pembalasan dendam?

4 0 0
                                    


Gabriel dan Azrial telah sampai di dasar neraka, sebagai makhluk undead Gabriel dengan mudah dapat menembus pertahanan neraka tanpa harus menimbulkan kekacauan

Suasana hening dan dingin yang menusuk tulang menyambut kedatangan mereka, tidak ada cahaya di sana mereka harus memanfaatkan di jiwa untuk melihat

Gabriel menyalakan api jiwanya yang telah lama mati, membuatnya seperti lentera

Mereka berjalan lurus mencoba untuk mencari makhluk yang mereka cari, suasana semakin dingin saat mereka melihat sosok yang berdiri tak jauh dari mereka

"Berani juga kalian untuk sampai di sini" suara itu menggema

~🌹~

"Dunia ini akan berakhir" serius Arkano

Di depannya Renzu menatapnya serius "kau mempercayai takdir?"

Arkano menutup bukunya, tatapan mereka bertemu "manusia pasti percaya takdir"

Renzu menghela nafasnya, ia mengambil alih buku yang ada di depan arkano

"Tapi kita hidup tanpa terikat takdir, kau harus ingat itu Ano" tegas Renzu dengan intonasi lembut

Arkano terkekeh, tatapannya menyaksikan gerak gerik Renzu yang kini tengah berdiri untuk menyimpan buku tua miliknya di atas rak

Ia mengulurkan tangannya, sebuah pedang jiwa muncul di tangannya

"Itu dulu, sekarang aku tidak ada bedanya dengan para manusia lainnya" ucapnya sambil mengelus bilah tajam pedang itu dengan tangannya yang polos

Aliran darah mulai mengalir dari jarinya "kami adalah perasa yang baik dan juga pemburu yang kejam"

"Kau bukan monster" Renzu mengambil alih pedang itu, meletakkannya di atas meja dan meraih tangan Arkano "kau jelas berbeda"

tetasan darah itu semakin mengalir deras, Renzu dengan sigap memasukkan jari telunjuk Arakno ke dalam mulutnya

Arkano hanya diam, setelah cukup lama ia menarik tangannya dari mulut Renzu. Luka sayatan di jari telunjuknya kini telah pulih total

"Monster itu berasal dari hati manusia" ucap Arkano, ia memegang dadanya "selama jantung ini masih berdetak maka monster itu akan terus ada"

Renzu terdiam, Arkano tersenyum manis ke arahnya

"Saat aku mati nanti. Aku harap kalian tak menggila karena ku"

~🌹~

Azrial terpental ke belakang setelah menerima hantaman keras dari pukulan Mikhael, Gabriel dengan cepat menghadang gerakan Mikahel untuk mengulur waktu

"Sungguh pasangan serasi" Mikhael menyeringai

Gabriel memicingkan matanya, ia mendorong Mikhael lalu menyerangnya secara beringas. Namun satu fakta yang mereka lupakan jika Mikahel akan sangat kuat jika berada dalam area kekuasaannya

Sebuah pepatah mengatakan, jika tanpa persiapan jangan menyerang musuh dalam markasnya jika tak ingin berakhir mengenaskan

Gabriel berhasil menyerang Mikahel sampai sosok itu terpental jauh ke belakang namun Mikahel masih terlihat baik-baik saja berbeda dengan Gabriel dan Azrial yang sudah terlihat kelelahan

Azrial berjalan tertatih menghampiri Gabriel "kau tidak apa?" tanyanya

Gabriel menggeleng, ia menyeka darah yang mengalir di mulutnya "kita harus segera mengakhirinya"

Azrial mengangguk, mereka berdua bersiap-siap untuk menyerang. Mikahel terkekeh melihat keduanya kompak memasang kuda-kuda untuk menyerangnya

"Apa kalian tidak takut....mati?" Tanya Mikahel sambil menyeringai

"Untuk apa kami takut mati?" Azrial mendesis "kami tak butuh pengasihan dari mu"

Azrial melesat untuk memberikan pukulan terhadap Mikahel yang jelas dapat ia tangkis dengan mudah

"Dasar naif" Mikhael membanting tubuh Azrial dengan keras

Gabriel langsung menendang tubuh Mikahel agar menjauh, mereka berdua kembali bertarung dengan sengit. Tak ingin ketinggalan Azrial juga kembali bangkit dan ikut menghajar Mikahel

"Jika saja Ano tau apa yang kalian lakukan..." Mikahel terkekeh kecil sambil menangkis semua serangan

"Sebelum itu terjadi, kami akan melenyapkan mu terlebih dahulu!!" geram Azrial, ia semakin gesit memberikan serangan

"Benar kah?"

Mikahel dengan cepat mengayunkan tangannya menciptakan sebuah gelombang kekuatan yang mampu membuat Gabriel dan Azrial terpental ke belakang

"Sepertinya aku tidak bisa bermain-main lagi" ucapnya hampir seperti bisikan

Hanya saja suara itu masih dapat terdengar jelas oleh keduanya, tiba-tiba saja Azrial merasa merinding saat aura dingin berhembus ke arahnya

Gabriel dengan cepat menjadi tameng bagi Azrial saat sebuah serangan yang tak terlihat menyerang mereka berdua, mereka kembali terpental ke belakang. Gabriel mengeluarkan darah segar dari mulutnya karena dampak serangan itu

"Kau..." Azrial menggeram, ia menatap tajam ke arah Mikahel yang hanya berdiri sambil tersenyum di balik kupuluknya

"Tak ada jalan untuk kembali" Mikahel berbicara dengan nada mengancam namun hal itu masih belum bisa membuat tekad Azrial goyah

Dengan tubuh yang menopang Gabriel yang tengah terluka, ia masih bisa melemparkan beberapa kata makian terhadap Mikahel

"Berhenti omong kosong dan hadapi aku" ucapnya, ia mendorong tubuh Gabriel secara perlahan lalu berdiri di depannya sambil menatap angkuh ke arah Mikahel

Gabriel dengan sisa tenaganya meraih kaki Azrial sambil menggeleng "jangan gegabah" lirihnya

Azrial tidak menggubris ia hanya melirik sekilas lalu melangkah maju membuat pegangan Gabriel terlepas

"Kau sangat berani"

Pertempuran kembali terjadi, seperti katanya. Mikahel kini tidak lagi bermain-main, dengan sabit kematian di tangannya ia dengan gesit menghindari dan menangkis seluruh serangan yang di berikan oleh Azrial

"Jangan menyesali perbuatan mu!" Mikahel melompat mundur ke belakang

Azrial menyeringai "takut?"

Mikahel memegang sabitnya dengan erat lalu detik berikutnya ia melesat ke arah Azrial, membuat kucing hitam itu tidak bisa berkutik lagi

Sabit itu dengan cepat membelah apa yang ada di depannya, darah terciprat ke mana-mana mengotori seluruh tempat di sekelilingnya

Mata Azrial membola saat melihat tubuh besar Gabriel terbelah di hadapannya, bak Dejavu. Lagi-lagi ia harus menyaksikan sosok yang berharga di hidupnya mati mengenaskan dengan benda yang sama

Azrial mendekap tubuh Gabriel sambil meraung keras "tidak-tidak, kenapa ini terjadi?" ucapnya tak percaya

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?"

Di detik-detik tenaganya, Gabriel menyempatkan untuk membelai rambut halus Azrial yang terurai sambil tersenyum lembut ia mengucapkan satu kalimat

"Bahagia"

Lalu ia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Azrial semakin terpukul ia kembali meraung keras, sedangkan di sisi lain Mikahel hanya diam menyaksikan kejadian pilu itu

Azrial mengusap paksa air matanya yang jatuh sambil menatap tajam ke arah Mikahel, tangannya dengan lembut meletakkan tubuh Gabriel ke bawah

"Kau adalah makhluk paling keji" ucapnya sambil berdiri terhuyung-huyung

Mikahel tidak menjawab ia hanya diam menyaksikan

"Aku tak akan membiarkan mu hidup damai selamanya!!!" teriaknya kencang lalu melesat ke arah Mikahel











5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang