Dion tengah asik dalam permainan catur di balkon bersama Xenu dan Xeno sebagai lawan mainnya, "oh ayolah kak, kau telah memakan tiga bidak dan sekarang kau mengancam rajaku?" Xenu merengek tak terima dengan kekalahannya yang cukup menyedihkan
Dion terkekeh kecil "hei bocah, lihatlah saudaramu yang pendiam itu" Dion melirik Xeno yang hanya diam mengamati permainan "dia cukup tenang namun mematikan, belajar lah darinya baru kau dapat mengalahkan ku" ucapnya dengan bangga
Xenu memutar matanya kesal, di tengah-tengah permainan sebuah surat jatuh dari langit menimpa bidak catur yang tengah berkumpul. Dion mengambil surat itu lalu mendongak ke atas
Sebuah naga berwarna putih biru terbang tinggi di atas mereka, "bukankah itu Seno sang naga?" Xenu menatap naga itu
Dion mengangguk "aku rasa begitu" ucapnya, lalu mereka menatap surat yang berada di tangan Dion
"Haruskah kita memberikannya kepada kak Renzu?" Xenu kembali bersuara, Dion tampak berpikir sejenak "kau tau Renzu sedang apa sekarang?" Dion membalasnya dengan sebuah pertanyaan
Xenu menggeleng, keduanya kembali merenung tiba-tiba Xeno berucap "kakak Renzu baru saja pulang" ucapnya sambil menatap ke bawah
Keduanya mengikuti pandangan Xeno, "kau benar" ucap Dion saat melihat Renzu yang baru saja masuk ke dalam pekarangan dengan mobil yang ia bawa
Dion tersenyum melihatnya lalu melirik Xenu "aku akan pergi, berlatih lah bersama saudaramu" ucapnya, dengan cepat ia bangkit dan melompat ke bawah sektika ia berubah menjadi seekor burung gagak dan terbang menyusul Renzu yang sudah masuk kedalam garasi
"Menyebalkan" Xenu berucap wajahnya terlihat kesal bahkan saat menyusun semua bidak di tempatnya ia menggunakan sedikit tenaga membuat kebisingan, Xeno memperhatikan dalam diam dan akhirnya berbicara "berhentilah cemberut" ucapnya ia bangkit dan duduk di depan Xenu lalu ikut menyusun bidak catur
Mereka pun mulai bermain dalam hening hanya menyisakan suara papan dan bidak yang saling berbenturan di setiap langkahnya
Di sisi lain, Dion sudah berada di dalam garasi. Ia berubah menjadi manusia dan menunggu Renzu untuk keluar dari mobilnya namun bukan Renzu yang keluar melainkan Arkano yang keluar dari pintu samping pengemudi
"Ada apa Dion?" Arkano sedikit terkejut karena keberadaan Dion
Dion juga terkejut karena kehadiran Arkano ia sedikit ragu untuk memberitahukan tentang surat yang ia terima dari sang naga mengingat permasalahan Azrial yang marah saat melihat Arkano bersama para simbolis
Tidak lama Renzu keluar dari pintu pengemudi "ada apa?" ucapnya, Dion merubah ekspresinya ia mendekat dan menyerahkan surat itu ke tangan Renzu
Arkano tidak terlalu memperhatikan ia pergi ke bagasi dan mulai mengeluarkan barang belanjaan yang ia beli bersama Renzu, Dion berbisik ke Renzu sebelum akhirnya berucap pada arkano "Ano biar aku bantu" ucapnya lalu menghampiri arkano
Renzu masih terdiam di tempatnya ia menatap surat yang berada di tangannya lalu secara perlahan membukanya, sebuah suara berwarna hitam dengan gold sebagai warna tulisannya. Setelah membacanya ia memasukkan surat itu kedalam saku lalu pergi menghampiri Arkano untuk membantu membawa belanjaan
***
Renzu tengah bersantai di kursi kamarnya menikmati sorot senja yang menyinari setengah bagian wajahnya, matanya yang indah terpejam dengan deru nafas yang teratur
Arkano yang tak sengaja melewati pintu kamar Renzu yang terbuka menyaksikan keindahan itu, secar pelahan menghampiri Renzu yang masih belum menyadari kehadirannya
Deheman kecil ia lontarkan membuat Renzu membuka matanya "ada apa?" ucap Renzu, arkano menggeleng ia mendekat dan duduk di sisi kasur menghadap Renzu
"Katakanlah" Renzu kembali berucap, arkano mengulas senyumnya "aku tau kau menyembunyikan sesuatu dariku jadi aku ke sini untuk mencari tahu tentang itu" ungkapnya
Renzu mengangguk kecil "aku tidak berniat menyembuhkannya hanya saja Dion memintaku melakukannya" ia mengambil sesuatu dari sakunya, sebuah suara berwarna hitam ia sodorkan ke arah arkano
Arkano sedikit meraihnya lalu membacanya, "mereka mengundang kita untuk datang ke acar pertemuan sebagai tanda permintaan maaf mereka" jelas Renzu
Arkano melipat kembali surat itu lalu menyimpannya di nakas "kau akan pergi?" tanyanya, Renzi mengangkat bahunya "aku tidak memiliki kaitannya untuk apa aku pergi?"
"Kalo begitu aku yang akan pergi" arkano bangkit dari duduknya dan ingin pergi namun Renzu meraih pergelangan tangannya, "baiklah aku akan pergi bersamamu" Renzu menghela nafasnya "kau sangat keras kepala"
Arkano berbalik lalu tersenyum "itu sama seperti mu bukan?" ucapnya lalu mengelus kepala Renzu "kau akan pergi atau pun tidak aku tidak akan peduli karena aku dan Mona yang akan tetap pergi" putusnya lalu pergi meninggalkan kamar Renzu
Renzu terkekeh kecil lalu ia baru menyadari sesuatu "kau masih akan membawa hantu itu?" ucapnya tak percaya melihat kepergian Arkano dengan ringan
"Kau mendengarnya dengan jelas" arkano sedikit berteriak di luar pintu membuat Renzu menggeleng pasrah
Pandangannya kini beralih menatap surat yang tergeletak di nakas, tatapan rumit yang tak dapat di jelaskan terpampang jelas di wajahnya yang tegas
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Legenda [END]
FantasySebuah kisah yang menceritakan seorang remaja, Arkano yang tanpa ia ketahui merupakan reinkarnasi dari sang dewa bunga, Dy'Methar Kehidupan yang cukup menyedihkan menimpanya saat hampir menginjak usia 17 tahun, kehilangan kedua orangtuanya dan berak...