Arkano menatap langit-langit sambil mendesah pelan, tubuhnya ia sederkan di sandaran sofa. Tidak lama Renzu turun dari tangga sambil menatapnya dengan sengit
"Apa yang telah terjadi?" tanyanya setelah berada di depan Arkano
Arkano menatap wajah khawatir Renzu, "apa? tidak ada yang istimewa" ucapnya
Mata tajamnya semakin memicing menatap Arakano "lalu apa itu?", Arkano bangkit dari duduknya "apa?"
"Apa yang ada di bibirmu? Darah?" tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Arkano
Arkano terkejut ia lupa dengan darah kering itu "ah ini, hanya lupa kecil" ungkapnya lalu duduk kembali, Renzu masih menatapnya tajam ia duduk di samping Arkano membuat arkano sedikit gelisah "berhenti lah menatapku seperti itu"
"Kalo begitu beritahu aku bagain aman yang terluka" tanyanya lalu menatap setiap inci tubuh Arkano
Arkano menunduk "bagian dalam" ucapnya, Renzo melotot "apa?" dengan cepat ia meraih tangan Arakano "kenapa kau ceroboh sekali" ucapnya marah lalu menuntun Arkano untuk ikut bersamanya
"Aku baik-baik saja" Arkano sedikit meronta namun sektika ia terdiam saat merasakan sakit di bagian dadanya, Renzu panik melihat reaksi Arkano yang tengah kesakitan "aku bilang apa?" ucapnya lalu dengan cepat menggendong Arkano dan berlari keluar
Mereka pun pergi ke rumah sakit dan akhirnya Arkano di rawat di sana, bosan itu lah yang tengah di rasakan oleh arkano. Ia menyaksikan air yang menetes di infusnya sesekali menghela nafas, menatap malas ke arah pintu yang di mana ada beberapa suster yang tengah mengintip sambil berbisik
Arkano menghela nafas panjang mencoba menarik perhatian lelaki yang tengah duduk di sampingnya namun itu hanya sia-sia karena lelaki itu tengah fokus dengan ponselnya
Arkano tersenyum kecut, para suster semakin menjadi-jadi mereka bahkan mengabaikan arkano yang telah menciduk keberadaan mereka dan terus bergunjing di depan pintu
"Lebih baik bawa Xenu ke sini atau beritahu Mona agar menjengukku di bandingkan seperti ini" Arkano bergumam dengan sindiran kecil yang tersirat
Renzu yang tengah duduk di sampingnya menoleh "apa yang kau maksud?" Ia meletakkan ponselnya lalu tatapan mereka bertemu
Semua suster yang tengah mengintip semakin histeris melihat interaksi mereka membuat arkano menatap malas ke arah Renzu, "harus kah aku kabur lagi?" tanyanya ia merebahkan tubuhnya mengabaikan tatapan tidak mengerti dari Renzu
Renzu yang di abaikan tidak bertanya lebih lanjut, ia tau jelas jika Arkano tengah marah kepadanya namun ia tidak tau pasti apa penyebabnya. Renzu meraih apel yang berada di meja lalu mengupasnya dan memberikan potongan-potongan kecil apel itu kepada Arkano
"Bukankah kau ingin ditemani lalu apa lagi yang ingin kau lakukan dengan Xenu?" Renzu berucap setelah satu potong apel itu di mabil oleh Arkano
"Kau pikir hanya di temani seperti tadi bisa membuatku betah? Oh ayolah aku ini manusia biasa" Arkano mengeluh sambil memakan potongan apel di tangannya "dan lagi, apa kau benar-benar tidak menyadari jika banyak mata yang tengah melihat kita?"
Renzu mengangkat sebelah halisnya lalu menggeleng singkat, "sungguh?" Arkano menatap tak percaya lalu mengisyaratkan Renzi untuk melihat ke arah pintu dengan tatapannya
Renzu menoleh dan sedikit terkejut saat melihat beberapa suster tengah bergosip di luar pintu, itu terlihat jelas dari jendela kecil pintu "yah, setidaknya kau bisa terkenal lagi setelah ribuan tahun" Renzi kembali menatap arkano dengan senyuman tipis
Arkano mendelik "kau pikir apa? Asih... Sudah lah" arkano tampak kesal
Renzu terkekeh kecil lalu kembali memberikan potongan kecil apel dan arkano menerimanya
***
Arkano duduk di barnkar menatap langit biru sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya menikmati ketenangan setelah Renzi pergi, namun ketenangan itu terganggu saat suara melengking milik Mona terdengar di ruangannya
"Ano..... Ya ampun, kau baik-baik saja bukan?" Mona berlari ke arah Arkano dengan cepat dan memeluk tubuhnya
Arkano tersenyum namun ia sedikit tercekat saat pelukan Mona yang terasa sangat kuat itu "berhenti lah aku tidak bisa bernafas" ucapnya sambil mendorong pundak Mona secara perlahan
Mona tersenyum lalu melepaskannya, Arkano melihat Mona dari atas ke bawah "kau sudah pulih?" tanyanya
Mona mengangguk semangat "tentu, aku adanya hantu berusia ribuan tahun jadi itu tidak masalah bagiku" ucapnya bangga
Arkano tersenyum pasi "iya in" ucapnya membuat Mona sedikit kesal
"Apa ini? Kau tidak suka aku di sini sampai-sampai bersikap seperti itu kepadaku?" Mona memulai dramanya membuat arkano tersenyum
Mereka tertawa riang sambil bercanda satu sama lain, beberapa menit berlalu seorang suster masuk untuk mengecek kondisi Arkano setelahnya ia berjalan untuk pergi namun matanya tertuju pada wajah arkano yang saat ini tengah fokus memandang ke luar jendela
Mona melihatnya lalu menyeringai "nona, sebaiknya jaga pandangan mu" peringatan dari Mona
suster itu melirik Mona yang tengah tersenyum ke arahnya, "kau tidak tau seberapa posesif pacarnya" ucap Mona
Suster itu tersenyum canggung lalu mempercepat langkahnya dengan wajah yang memerah, Arkano melihat interaksi keduanya lalu menghela nafas "berhentilah menyebar rumor"
Mona terkekeh kecil "bukankah ini sangat menyenangkan?" Mona lirik ke arah pintu yang di mana ada beberapa suster yang tengah bergosip di luar pintu "bahkan mereka sangat berani" lanjutnya
Arkano memakan buah anggur yang berada di atas meja secara perlahan "itulah yang aku tidak suka" ujarnya memalingkan wajahnya
"Oh ayo lah, dulu kau sangat terkenal bukankah seharusnya kau telah terbiasa?" goda Mona ia meraih buah anggur yang berada di tangan arkano lalu memakannya
Arkano memutar matanya "jelas itu sangat berbeda" ungkapnya lalu mengambil kembali buah anggur yang tersisa
"Ah, kau sudah mendengar kabar tentang kucing gemuk itu?" Mona kembali merebut buah anggur di tangan Arkano
"Apa yang terjadi?" tanya Arkano tanpa memperotes kelakuan wanita di sampingnya, "dia mengalami cidera dan sekarang ia mengurung diri di dalam perpustakaan" ungkap Mona
Arkano mengerutkan keningnya lalu ia mengingat kejadian dua hari yang lalu "jadi bagaimana dia sekarang?" tanyanya
Moan mengangkat bahunya acuh "dia sangat menghindari ku jadi aku tidak tau pasti tentang kondisinya" ia mengambil air minum dan meneguknya "sebaiknya capat pulang dan melihatnya secara langsung" lanjutnya
Arkano mengangguk "aku akan kembali besok" ia lirik botol infusnya yang hampir habis "atau mungkin nanti sore"
Mona tersenyum "baiklah" ia bangkit dari duduknya "sebaiknya kau istirahat aku akan pulang" ucapnya
"Secepat itu?" Arkano tapak enggan untuk kepergian Mona, "oh ayolah, aku mungkin pengangguran tapi jika bukan aku siapa yang akan merawat semua tanaman yang ada di kamarmu?" ungkapnya
Arkano melupakan hal itu ia pun mengangguk setuju, Mona melambaikan tangannya setelah berada di depan pintu. Arkano tersenyum menyaksikan Mona yang perlahan keluar dari ruangannya lalu menegur para suster sebelum benar-benar pergi
Arkano tertawa kecil melihatnya lalu beralih menatap langit biru

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Legenda [END]
FantasíaSebuah kisah yang menceritakan seorang remaja, Arkano yang tanpa ia ketahui merupakan reinkarnasi dari sang dewa bunga, Dy'Methar Kehidupan yang cukup menyedihkan menimpanya saat hampir menginjak usia 17 tahun, kehilangan kedua orangtuanya dan berak...