Pergi ke pertemuan

15 1 0
                                    



"Mona, menurutmu haruskah Renzu ikut?" Arkano bertanya ke pada Mona yang tengah duduk di kursi

Mereka berdua berada di kamar arkano menunggu waktu yang pas untuk pergi ke acar pertemuan yang di adakan oleh para simbolis

Mona menoleh dengan tatapan bingung "entah lah, hanya saja jika terjadi sesuatu di antar mereka itu cukup merepotkan" ungkapnya

Arkano mengangguk setuju "kau benar, tapi jika aku tidak membawanya bagaimana kita bisa pergi?" Arkano berjalan menghampiri Mona dan duduk di kursi yang terletak di depannya

"Itu dia, sebaiknya dia ikut itu juga demi kebaikanmu" Mona mengulas senyum tipis "tapi kau harus terus berada di sampingnya layaknya seorang istri mendampingi suaminya"

Arkano mendengus kesal "berhenti bercanda" ucapnya memalingkan wajahnya, senyuman Mona semakin merekah "ow~ lihat taun putri sedang marah" godanya

Arakno memutar matanya malas, sebuah ketukan pintu terdengar mereka berdua menatap pintu yang secara perlahan penampilan seseorang dengan tubuh tegap yang di balut oleh mantel hitam

"Kau sudah siap?" Renzu berucap di ambang pintu, arkano mengangguk lalu bangkit dari duduknya

"Wow, lihat pangeran telah tiba" goda Mona kembali

Arkano tidak menggubris, ia berjalan menghampiri Renzu. Mona juga ikut di belakang Arkano, mereka bertiga pun pergi meninggalkan mansion

Butuh waktu sekitar dua jam agar sampai di tempat yang menjadi titik temu mereka, Renzu dan Arkano berjalan berdampingan sedangkan Mona mengikuti langkah arkano dari samping

Mereka di arahkan oleh satpam untuk masuk ke dalam sebuah villa megah yang ada di depan mereka, saat mereka sudah ada di depan sudah ada Irene dengan dres merah marun dan mantel bulu di pundaknya telah menunggu kehadiran mereka bertiga

"Selamat datang" ucapnya

Arkano tersenyum sebagai balasan, Irene mengisyaratkan agar mereka masuk dengan gerakan tangannya. Renzu meraih tangan Arakano dan menuntunnya untuk masuk, sedangkan Mona di tahan oleh Irene

"Apa-apaan ini?" ucapnya menatap sinis Irene di depannya yang telah menghadang jalannya

"Ada yang perlu kita bicarakan" ucap Irene lalu meraih tangan Mona dan menariknya ke suatu tempat

Mona sedikit kesulitan untuk mengikuti setiap langkah jenjang yang Irene lakukan membuatnya kewalahan, dengan langkah terhuyung-huyung ia mengikuti Irene

Mereka berhenti di sebuah gazebo di tengah-tengah taman, Mona menyernyit bingung "apa yang kau inginkan?" Ia menarik paksa tangannya gara terlepas dari genggaman Irene

Irene berekspresi aneh yang tak dapat Mona pahami, kedua pundak Mona di cengkaram erat oleh Irene membuat Mona terkejut ia berusaha untuk melepaskan tangan Irene dari pundaknya

"Kenapa?" Irene menunduk "kenapa lu lakuin itu?"

Mona tampak kebingungan, dengan wajah bertanya-tanya ia menatap Irene yang sedang menunduk "apa yang kamu maksud?"

Irene mendongak, matanya memerah dengan sedikit air mata yang menggenang "kenapa? Kenapa kamu berhenti menyebarkan malapetaka?" tanyanya sambil mengguncang pundak Mona

Mona terdiam kaku namun setelahnya ia terkekeh kecil membuat Irene berhenti mengguncang pundaknya, "bukankah kalian seharusnya senang karena aku berhenti menyebabkan kesedihan" ucap Mona melepaskan dua tangan Irene yang masih berada di pundaknya

Ia berbalik sambil mengepalkan tangannya "bukankah kalian sangat menghargai nyawa?"

Irene terdiam, tangannya terulur untuk meraih pundak Mona lagi namun ia berhenti saat Mona kembali berucap

5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang