who is Azrial?

17 3 0
                                    




Arkano telah kembali ke mansion dan melakukan kegiatan sehari-harinya menyiram dan merawat tanaman di sekitar mansion di bantu Mona dan juga si kembar

Namun ada sesuatu yang membuatnya tidak tenang ya itu kondisi Azrial yang masih belum ia ketahui, Dion mengatakan jika ia baik-baik saja dan akan keluar dalam beberapa hari namun tetap saja itu tidak membuatnya tanang

Semua itu membuatnya tidak bisa berkonsentrasi dalam kegiatannya bahkan saat ini ia tidak sadar jika air yang ia siram terlalu banyak

Mona yang sadar langsung menegurnya "hey, apa yang kau lakukan?" Ia merebut alat penyiram tanaman yang di pegang arkano dengan cepat

Arkano terlihat linglung dan gelagapan saat di tatap tajam oleh Mona

"Oh ayo lah, jika kau terus seperti ini mungkin mansion ini akan hancur dalam sekejap" ucap Mona, ia menyimpan alat itu dan menuntun Arkano untuk duduk di kursi

Arkano menunduk, Mona mengelus punggung arkano "berhenti memikirkannya ia kucing yang kuat" ucapnya berusaha menenangkan arkano "lagi pula itu salahnya sendiri mengajak berkelahi para simbolis" lanjutnya

Arkano mendongak dan menatap Mona "apa?"

sektika Mona menutup mulutnya "..." 'Sial aku lupa tentang itu'

Arkano mendesak Mona untuk berbicara, Mona mengangguk "ya, saat kau pergi ke rumah sakit aku dengar jika Azrial bertengkar dengan para simbolis" jelasnya "tapi aku tidak tahu alasannya"

Arkano mendesah pelan "ini semua salahku", Mona menatap arkano bertanya

"Dulu Azrial dan Irene ada teman dekat namun setelah kejadian di mana Irene bergabung dengan para simbolis membuat pertemanannya merenggang" Arkano menatap langit cerah di atasnya "sepertinya setelah kematianku ia semakin membenci para simbolis"

Mona tertawa kering lalu menggeleng "itu tidak benar, sejak awal mereka tidak bisa di bilang sebagai teman" ungkap Mona

Arkano menoleh, Mona melihat langit lalu menghela nafasnya "aku telah lama mengenal mereka dan dari awal mereka selalu berkelahi" ia menoleh dan tersenyum "dan setelah kau datang barulah mereka mulai berbaikan"

Arkano tersenyum "mereka pandai berbohong sejak dulu", serentak keduanya tertawa

Semilir angin menerpa wajah ke duanya, "aku harap mereka berbaikan, setidaknya dalam kehidupanku yang terakhir" arkano berucap pelan

"Jangan bercanda" Mona memalingkan wajahnya menatap setangkai bunga yang berada tak jauh dari kakinya

Arkano menghembuskan nafasnya lalu bangkit "baiklah, tidak ada lagi waktu ayo pergi" arkano tersenyum ke arah Mona yang kini menatapnya

Ia pergi terlebih dahulu di susul Mona yang kini sedang terkekeh kecil "kau selalu seperti ini" ucapnya lalu berlari kecil mengejar langkah lebar arkano didepannya

***

Arkano tengah duduk di sofa sambil menonton namun walaupun matanya mengarah ke tv tapi pikirannya tengah melayang jauh, bahkan ia tidak sadar jika ada orang lain yang duduk di sampingnya

"Masih memikirkannya?" Dion yang duduk di sampingnya berucap membuat arkano sedikit terkejut

Saat tau siapa yang duduk di sampingnya arkano kembali meluruskan pandangnya "hmn" guamamnya

"Aku tidak menyangka jika dia akan sebodoh itu, ini jelas di luar perkiraan" ucap Dion ikut menatap tv untuk tengah menyiarkan sebuah drama

Arkano mengangguk kecil "aku telah memperhitungkannya namun.... Ini masih di luar dugaan" ia mengingat kembali ekspresi Azrial yang menatap para simbolis dengan tatapan benci

"Yah dia memang kucing yang keras kepala" Dion menyenderkan punggungnya "aku harap itu tidak semakin memperlambat kultifasinya

"Tentang itu" arkano menoleh "kapan kultifasinya akan selesai?" tanya arkano

Dion berpikir sebentar lalu menggeleng "aku tidak tau, tapi Gabriel pasti mengetahuinya karena dia lah yang mengurus kami semua" ungkapnya

Arkano mengangguk paham, "dari semua yang ada di sini hanya Azrial lah yang memiliki kultifasi yang buruk" Dion berucap sambil menghela nafas "aku tidak tahu apa yang dia pikirkan selama ribuan tahun lalu"

Ariani mengerutkan keningnya "ada yang mengganggunya?", Dion menggeleng "mungkin tidak, hanya saja ia selalu menunda dengan alasan malas dan sering mengurung di dalam perpustakaan"

Arkano tersenyum kecut "itu adalah kebiasaan buruk yang harus di hilangkan jika tidak ia mungkin harus menunggu ribuan tahun lagi untuk mencapai bentuk rubahnya", Dion mengangguk setuju "kau benar"

"Ini sudah larut sebaiknya kau beristirahat" Dion melirik ke arah jam tangannya lalu bangkit "aku akan pergi mengecek kondisi kucing gemuk itu" ia pun pergi meninggalkan Arkano

Arkano menatapnya "jangan mengganggu tidurnya" peringatan dari arkano, Dion mengangguk sambil melambai

Senyuman hangat terpatri di wajahnya yang putih lalu matanya yang indah kembali menatap tv yang kini menampilkan layar buram menandakan dramanya telah habis, ia bangkit munju kamarnya untuk beristirahat

Baru saja beberapa langkah indra pendengarannya menangkap sebuah suara kecil yang berasal dari dapur, dengan penasaran ia menghampirinya perlahan-lahan

Ia melihat sebuah siluet seseorang tengah duduk dengan segelas minuman di tangannya, matanya berwarna merah darah menyala di dalam kegelapan

Arkano tau siapa itu jadi secara naluriah ia mendekati saklar dan menyalakan lampu dan benar saja ia dapat melihat jelas sosok Renzu tengah duduk di temani dua botol minuman yang salah satunya telah tergeletak habis

"Ada apa?" Ia menghampiri Renzu

Renzu menoleh lalu tersenyum "hai" sapanya setengah mabuk "kenapa belum tidur hm?"

Arkano duduk di sampingnya "menurutmu bagaimana aku bisa tidur setelah melihatmu seperti ini?" ia memandang wajah arkano dengan cemas

Arkano tertawa lalu kembali terfokus dengan minumannya"tidur lah" ucapnya tanpa mau menjelaskan situasi yang ada

Helaan nafas keluar dari bibir arkano, ia tau dengan jelas jika orang di sampingnya tidak ingin membahas hal itu jadi dengan tenang ia menghindari topik dan menggantinya "kau tidak lelah? maksudku ayo tidur" arkano meraih gelas yang berada di tangan Renzu dan menyimpannya sedikit menjauh

"Biarkan aku menghabiskannya" Renzu merengek saat merasakan tubuhnya di raih oleh arkano, "sudah lah" arkano menempatkan tangan Renzu di pundaknya lalu menggiringnya untuk pergi ke kamarnya

Setelah sampai ia melepaskan tangan Renzu, membuatnya terjatuh langsung ke atas kasur "aku akan pergi" ia berbalik dan berniat pergi namun tangannya di raih membuatnya membalikkan badannya "apa?"

"Bisakah kau tinggal sebentar di sini?" Renzu berucap dengan tatapan sendu, arkano sekilas tersenyum lalu mengangguk "baiklah" lalu ia duduk di sampingnya

Renzu memeluk pinggang arkano dan membenamkan wajahnya di pinggangnya layaknya seorang anak kecil yang baru saja mimpi buruk, Arkano mengelus rambutnya yang lembut. Sampai ia merasakan pelukan di pinggangnya mengendur diam-diam arkano pergi meninggalkan kamar Renzi

"Selamat malam" ucapnya pelan, ia mematikan lampu lalu pergi meninggalkan Renzu yang telah tertidur

~~~

Catatan

Selamat hari raya idul Fitri ^-^

Mungkin hanya bisa mempublikasi satu persatu setiap harinya atau mungkin beberapa hari kedepannya, aku harap kalian sabar dengan alurnya yang terlalu monoton karena sesuatu akan terjadi nanti:>

Se you tomorrow, have a nice day

5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang