Nurse 44

374 48 2
                                    

Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.







Vas pecah dimana-mana, sofa yang sudah tidak berada di tempatnya. Mansion besar yang rapih ini seketika langsung hancur berubah menjadi kapal pecah dalam sekejap hanya karena amukan si mungil.

Para maid disana sudah bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari amukan si mungil, dan para bodyguard berbadan besar itu tetap berada disana atas dasar perintahnya.

"Bawa pria tua itu!" Titahnya menggelegar pada salah satu anak buahnya.

Yang mendapat perintah pun, tanpa menunggu lama langsung menyeret seorang pria tua yang tak lain adalah Hengky, ayah dari Havis.

"A-ada a-apa tuan muda?" tanya Hengky dengan suara bergetar. Pria berumur itu nampak sedikit berbeda kali ini, tubuh nya kurus dan rambutnya juga sudah sedikit memanjang, benar-benar seperti tak terurus.

"Gue, mau lu bunuh Jeovandra Permana. Dia anak laki-laki yang sering bareng anak lu, gue mau dia mati karena dia menghambat gue buat dapetin anak lu!" Hengky yang mendapat perintah pun melotot karena terkejut.

Okey, jika hanya untuk menghajar dia mungkin bisa. Tapi jika untuk membunuh? Tidak! Sekejam-kejamnya dirinya, dia tidak bisa jika untuk membunuh orang.

"Ta-tapi tuan kenapa saya?" Tanyanya.

"Karena dia berurusan sama anak, lu" jawabnya dengan sorot mata penuh amarah, pisau di tangannya juga sudah mengacung tepat di depan wajah pria berumur itu.

"Lu, harus bawa tubuh anak itu dengan keadaan tak bernyawa kesini. Gue, udah nyiapin satu dinding putih khusus di cat sama darah dia" ucapnya lagi dengan seringai lebar yang mampu membuat siapapun yang melihatnya bergidik ngeri.

"Baik, tapi tolong beri saya waktu" jawab Hengky dengan yakin, dia harus menyusun rencana untuk menyelamatkan dirinya jika begini. Dia juga tak mau manti secepat itu, tidak apa jika hanya di siksa. Tapi, jika untuk di bunuh dia belum siap.

"Okey" jawab si pria mungil itu dengan menurunkan pisau tersebut.

"Lu, boleh bawa anak buah gue" lanjutnya lagi yang di angguki oleh Hengky, dan para anak buah yang ada disana pun hanya menunduk untuk mengiyakan.

Setelah berucap seperti itu pun, ia melenggang pergi menuju kamar atas.

menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada dihadapannya, mata tajam nan kejam dengan sorot amarah itu seketika berubah menjadi tatapan dengan penuh penyesalan di dalamnya.

Brakk

Pintu kamar itu terbuka dan langsung ditutup secara kasar, hal itu tak membuat si mungil yang sedang ada di depan cermin terkejut, karena dia sudah tahu siapa yang masuk.

"Sampai kapan? Sampai kapan lu kayak gini terus?!" Sentaknya dengan kedua tangan yang mengepal, berusaha menahan emosi untuk tidak menghajar adiknya ini.

"Gue, nggak mau kayak gini!! Tapi gue nggak bisa apa-apa, kak!!" Jawab si mungil dengan tubuh meluruh ke atas lantai dingin itu, dan jangan lupakan penampilan nya yang berantakan itu.

"Bantu gue, kak! Bantu gue singkirin monster yang ada di dalam tubuh gue ini, kak! Gue mohon!" Pintanya dengan derai air mata yang kian meluncur dari pelupuk matanya pada pria berbadan tinggi dan tegap itu, rahang yang tegas dan juga mata yang tajam.

"Gue, nggak mau Havis ataupun Andra terluka karena gue lagi!"

"Kenapa? Bukanya nyingkirin Andra yang menurut lu menghambat itu adalah tujuan, lu?" ucap seseorang yang baru saja masuk ke kamar.

Nurse/JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang