuk pergi membuat daun di atas tubuhnya bergoyang-goyang

Saat serigala itu berhenti, Indar penciuman dan pendengarannya sangat tajam, ia mulai mengendus-endus dan saat ia hendak menuju ke tempat burung itu berada

Saat itu aku langsung datang dan menghentikan serigala itu

"Kau tak akan memakan burung yang tak berdaya itu kan?"

Serigala itu langsung menoleh, tubuhnya yang menggigil dengan air liur yang mengalir di mulutnya, awalnya aku merasa iba terhadap serigala malang itu tapi aku tak bisa membiarkannya memakan burung itu

"Kau lapar?"

Serigala itu berhenti menggeram saat melihatku mengeluarkan seekor mayat kelinci yang aku dapat, aku memberikan kelinci itu kepadanya

"Makanlah, itu lebih baik di bandingkan seekor burung kecil itu"

Serigala itu pun pergi dengan mayat kelinci di dalam mulutnya. Aku menghela nafas, itu adalah makanan terkahir ku tetapi aku tak menyerah, aku menyingkirkan daun yang menutupi burung itu dan mengambilnya secara perlahan memastikan jika perbuatanku tak membuatnya kesakitan

Aku mengambilnya dan membawanya pergi

...

Burung itu telah tubuh besar, seekor burung gagak hitam dengan bulu yang halus

Ia terbang dengan sangat cepat dan hinggap di atas bahuku

"Kau sudah pulih" ucapku sambil memberikannya makanan berupa biji-bijian

"Sebaiknya kau kembali ke habitatmu yang sesungguhnya"

Gagak itu bersuara "gak gak gak"

Aku terkekeh, suaranya sangat nyaring dan cukup memekakkan telinga. "Kau benar-benar telah sebuah"

Gagak itu pun terbang dan berputar-putar di atas kepala ku

...

"Jika kau ingin sepertiku maka berkultivasi lah" ucapku mengelus lembut bulu gagak itu yang bertengger di bahuku

"Maka kau akan dapat berdiri bersamaku dan dengan yang lainnya"

Di sekitarku dua anak kecil dan satu ekor kucing tertidur pulas di pangkuanku dengan nyaman
...

4 anak kecil berlarian di sekelilingnya dengan tawa riang, aku tersenyum lembut melihatnya

"Apapun yang terjadi aku akan selalu melindungi kalian"

...

Tubuh Dion terpotong dan terjatuh ke tanah yang basah. Aku mengis, air mataku tersamarkan oleh air hujan yang terjatuh di wajahku

Tenggorokan ku tercekat, rasa kecewa dan sakit menyelimuti hatiku

"Selamanya aku tak akan bisa melindungi kalian...."

Kenangan itu, tawa riangnya dan cara nya menjahili kami semua, pikirannya yang lemot dan ucapannya yang menohok

Akan menjadi kenangan yang tak dapat di ulang kembali

Tawanya saat pertama kali merasakan terbang dalam wujud manusia, kejahilannya saat menjahili Azrial dan perhatiannya yang tak dapat ia gambarkan dengan jelas

Akan menjadi momen yang tak dapat terulang kembali

Kau tak perlu lagi menangisi kepergian ku untuk terkahir kalinya, biarakan aku yang menangisi kepergianmu untuk pertama kalinya

Kepergian mu sangat terburu-buru membuatku tak dapat menerimanya dengan baik

Kini aku sadar, betapa kejamnya dunia terhadap kalian ber4 saat harus menghadapi kematianku yang berkali-kali

~🌹~

POV author

Langit malam sangat sunyi, saat itu bulan terlihat sangat terang benderang. Arkano terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa sakit

Ia berjalan terhuyung-huyung menuju jendela, angin malam berhembus menerpa wajahnya saat jendela terbuka

Pemandangan indah menjadi titik pusat perhatiannya, Renzu tiba-tiba saja muncul di belakangnya

"Sampai kapan kau akan terus menangisinya?" tanyanya

ini adalah hari ketiga setelah kepergian Dion yang mengenaskan

Arkano menghela nafasnya "jika itu aku apa kau akan langsung melupakannya?"

Renzu terdiam, Arkano tersenyum sambil menatap langit gelap

"Mungkin ini bukan yang pertama kalinya bagi kalian, tapi bagiku...."

Lagi-lagi helaan nafas keluar dari bibir ranumnya, tenggorokannya tercekat, air mata mulai menggenang

Detik-detik tubuh Dion yang terpotong masih terbayang di benaknya

"Ini sulit" ia menunduk, satu tetes air mata meluncur dari pipinya

"Setelah Mona dan kini Dion lalu siapa lagi?" Ia memeluk tubuhnya sendiri "Bahkan kematianku telah tercetak jelas di atas kertas"

Tiga peri muncul dari salah satu kuncup bunga, mereka berterbangan melewati Renzu dan menghampiri Arkano yang tengah menangis pilu

Suara pilu itu jelas menjadi pisau tajam bermata dua bagi Renzu, hatinya lagi-lagi terasa sakit

Ia tau ini mungkin berat baginya, apa lagi ini adalah yang pertama baginya merasa kehilangan. Ia berjalan menghampiri Arkano lalu membalikkan badannya

Matanya yang gelap menatap mata coklat Arakno yang berlinang air mata, tangannya yang kokoh menangkup kedua pipi arkano

"Tenang lah aku akan tetap ada bersamamu" ucap Renzu







5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang