Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.Pukk
Ia menoleh saat ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang.
"Nunggu lama?" Tanya pria tinggi dengan setelan jas hitam lengkap nya.
"Lumayan" Jawab pria yang sedari tadi duduk menunggu si empu yang bertanya, Ia mendudukkan dirinya tepat di hadapan si lelaki Permana itu.
"Sorry, tadi gue ke kantor kejaksaan dulu" ucapnya dengan membuka kancing jas nya yang membuatnya terasa pengap.
"Ngapain?" Tanya Andra dengan mendekatkan segelas cappucino yang sengaja dia pesankan untuk orang yang di temuinya ini.
"Biasa, ada kasus yang nggak bisa di tangani sama kejaksaan jadi ya di serahin ke gua" jawabnya dengan menyeruput cappucino tersebut.
"Thanks kopinya"
"Hm, Urwel"
"Oyah, gue denger dari Arjun katanya orang itu berusaha celakain lu pas di kampus dia" ucap pria bernama Yora Pradipta itu.
"Iya, tapi untung nya bisa gue tahan dan alhasil tangan gue yang kena" balasnya dengan menunjukkan telapak tangan nya yang di gulung oleh kain kasa.
"Udah oke tuh tangan sekarang?" Tanya Yora dengan mengangkat dagunya untuk menunjuk tangan tersebut.
"Lumayan, bakal cepat sembuh sih kalo ayang yang ngerawat mah" jawabnya dengan menunjukkan rentetan gigi putihnya.
"Dasar bocah lagi kasmaran" cibirnya.
Yora Pradipta, pria yang kerap di panggil Yora ini adalah salah satu teman dekat ayah nya atau kerap kali di sebut tangan kanan ayah nya, ya walaupun perbedaan usia ayahnya dan pria ini berbeda jauh tapi itu tak menjadi alasan untuk mereka tidak dekat.
Dia adalah seorang pengacara, dulu dia lah yang mengurus perceraian kedua orang tua Andra. Dia adalah pengacara ayahnya. Bagaimana mereka sekarang bisa dekat? Kedekatan mereka di mulai saat persidangan perceraian itu selesai.
Yora yang merasa kasihan pada si kecil Andra pun menghampirinya, ia bertanya padanya atas keputusan yang baru saja dia layangkan saat persidangan tadi, dan jawaban yang anak kecil ini berikan benar-benar membuat hatinya tersentuh.
"Jika aku memilih salah satu dari mereka itu dapat membuat salah satu dari mereka pun kecewa, jadi lebih baik aku tidak memilih dan biarkan aku yang kecewa. Itu lebih baik dari pada aku harus melihat mereka saling berselisih nantinya untuk mendapatkan ku" anak umur 16 tahun ternyata pemikirannya sudah sedewasa ini.
"Gue yakin disini pasti bakal ada sidik jarinya, dia nyerang gue tanpa persiapan" pisau lipat hitam dengan inisial AK pada pegangan dan mata pisaunya itu ia letakkan di atas meja, di kantongi dengan tas hitam kecil.
"Lu, ke kamar mandi itu sengaja buat mancing dia?" Tanya Yora dengan mengernyitkan dahinya.
"Hmm, karena gue tau dia pasti ngincar gue, dan bakal nyari kesempatan sekecil apapun buat nyakitin gue".
Kejadian di kamar mandi kampus Havis kemarin itu memang karena rencananya sendiri, dia yang ingin mendapatkan bukti yang kuat dan juga menangkap basah pria mungil itu untuk meyakinkan bahwa dia adalah sang pelaku harus melakukannya dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan.
"Dia bakal gegabah ketika dia panik dan terburu-buru, dia juga bakal gegabah ketika dia terpojokkan. Setelah kejadian kemarin dan kejadian malam itu, gue bisa nyimpulin dari gerak-gerik dia" jelasnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Teen FictionBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...