setelah satu minggu berlalu Renzu kini telah pulih total namun ada yang salah dengan tingkahnya, saat pertama kali ke luar dari kamar semua orang cukup terkejut dengan tingkah Renzu yang terus menerus menempel kepada Arkano bahkan sampai ia berulang kali mendapat teguran oleh pihak yang terkait ia tetap saja terus bertingkah aneh
"berhenti lah bertingkah" Arkano kembali menegur Renzu yang terus menatapnya layaknya anak kecil yang ingin di bujuk
Renzu merengut sedih, mereka kini berada di taman samping tempat pohon jiwa tumbuh. Arkano tengah sibuk menyirami beberapa tanaman di sana sedangkan Renzu hanya mengganggunya membuat pekerjaannya terganggu
"ayo lah berhenti menyiram dan kita pergi ke luar, kau tidak bosan terkurung di sini?" Renzu berbicara sambil memohon
Arkano tidak menggubris ia tetap menyirami tanaman di sana, Mona datang menghampiri Arkano dengan pakaian yang sedikit basah dan kotor "ano, aku telah menyiram taman belakang" ucapnya dengan riang, Arknao tersenyum "sungguh?", Mona mengangguk "yah, bukankah aku berguna di bandingkan dengan makhluk tua itu?" mona mencibir
Renzu melotot "jaga ucapanmu" desisnya tajam, Mona merinding melihatnya "ya dewa aku lupa jika ia adalah pemberontak nomor satu neraka, tolong lindungi aku" ucapnya lirih mengejek Renzu yang hanya dapat menatapnya marah
Arkano tertawa ringan "berhenti lah mengganggunya" ucapnya lalu kembali menyirami tanaman "kau tidak ingin di usir dari sini dengan paksa bukan?" lanjutnya tanpa menoleh, Mona berkedip cepat "yah kau benar" ucapnya lalu dengan takut-takut ia bersembunyi di balik tubuh arkano "kau begitu aku pergi" pamitnya saat melihat tatapn Renzu yang semakin menajam jika matanya dapat berbicara mungkin ia berkata jika 'aku akan memakanmu hidup-hidup'
dengan cepat Mona menghilang layaknya sebuah bayangan, beberapa burung kecil hinggap di pundak Arkano sambil berkicau menciptakan sebuah melodi. semilir angin terasa sejuk walaupun mata hari telah berada di atas kepala, Renzu menatap interaksi Arkano dengan beberapa binatang yang mulai menghampirinya
"seperti biasa, ternyata kepopuleranmu masih tetap terjaga selama ribuan tahun" Renzu berucap sambi berjalan menghampiri Arkano. Beberapa binatang pergi akrena aura Renzu yang terlalu mendominasi "Tentu, bahkan kekuatanmu juga masih sama" arkano berucap sambil menyaksikan burung-burung kecil berterbangan dari tangannya
menatap langit biru, seulas senyum terpatri di wajah menawan arkano, matanya yang berwarna coklat semakin indah saat tersorot sinar matahari. secara perlahan Renzu menutup akses sinar matahari dengan tangannya membuat Arkano menoleh, tatapan mereka bertemu "menurutmu apa dulu pilihan ku benar?" ucapnya
ekspresi Rensu menggelap "dulu adalah dulu itu berbeda untuk sekarang" ucapnya, Arkano tersenyum "kau benar itu telah berlalu ribuan tahun"
"ingin ke suatu tempat?" Renzu bertanya dengan kembut, arkano mengangguk "aku ingin mengunjungi orang tua ku" ungkapnya sendu. "kalo begitu ayo kita pergi" Renzu menggenggam tangan Arkano dan membimbingnya untuk berjalan menuju garasi
mereka pergi meninggalkan mansion, Mona menyaksikan kepergian mereka dari pintu "masa-masa yang indah sebelum benacan" ungkapnya, di sampingnya Xeno berdiri memandangi arah pandang yang sama "setidaknya sekarang mereka tau apa yang harus di lakukan" Xeno, Mona tertawa kecil
***
Di dalam mobil, arkano memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerobos dari jendela yang ia buka. Renzu menatapnya sekilas dan kembali fokus dengan setirnya
Butuh waktu sekitar 1 jam lebih untuk sampai ke pemakaman umum, saat sudah sampai arkano membuka matanya dan langsung keluar dari mobil di susul Renzu di belakangnya
Ini adalah kali pertamanya mengunjungi makam kedua orang tuanya setelah menyaksikan pemakaman, butuh waktu sekitar 20 meint baginya menyusuri setiap makam untuk mencari lokasi kedua orangtuanya. Renzu hanya mengikuti tanpa mau mengganggu suasana hati Arakano yang sangat tenang itu
Ia menemukan makamnya lalu membersihkannya dan mulai berdoa untuk kedua orangtuanya "maaf Ano nggak pernah ngunjungin kalian" ucapnya sendu, walaupun ia sedih namun tidak adanya air mata yang mengalir keluar
Seulas senyum terpatri indah, ia mengelus nisan ibunya lalu ayahnya setalahnya ia berbalik sedikit menengadah untuk menetralkan emosinya. Di depannya ada Renzu yang tengah berdiri diam, enatah kenapa emosinya sulit di atur lalu ia terjatuh di pelukan Renzu dan menangis terisak. Renzu membalas pelukan itu sambil mengusap tangannya ke punggung bergetar milik Arakano
Momen itu hanya sebentar setelahnya ia mendorong sedikit tubuh tegap Renzu untuk menjauh darinya lalu menyeka paksa air mata yang menggenang di matanya, terdengar suara riuh orang-orang yang menangis jadi arkaon menoleh ke sumber suara dan mendapati jika tidak jauh dari tempatnya ada acara pemakaman yang tengah berlangsung
Renzu yang melihat arkano terfokus pada satu tempat ikut melihatnya lalu ia kembali menatap arkano "ingin berkunjung?" usulnya
Arkano sedikit menggeleng ragu "sepertinya tidak perlu" gumamnya, Renzu mengangguk lalu menggenggam pergelangan tangan arkano dan secara perlahan menuntunnya ke tempat yang mereka lihat itu
Di sana cukup ramai, mungkin ada sekitar 3 kepala keluarga di sana. Mereka menangis meratapi kematian orang yang telah tertutup tanah, dari semua orang yang menangis hanya ada satu anak yang hanya diam menatap kosong ke arah batu nisan mungkin ia berusia sekitar 6 atau 7 th jadi ia belum mengerti seluruhnya namun jika di lihat lebih teliti sebuah luka terkubur di dalam pandangannya yang kosong
"Bukankah ia sangat menyedihkan?" Arkano bergumam lirih melihat anak itu
Renzu melihatnya lalu mengangguk "di lihat dari ekspresinya itu adalah sebuah pukulan besar" timpal Renzu "sebaiknya kita pulang sebelum hujan" ia mendongak melihat langit yang tadinya cerah bertukar menjadi sekumpulan awan
Arakno juga ikut menatap langit "hnm, ayo pulang" ucapnya, namun sebelum ia benar-benar berbalik sesuatu yang aneh tertangkap oleh pandangannya. Ia berhenti dan kembali melihat ke segerombolan orang-orang yang tengah berduka itu
Renzu yang telah berjalan beberapa langkah ikut berhenti dan melirik arkano yang tediam "ada apa?" tanyanya, "ada sesuatu yang aneh dari keluarga itu" ungkap arkano, Renzu melihatnya ia mengangguk "itu adalah takdir mereka lebih baik kita tidak ikut campur"
Arkano mengangguk, mereka pun pergi meninggalkan tempat pemakaman untuk kembali ke mansion karena cuaca yang telah menggelap
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Legenda [END]
FantasySebuah kisah yang menceritakan seorang remaja, Arkano yang tanpa ia ketahui merupakan reinkarnasi dari sang dewa bunga, Dy'Methar Kehidupan yang cukup menyedihkan menimpanya saat hampir menginjak usia 17 tahun, kehilangan kedua orangtuanya dan berak...