Arkano berjalan jalan di sekeliling kota yang ramai, karena bau dan penampilannya yang buruk banyak orang yang berpapasan dengannya langsung menghindarinya bahkan ada juga yang dengan kasarnya mencaci maki di depannya
Arkano tidak peduli, yang ia pedulikan adalah beberapa mahkluk yang berdiri di beberapa tempat yang harus ia hindari
Saat mengamati sekitar tanpa sengaja ia melihat Azrial yang tampak panik berlari dengan cepat, Arkano dengan cepat bersembunyi, untungnya Azrial tidak menyadarinya dan terus berlari menjauh
Arkano menatap kosong lalu kembali melanjutkan perjalanan, ia terus berjalan di jalan yang ramai sampai ia merasa cukup puas dan akhirnya berbelok di gang sepi, setelah masuk suasana hening menyelimuti, tanpa ragu ia berjalan menyusuri gang
Sampai ia merasa ada sebuah suara keributan di tikungan di depannya dengan perlahan ia mendekati, bersender di tembok dan merayap lalu mengintipnya
Dapat ia lihat jika seorang gadis tengah di kelilingi oleh dua lelaki berngsek yang dengan tawanya terus mengganggu gadis itu
Arkano ingin mengabaikannya namun gadis itu menatapnya pilu, karena hatinya yang lembut akhirnya ia bertekad, ia mengambil papan balok yang besar lalu dengan santai berjalan menghampiri dua lelaki di depannya
Lalu dengan ayunan yang cepat balok itu menghantam kepala salah satu dari lelaki itu, Arkano menyeringai puas saat lelaki itu tersungkur dengan darah merembes di kepalanya
"Wah, maafkan aku" Arkano berbasa-basi " apa itu sakit?" Ejeknya dengan wajah parau
Lelaki satunya tidak terima dan berniat menyerangnya namun sesuatu terjadi, hantaman lelaki itu terpental seperti ada sesuatu yang melindungi Arkano
Arkano menyernyit heran lalu melirik ke atas, ia melihat sebuah bunga jatuh entah dari mana, Arkano menipunya dan dengan cepat bunga itu hangus terbakar
Arkano berjalan menghampiri lelaki yang terpental, dengan beringas ia mengangkat balok itu dan menghantam kepala lelaki di depannya sektika lelaki itu pingsan dengan darah di kepalanya
Setelah aksinya selesai ia membuang balok itu lalu menoleh, gadis di belakangnya kini tengah berjongkok dengan tubuh yang gemetar
Arkano berjalan menghampiri "kau baik-baik saja?"
Gadis itu mendongak, matanya yang bengkak dengan ekspresi sendu lalu secara perlahan mengangguk kecil
Arkano mengulas senyum lalu berbalik untuk pergi, langkah terhenti saat gadis itu menghentikannya
"Jangan pergi" gadis itu memegang tangan arkano
Arkano melirik, gadis itu kembali berbicara "tolong jangan pergi" cegahnya
Arkano melepaskan genggaman gadis itu "maaf tapi aku tidak bisa tinggal lebih lama" ungkapnya
"Kalo begitu aku ikut bersamamu" gadis itu terus memegang tangan arkano
Arkano menghela nafas lalu mengangguk setuju "baiklah"
Sepanjang jalan Arkano hanya diam di ikuti oleh gadis yang berada di belakangnya, bosan akhirnya Arkano memulai percakapan
"Siapa namamu?" Tanyanya tanpa menoleh ataupun berhenti
"Mona" jawabannya lalu dengan langkah cepat ia berjalan menyeimbaing langkah jenjang arkano "siapa namamu?" Tanyanya
Arkano melirik "Arkano"
"Nama yang bagus" pujinya lalu sebuah bunyi menghentikan langkah mereka
"Ah sepertinya kau lapar" ujar mona
Arkano hanya diam tidak menjawab, Mona tersenyum lalu menarik tangan arkano dan menuntunnya ke sebuah taman "duduklah di sini aku akan membelikan sebuah makanan" ucapnya
Arkano diam, pandangannya menyaksikan kepergian gadis itu, ia melirik sekitar tempat itu cukup sepi lalu perlahan ia duduk di kursi taman
Tidak butuh waktu lama Mona telah kembali dengan sekantung makanan, ia memberikan makanan itu kepada Arkano "makanlah" ucapnya
Arkano mengambilnya lalu mengabil satu roti dan memberikan sisanya kepada MonaMona tampak bingung "kau tidak suka yang lain?" Tanyanya
Arkano menggeleng, Mona terkejut lalu melihat isi belanjaan, di sana ada banyak makanan yang cukup lezat namun Arkano hanya mengambil roti hambr yang tidak sengaja ia beli
Mona menghela nafas lalu memberikan kantung plastik itu kembali "makanlah yang banyak, kau terlihat sangat kurus dan lemah" ujarnya
Arkano menyernyit lalu melihat tubuhnya yang tampak biasa bahkan beberapa saat yang lalu ia telah menghajar dua lelaki berngsek dengan sebuah balok kayu
Dengan suapan besar ia menghabiskan roti itu dengan tiga kali lahapan lalu bangkit dari duduknya, Mona melirik "ingin segera pergi?"
Arkano mengangguk lalu berjalan terlebih dahulu, Mona menatap tidak percaya lalu mengambil kantung yang di tinggalkan Arkano dan berlari menyusulnya
Setelah berjalan cukup lama Mona kembali berbicara "Ano sebenarnya kemana kau akan pergi?"
Arkano melirik "entah, mungkin sebuah tempat yang tidak akan pernah mereka temukan" ucapnya
Mona melotot tidak percaya "apa yang kau maksud? Kau buronan?"
Arkano mendesah "bukan kriminal, hanya buronan orang-orang gila" ucapnya
Mona menahan tawanya, Arkano melirik dengan malas "apa yang kau tertawa kan?" Kesalnya
Mona tertawa singkat "hahaha, tidak ada orang gila yang mau menculik mu" ucapnya melihat penampilan jelek Arkano
Arkano berdecih "terserah kau akan percaya atau tidak" kesalnya
Dari obrolan-obrolan singkat mereka menjadi akrab satu sama lain, bahkan Mona terus setia mengikuti setiap langkah arkano walaupun tanpa tujuan
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Legenda [END]
FantasySebuah kisah yang menceritakan seorang remaja, Arkano yang tanpa ia ketahui merupakan reinkarnasi dari sang dewa bunga, Dy'Methar Kehidupan yang cukup menyedihkan menimpanya saat hampir menginjak usia 17 tahun, kehilangan kedua orangtuanya dan berak...