Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.Ia menoleh saat seseorang menepuk bahunya, mendapati pria berkaus abu itu berdiri di samping nya.
"Nekat banget lo"
Ia menghela nafasnya dalam untuk sedikit merilekskan dirinya. Posisinya mereka sekarang sedang ada di dapur, berniat untuk mengambil minum dan menenangkan otaknya sesaat begitu juga dengan emosi nya.
"Nggak tau, ni mulut kek nggak tahan aja gitu buat ngomongin hal itu" balasnya dengan menggeplak bibir nya yang terlalu tidak sabaran itu.
Sebelum ia kembali memukul mulutnya tangan besar itu menghentikan nya, "mulutnya nggak salah, yang salah hati ma otak lu"
"Dih apaan kok gitu"
"Lu sadar nggak sih, secara nggak langsung lu nggak mau tuh anak ngerasain sakit yang berlebih karena tuh jalang"
"Ya itukan karena dia gua anggap sahabat gua aja gitu, eh ternyata kita hanya sebatas majikan dan ART nya. Nggak salah sih cuma ya agak kesentil aja gitu"balasnya terus terang.
"Gua sih setuju aja kalo dia ma lu, setuju banget malahan" ucapnya lagi yang membuat pria yang disampingnya sedikit terkejut dengan ucapan spontan kakak sepupu dari majikannya.
"Dih napa jadi ma gua? Kagak, kagak mau" tolaknya cepat, yang bener aja.
"Ciaelah sekarang bilang nggak mau ntar juga kecantol" godanya
"Nggak ya, ogah gua"
"Ogah-ogahan aja dulu, gua sumpahin lu berdua bakal jadian" ucapan nya itu langsung mendapatkan pukulan sayang dari perawat neneknya itu.
Kedekatan mereka tak luput dari pandangan seseorang dari ruang tamu sana, dapur ini terhubung dengan ruang tamu dan hanya terhalangi oleh meja makan di tengahnya itulah kenapa dia bisa melihatnya.
"Vis, gua pamit pulang ya" ucapnya pada Havis yang kini berada di ruang tamu.
"Loh kok pulang, nggak mau nginep?"
"Nggak, gue pulang aja"
"Ini udah malam banget loh kak, lu mau pulang sama siapa?"
"Gua bisa pesan taksi online kok"
"Bentar bentar kak" tahan Havis.
"Lah bang Arjun mana?" Tanya pada damar, Yasa dan Keita untuk Kevin dan yang lainnya mereka sudah pulang tadi.
"Di melengos ke kamar lu tadi" jawab damar.
"Aissh dasar kebo, jangan bilang dia mau tidur" kesalnya, tungkainya yang hendak melangkah menuju kamarnya itu terhenti saat orang yang di cari itu sedang menuruni tangga.
"Gue nggak tidur ya, mau ngambil jaket doank" elaknya dengan mendelik.
"Ayok pulang, gue anter" ajaknya dengan memegang tangan Marcel.
"Nggak usah, gua bisa pesan taksi" tolaknya.
"Driver mana yang bakal nyaut pesenan lu di jam satu kayak gini?" Tanyanya dengan menatap intens, yang di tanya hanya terdiam ketika matanya bertemu dengan obsidian kelam itu.
"Udah ayok, banyak bengong lu" ajaknya lalu menarik tangan Marcel Hingga daun pintu.
"Bang! Mau kesini lagi nggak? Kalo nggak pintu nya mau gua kunci!" Itu Havis.
"Nggak deh kayaknya, gua besok harus ke kantor jadi gua pulang ke apart aja. Oyah besok lu gua jemput jam dua siang jangan lupa" ucapnya yang langsung mendapat sikap hormat dari Havis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Teen FictionBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...