agar tak sendirian

11 0 0
                                    


POV Azrial

Rasa sepi hampir membunuhku, biasanya dia akan selalu menjahili ku dimana pun dan kapanpun

Tetapi sosok itu kini telah menghilang, mungkin dulu aku selalu berharap jika dia tak pernah mengganggu ku tetapi sekarang, aku jelas sangat merindukannya

Ocehannya yang tak masuk akal, sikapnya yang jail, dan usapan lembut yang selalu ia lakukan saat aku tertidur di pangkuannya

Aku tak akan mendapatkan hal itu lagi, perpustakaan adalah tempat ternyaman ku tetapi tempat ini perlahan-lahan menjadi gudang penuh kenangan

Sulit bagiku untuk beradaptasi dengan keheningan ini, tatapanku kosong, dalam pikiranku sosok dia selalu datang setiap jam dan mulai menggangguku

Dia mungkin gagak yang cerewet tapi itu lebih baik di bandingkan zombie yang tak berperasaan, aku mengusap air mataku yang jauh lalu berjalan mengelilingi rak-rak yang berdebu

Ku raih satu buku yang terselip di antara ratusan buku, buku itu berwarna biru tua dengan cover yang memiliki bekas cakaran burung dan kucing. Aku membuka beberapa lembar halaman dari buku itu dan berhenti di salah satu halaman yang menarik

Satu lembar foto berukuran 3r terjatuh, aku mengambilnya. Di dalam foto itu terdapat 4 anak kecil dan satu lelaki dewasa yang terlihat cantik, mereka semua tersenyum gembira secara bersamaan

Tak terasa air mataku kembali jatuh, hanya itu kenangan yang dapat aku miliki selain memori indah di dalam pikiranku. Setelah kepergian Arkano sebagai Dy'Methar hubungan kami semakin merenggang dan tak pernah lagi bercanda gurau bersama-sama seperti dulu

~🌹~

POV Author

Azrial mulai menangis, suaranya terdengar sangat lirih dan kecil. Hampir mustahil bagi seseorang untuk mendengarnya, tubuhnya bergetar ia menggenggam erat foto itu

"Maaf..." Lirihnya

Tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka lebar, di depan pintu Gabriel berdiri dengan kecemasannya yang kentara apa lagi saat melihat Azrial yang tengah mengis di pojokan

Ia berjalan dengan cepat untuk menghampiri Azrial, setelah sampai ia segera memeluknya dan mencoba untuk menenangkannya

"Maaf..." Lirih Azrial lagi dan air matanya semakin deras membasahi pakaian Gabriel

Gabriel semakin memeluknya erat, ia coba untuk mengalirkan seluruh emosi positifnya agar sang kucing kembali tenang

Sepuluh menit berlalu, bahunya yang terasa basah kini menjadi sedikit berat. Ia juga mendengar dengkuran kecil, tubuh Azrial yang juga semulanya bergetar kini menjadi tenang

Gabriel tersenyum, ia mengangkat tubuh Azrial tanpa kesulitan sedikitpun. Membawanya pergi dari perpustakaan yang kini menjadi tempat yang penuh dengan kenangan

"Bertahanlah, kita biasa bertahan sampai waktunya tiba" gumamnya kecil sebelum sepenuhnya meninggalkan perpustakaan

~🌹~

Langit cerah dengan kicauan burung dan angin sepoi-sepoi yang berhembus menyejukkan, ke4 makhluk itu berdiri berjejer dengan keheningan yang menyelimuti mereka

Di depan mereka, dua gunduk tanah dengan banyak kelopak bunga mawar yang bertabur di atasnya

Tempat yang menjadi titik terkahir tubuh manusia berada, tapi bagi mereka itu hanyalah sebuah simbol untuk mengenang kepergian mereka yang telah tiada. Karena kematian bagi mereka adalah, menghilang sepenuhnya tanpa meninggalkan jejak sedikitpun di dunia yang sementara ini

"Kenapa kau membuat semua ini?" tanya Gabriel dingin, tatapannya kosong tapi tangannya masih memegang erat pinggang Azrial yang tengah menyembunyikan wajahnya di dadanya

Arakno berjongkok, tangannya menepuk nepuk bagian tanah yang tidak rata "setidaknya saat aku mati nanti aku tak sendirian di sini" ucapnya tanpa menoleh

Renzu hendak menanggapi namun ia menelan ungkapnya saat melihat Arkano yang tersenyum tipis ke arah dua gundukan itu

"Renzu" panggil Arakno, suaranya halus dan ringan

Renzu berdehem sebagai jawaban "hmm?"

"Aku telah di takdirkan untuk mati, dan mungkin ini adalah yang terkahir, setelah aku tak kembali apa yang akan kalian lakukan?" tanyanya

Pertanyaan yang terlalu tiba-tiba itu membuat ke tiga makhluk itu terkejut

Azrial melepaskan rangkulan Gabriel lalu menatap Arakno dengan sengit

"Apa yang kau katakan? Jangan mengada-ada, kau akan selalu ada bersama kami!" tegasnya

Arkano menghela nafasnya "Azrial kau jelas tau apa yang telah tertulis di buku itu, kau telah membaca takdirku lalu apa lagi yang kau percayai?"

Azrial terdiam sejenak tangannya mengepal "maka sebelum kau mati aku akan terlebih dahulu pergi!!" ucapnya tegas, air mata kembali turun ia berlari pergi meninggalkan mereka

Arkano tersenyum hambar, rasanya sangat menyakitkan tapi ia tetap diam dan menyaksikan kepergian Azrial yang semakin menjauh dari pandangannya

"Kau pasti tau perasaannya, jangan pikirin perkataannya itu. Kami akan selalu ada bersamamu" ucap Gabriel sebelum akhirnya menyusul Azrial

Sedangkan Renzu dia hanya diam, ada satu perkataan Arkano yang membuatnya memiliki banyak pertanyaan di pikirannya

Arkano jelas mengetahui itu tapi ia menghiraukannya dan memilih kembali merenung di hadapan dua gundukan tanah di depannya

~🌹~

"Azrial tunggu!!" Gabriel berteriak untuk menghentikan langkah Azrial yang semakin cepat

"Azrial!!"

Azrial berhenti, tangannya bergetar

"Azrial, tenang lah" Gabriel meraih tangan Azrial yang membuat tubuh Azrial secara sepontan menghadap ke arahnya "berhenti lah berlari, kau harus menghadapinya!!"

Azrial menatap manik hitam Gabriel "aku tak bisa" ucapnya lalu menghempaskan tangannya membuat pegangan Gabriel terlepas

"Ini menyakitkan, mengetahui segalanya membuatku tak bisa tertidur lelap!!" Azrial menangkup wajahnya dan berjongkok

"Aku lelah, seandainya Mikhael tak datang mungkin Dion masih akan tetap hidup" lirihnya

"Seharusnya aku tidak memprovokasi Arkano saat itu dan mencegahnya pergi"

Gabriel ikut berjongkok, ia menepuk pundak Azrial "ini bukan salah mu"

Azrial menepisnya, tatapan mereka bertemu "lalu? Apa menurutmu ini takdir? Ingat makhluk seperti kita hidup tanpa berpegang dengan takdir!" desisinya seperti hendak menggigit Gabriel

Gabriel mengangkat tangannya " tenang lah, aku tak mengatakan hal itu"

Azrial kembali menunduk dan menutupi wajahnya membuat Gabriel hampir gila

"Oh ayo lah, berhenti menangis" tegas Gabriel tetapi Azrial tetap tidak berhenti

"Baiklah, jika kau ingin tenang maka jalan terakhir adalah bertemu dengan Mikhael inti dari permasalahan ini" ungkap Gabriel pasrah

Azrial mendongak "sungguh?" Semangatnya

Gabriel mengangguk "dendam tidak akan terselesaikan jika hanya menangis"

Azrial tersenyum puas

"Kita akan pergi besok!"

5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang