Nurse 36

453 44 6
                                    

Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.





Alarm yang ada di Jam tangan nya menandakan bahwa kini mata kuliah kedua nya telah selesai, ia pergi keluar setelah sang dosen berpamitan dan meninggalkan kelas.

Membawa tungkainya menuju taman yang sama, sekarang taman itu benar-benar menjadi tempat favorit nya di kampus. Sebelum pergi kesana ia juga membeli beberapa macam camilan di alfamini yang di sediakan oleh kampusnya.

Pikirannya sedang campur aduk sekarang, ia membutuhkan waktu untuk sendiri.

Ingatan tentang kejadian yang menimpanya dan Andra waktu malam itu, kembali berputar bak kaset rusak di kepalanya.

Bertanya-tanya, mempunyai salah apa dirinya dulu pada sang ayah? Seingatnya, dia selalu menjadi anak yang baik dan penurut. Bahkan, saat ayahnya memarahi dan berlaku kasar padanya, ia hanya diam dan menerima.

Tidak ada yang tau tentang apa yang di lakukan sang ayah padanya, Lisa sendiri bahkan tidak tau tentang kejadian berbahaya yang selama ini menimpa nya.

Bukan sekali dua kali dirinya berhasil selamat dari kejaran suruhan ayah nya itu, ia selalu berhasil melawan. Namun, sekarang yang mengejarnya bukanlah anak buah ayahnya lagi, melainkan orang yang begitu menginginkan nya. Dan, siapa pria itu? Rasanya seperti tak asing.

"Sendirian mulu, vis. Lagi ngapain?" celetuk seseorang yang tiba-tiba saja datang dengan senyum cerah nya. Membuat Havis yang baru saja akan menyuap rotinya mengurungkan niatnya karena kedatangan pria mungil ini.

"Hai kak, gue lagi pengen ngadem aja sih" balasnya setelah menyapa pria mungil yang satu fakultas dengannya.

Pria mungil itu mendudukkan dirinya tepat di samping Havis, "kenapa nggak ngajak-ngajak? Padahal gua juga mau ikut kalo lu ajakin" ucapnya lagi.

"Hihihi sorry kak, gua nggak kepikiran tadi" balasnya dengan menunjukkan rentetan gigi putih dan rapih itu hingga matanya tertarik.

Menggemaskan, batinnya.

"Kenapa? Ada masalah? Kayaknya lu lagi banyak pikiran ya?" Rentetan pertanyaan itu ia dapatkan dari pria mungil di samping nya ini.

"Nggak ada apa-apa, kak. Gue baik-baik aja kok, cuma ya sedikit cape aja sama tugas-tugas kuliah" balasnya, ia tak bisa untuk berterus terang akan apa yang sedang dia pikirkan saat ini.

Pria mungil itu menghela nafas nya dan membuangnya pelan, "yaudah deh kalo lu nggak mau cerita, gue nggak bakal maksa"

"Maaf, kak"

"Iya nggak papa, santai aja" pria mungil itu menepuk pucuk kepala sang adik tingkat nya itu.

"Yaudah, gue ke kantin dulu ya. Cacing gue dah demo minta di isi" ucapnya

"Iya dah sana ntar ngamuk lagi cacing nya" balas Havis dengan tertawa kecil, hal itu juga membuat pria mungil itu terkekeh di buatnya.

"Okey, bye" ia pun melenggang pergi setelah mendapat anggukan dari Havis.

Havis menghela nafasnya berat dan menghembuskan nya kasar. Jujur saja, entah kenapa rasanya sedikit ragu jika untuk bercerita pada pria Anjisa itu, dia memang teman dekatnya. Namun, rasanya tetap saja ada yang berbeda.

🐺💙🦋

Rumah yang semula sepi ini tiba-tiba saja menjadi berisik karena kedatangan dua anak adam yang sedang bertengkar ini.

Gita yang sedang bersantai di ruang tv pun mengernyit kan dahinya bingung ketika melihat dua cucu nya itu sedang adu bacot.

Tidak ada niat sedikit pun untuk melerai mereka, membiarkan nya dan kembali fokus pada majalah yang sedang dia baca. Bukan karena tak sayang, tapi, dia tau bahwa keduanya bisa menyelesaikan nya dengan baik tanpa kekerasan.

Nurse/JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang