Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
."Hey lu, Tunggu!" panggilnya pada pria yang hendak berjalan ke parkiran kafe
yang di panggil menengok ke arah Havis, "gue?" tanya pria itu memastikan sembari menunjuk dirinya
"iyalah" ketusnya, ah pria ini sepertinya sudah terbiasa dengan setiap jawaban ketusnya
"ada yang harus gue bicarain sama lu" ucap Havis, jujur saja sebenarnya dia bingung harus bilang tentang hal ini atau tidak, jika di biarkan bukankah sama saja dengan dia tutup mata padahal dia tau?
"gue mau pulang, kasian pacar gue" tolaknya, wanita yang memang sedari tadi menyimak pun mengiyakan ucapan pria tersebut
"ini penting, 4 mata sekarang atau gue nggak bakal bicara lagi tentang yang gue tau" pria itu mengernyit aneh saat mendengar nada tegas di setiap perkataan Havis kali ini, dia tentu saja penasaran
"sayang, kamu tunggu di mobil dulu ya, nanti aku kesana" pintanya
"nggak mau, mau pulang sekarang, lagian kamu ngapain sih dengerin dia" ketus wanita itu
"kita pulang ya" pintanya dengan bergelayut manja pada tangan si kekasih, Havis yang melihatnya hanya mencebik kesal .
"sebentar aja ya, nanti udah ini kita belanja" bujuknya, baiklah setelah mendengar kata belanja sepertinya wanita ini kembali sumringah dan dengan cepat dia mengiyakan permintaan kekasih tampannya itu dan setelahnya dia benar-benar pergi ke mobil hitam yang terparkir didepan sana
"ayok" ajaknya, sembari menarik tangan Havis menuju belakang kafe yang memang tidak ada orang disana, "bicara sekarang" titahnya
"biasa aja kali! sakit tangan gue njir lu tarik-tarik! nggak sopan banget dah, lembut dikit kek jadi cowok" ocehnya dengan wajah kesal itu
si pria yang jengah mendengar ocehan Havis pun menghimpit tubuh pria kelahiran April itu ke tembok dan membekap mulutnya, "bisa berhenti ngoceh? sekarang langsung ke inti" titahnya dengan penuh penekanan di setiap katanya
entah kenapa keberanian Havis seketika menciut ketika melihat mata bak serigala itu menatapnya dengan tajam, dan entah refleks atau apa, ia hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan pria tersebut, dan setelah anggukan itu dia pun bisa meraup nafasnya yang hampir saja habis.
"serahin diri lu ke polisi" celetuknya yang membuat kedua halis pria itu bertaut, "lebih baik ngaku sekarang dengan begitu hukuman lu bisa di kurangin daripada lu haru terus lari dari polisi" lanjutnya, hal itu semakin membuat pria itu bingung. Apa maksud perkataan nya?.
"maksud lu apa ngomong gitu? lu nuduh gue ngelakuin kejahatan! kenapa gue harus serahin diri ke polisi disaat gue nggak punya salah apapun!" belanya dengan mata tajam nya itu, memangnya apa kesalahannya sampai harus menyerahkan diri ke polisi?.
"gue liat berita pembacokan sama perusakan warung warga sama geng motor kemarin, dan gue liat anggota geng motor itu pake jaket yang lu pake kemarin" jelasnya, ya itu benar, hal yang tak asing dia lihat pada berita itu adalah jaket tersebut.
"jadi maksud lu, karena lu liat jaket itu di berita, lu jadi nyimpulin kalo gue salah satu pelakunya gitu?" tanyanya dengan nada tegas dan tatapan yang semakin tajam pada Havis sekarang
Oke, dia akui bahwa dirinya ini bukan anak yang baik, pergaulannya juga memang sedikit tidak baik, dia adalah anggota geng motor, tapi percayalah bahwa geng nya ini berbeda dari geng lainnya, mereka tidak seburuk itu, mereka hanyalah kumpulan orang yang sering mengikuti balapan saja dan juga tawuran tapi itu pun dengan musuh geng nya, mereka tidak pernah melakukan hal yang diluar batas apalagi sampai melukai dan menyerang warga lalu merusak usaha orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Teen FictionBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...