Rasa kehilangan

24 3 0
                                    

dua hari telah berlalu setelah kejadian yang merenggut sosok mona dari kehidupan arkano, namun sikap arkano yang riang belum kembali bahkan bunga yang selalu segar di setiap pagi kini perlahan mulai layu karena tidak ada yang memberi mereka air

tiga peri jelas khawatir dengan keadaan ini "jika ini terus berlanjut maka habis lah kita" ucap salah satunya

mereka bertiga terus berterbangan dengan gelisah tanpa ada niatan untuk menghampiri arkano yang tengah melamun di ruang tamu, "haruskah kita mencari renzu?" usul salah satunya yang terlihat polos

"dan menyuruhnya untuk membasmi kita? kau gila!!" sarkas peri yang bersikap tomboy, membuat peri polos itu menunduk diam "arghhh, apa yang harus kita lakukan?"

peri yang sedang mondar mandir di depan keduanya menggeleng "aku tidak tahu!! ke empat legenda masih sibuk mengurus lion kita tidak mungkin muncul di saat seperti itu" ungkapnya

"jadi bajingan itu masih hidup?"

"ya!! dia masih hidup, jelas posisinya saat ini sulit untuk di singkirkan"

"lalu bagaimana?"

kedua peri itu terus mengobrol menyisakan peri polos yang tampak kebingungan "emmm... bagaimana kalo kita menghiburnya?" ususlnya namun tidak ada yang mendengarkan "hey... lihat... dia pergi" ucapnya lagi

suara itu sangat kecil membuat dua peri yang tengah berdiskusi serius itu tidak mendengarnya, namun di sisi lain arkano mulai bangkit dan pergi meninggalkan mansion dengan tatapan kosong

"hei!!! lihat dia sudah pergi!!!" peri polos itu berteriak sangat kencang membuat yang lain terdiam

kedua peri itu melihat posisi arkano yang telah menghilang dari tempatnya "kemana dia pergi!!" kompak keduanya

tiga peri itu dengan kompak pergi dan mencari keberadaan arkano di luar mansion namun tidak ada tanda-tanda keberadaanya "sial, kita kehilangannya!!!" kesal peri tomboy

"ayo kita cari renzu" ketiga peri itu kembali ke mansion

...

"Apa yang Lo lakuin mon, kenapa Lo pergi?" Arkano menatap langit senja di atasnya

"Lo selalu bilang kalo Lo bakal ada di sisi gw" air mata meluncur dari pipinya yang putih

"Harus kah aku mendatangi neraka untuk menuntut semuanya?"

"Kenapa Lo pergi sebelum gw mon?" Suaranya mulai mengecil dan bergetar

Tubuhnya turun dan akhirnya ia duduk di atas hamparan rumput, di depannya matahari memantulkan cahaya di balik air jernih sungai

"Aku mati, aku akan kembali, jika kalian pergi? Apa kah akan ada alasan aku untuk kembali?"

Di atasnya, pohon yang berisikan bunga berwarna pink yang memenuhi seluruh dahannya mulai berguguran bersamaan dengan angin yang berhembus lembut

"Ini adalah kehidupan terkahirku!! Kenapa kau pergi mendahuluiku?" Arkano menangis sejadi-jadinya "kenapa??"

Ia meraih buat di sampingnya lalu melemparkannya ke dalam sungai, batu itu terpental beberapa kali sebelum akhirnya tenggelam menciptakan gelombang indah yang memukau

"Bukankah itu berbahaya?" Suara itu mengalihkan atensi Arkano

Arkano menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita cantik dengan gaun biru langitnya yang indah

"Kau...?" Arkano teringat saat hujan dulu "kau wanita hujan itu kan?" tanyanya ragu-ragu

Wanita itu berjalan dengan anggun sambil tertawa kecil "kau benar-benar melupakanku ternyata" ucapnya lembut berbeda dengan waktu pertama mereka bertemu dia seperti monster yang siap membunuh siapapun

"Apa aku mengenalmu?" tanya Arakno lagi

"Tentu, bahkan kau pernah berjanji untuk menikahi ku" ucap wanita itu sambil menatap langit yang kini berubah menjadi oranye

Arkano melihat wajah itu, dalam kedamaian terpancar sebuah rasa sedih, rindu sekaligus benci yang bercampur dalam ketenangan dunia

...

Di mansion kini semua orang tengah ribut prihal Arakno yang tiba-tiba saja menghilang entah kemana

"Apa yang kau lakukan sampai di menghilang kau tidak mengetahuinya?" Gabriel bertanya dengan tegas kepada Azrial

"Kau tau sendiri, aku selalu tinggal di dalam perpustakaan!!" Desis Azrial dalam mode munsia rubahnya

Namun tatapan Gabriel masih menusuk membuat Azrial merentangkan cakar-cakaran tajamnya "baik, ini semua salah ku aku pergi!" ucap Azrial lalu berubah menjadi seekor kucing hitam lalu menghilang layaknya bayangan

"Bukankah kau terlalu tegas padanya?" Sergio menyenggol bahu Gabriel di sampingnya

Gabriel melirik dengan tajam "itu setimpal" ucapnya lalu pergi

Sedangkan Renzu hanya duduk dengan tenang di kursinya, saat ini mereka tengah mengadakan diskusi singkat di ruang makan

"Jika dia ikut menghilang, aku bertaruh kau akan panik setengah mati!!" cerca Sergio

Gabriel merotasikan matanya lalu beranjak pergi

"Hah, lihatlah saudaramu itu sangat-sangat batu!" kesal Sergio sambil menyenderkan tubuhnya

Renzu terkekeh "mereka memiliki cara yang berbeda untuk berkomunikasi, biarkan saja" ucapnya santai

Tatapannya yang tajam beralih menatap jendela yang kini tengah turun hujan

"Kau tidak khawatir?" tanya Sergio

Renzu tersenyum tipis "biarkan dia melakukan sesuatu sesukanya, selagi itu tidak membahayakan nyawanya" ungkapnya

"Hmm, nyatanya kau sama saja" Sergio berucap dengan malas lalu pergi meninggalkan ruangan

Renzu masih fokus dengan pemandangan indah di depan matanya, "perlahan kau akan mengerti bagaimana perasaan di tinggalkan" gumamnya lalu terkekeh kecil



5 Legenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang