Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.Mentari pagi telah keluar dari tempat persembunyiannya, dari ufuk timur sana dia memancarkan sinarnya. Menelusup melalui celah gorden sehingga membuat banyak orang yang terganggu akan sinarnya, salah satunya adalah pria September yang masih bergeming selimut tebal di kasur king size nya.
Sinar matahari yang masuk melalui celah gorden berhasil mengganggu tidurnya, menggeliat seperti ulat lau menyibak selimut tebal yang menutupinya tadi. Mengedipkan matanya beberapa kali untuk mengusir sejenak buram yang menghalangi pandangannya.
Tubuh tegap nan kekar itu beranjak dari duduknya, tungkainya dibawa menuju kamar mandi yang tepat berada tak jauh dari hadapannya, dengan tangan yang sudah menyambar handuk yang tergantung disamping pintu coklat itu.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 untuk dirinya membersihkan diri dan juga berpakaian. Kini dirinya sudah siap dengan setelan kaos putih yang dilapisi dengan kemeja kotak-kotak berwarna abu di padukan dengan celana baggy hitam, jangan lupakan juga dengan tas hitamnya yang sudah menyampir apik di bahu lebarnya.
Menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca didepannya untuk memastikan penampilannya lalu kembali untuk sedikit merapihkan surai hitam legamnya.
"Woahh gue ternyata ganteng banget ya, pantes banyak cewek yang suka ma gue" narsisnya sembari berpose dari pantulan kaca itu.
Menuruni anak tangga dengan hati-hati, saat sudah sampai di tangga terakhir kedua sudut bibirnya tertarik sampai membentuk kurva ketika melihat kedua bidadari kesayangannya tengah berada di dapur, ia pun kembali melangkahkan tungkainya.
"Pagi nek"
Cup
Sapanya sembari mendaratkan kecupan hangat pada pipi sang nenek.
"Pagi juga, nak" balasnya dengan senyum teduh yang terpatri di wajahnya.
"Pagi ma"
Cup
Melakukan hal serupa pada wanita kesayangannya yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga.
"Bagaimana keadaan nenek, sudah lebih baik? Apa masih pusing?" tanyanya yang kini telah mendudukkan diri di meja makan, ia mengetahui perihal kejadian yang menimpa sang nenek kemarin, dan dia juga yang menjemput mereka di rumah sakit.
"Nenek nggak papa, sehat kok. Nenek kan kuat" si cantik yang lebih muda menggulirkan matanya malas saat mendengarkan penuturan sang ibu. Selalu saja seperti itu.
"Iya ibu kuat, tapi ibu nggak bisa jaga diri sendiri" sahut yang lebih muda dengan tiga piring nasi goreng yang ia bawa dengan nampan di bantu juga dengan sang putra yang menata piringnya.
Yang di panggil ibu hanya diam saja, menganggap ucapan putrinya sebagai angin lewat saja.
"Aku udah mutusin bakal nyari perawat buat ibu" ujar sang putri.
"Nggak usah ya, ibu masih bisa lakuin semuanya kok. Lagi pula ibu nggak papa juga" tolak wanita paruh baya itu.
"Stop bilang gitu, kali ini aku nggak bakal dengerin ibu. Aku udah nemu orang yang cocok buat jadi perawat ibu dan urus rumah ini, dan aku juga udah dapat banyak info tentang dia" jelas wanita yang menyandang status janda herang itu.
"Mama yakin? mama nggak lupa kan gimana nenek berhasil ngusir banyak perawat yang udah mama pekerjakan buat urus nenek dan rumah ini?" tanya sang putra.
Iya itu benar, sudah banyak perawat yang sudah berhasil Gita usir dengan membuat mereka lelah akan sikap maupun pekerjaan. Sedari dulu Gita memang tak mau di rawat oleh perawat dan tetap memaksa untuk mengurus semuanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Novela JuvenilBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...