Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.
.Langit yang tadinya gelap gulita itu kini telah kembali menjadi langit biru nan cerah, bulan pun sudah tergantikan oleh matahari, dan malam pun sudah tergantikan oleh pagi.
"Pagi" sapa nya dengan mengusak surai hitam legam itu dari belakang, membuat si empu yang sedang menyajikan sarapan terkejut.
"Pagi" balasnya dengan meletakkan sepotong sandwich yang ia buat.
"Mau minta kopi boleh nggak?" Pintanya.
"Boleh, tumben banget pagi-pagi minta kopi" ucapnya, karena biasanya pemuda di hadapannya ini selalu meminta teh atau susu di pagi hari.
"Biar nggak ngantuk pas kelas nanti, gua nggak tidur semalaman soalnya" balasnya dengan menyimpan tas yang ia bawa di kursi makan.
"Kenapa? Ada yang ganggu pikiran lu?" Tanya pemuda manis yang sedang membuat kopi.
"Iya ada" jawabnya apa adanya.
"Apa dan siapa?" Tanya si manis lagi karena penasaran.
"Lu" jawabnya terus terang.
"Gua? Apa yang ganggu pikiran lu tentang gua?" Ia bingung disini, memang nya dia melakukan apa sampai itu menganggu pikiran si pemuda September ini.
Yang di tanya hanya tersenyum, lalu menarik tangan si manis dengan pelan karena takut kopinya tumpah, ia menariknya tepat ke kursi makan yang ada di sebelah nya "Je, jawab gue" pintanya.
"Kita bicarain nanti, sekarang kita sarapan dulu" balasnya dengan mulai meminum kopi itu. Bukannya menjawab, pria Permana ini malah mengelak.
"Okey" jawab si manis dengan mengigit bibir bawahnya sembari sesekali melirik pemuda september yang sedang menyeruput kopinya itu dengan ragu.
"PAGI ANAK-ANAK!!!" Suara nyaring itu menggelegar di ruang makan kediaman Sanggita Maharani. Sang pemilik rumah telah kembali tadi malam dengan putri tunggal tercintanya yang tak lain adalah Rose, dan juga Lisa yang turut ikut pulang ke kediaman milik wanita paruh baya berumur 51 tahun ini.
Takk
"Berisik, masih pagi" itu Lisa yang ikut turun dari atas dengan menjitak kepala yang lebih muda.
"Sakit, mbak" keluh yang lebih muda dengan mengusap kepalanya. Yang mendapat keluhan tidak peduli, ia melanjutkan langkahnya menuju meja makan.
"Pagi sayang" sapanya pada kedua anak Adam di hadapannya.
"Pagi ibu" jawabnya serempak, hal itu membuat Lisa terkekeh.
Entahlah, hubungan keluarga Havis dan Andra ini hanyalah sebatas pekerja dan atasan saja. Ya hubungan keduanya dengan keluarga hanya sebatas pekerja dan majikan. Namun, hal itu tak nampak sama sekali pada sifat dan kelakuan mereka terhadap satu sama lain.
Lisa yang sudah dekat dengan Rose pun tak segan-segan untuk berprilaku layaknya teman, dan Gita yang memang sudah dekat pun tak mempermasalahkan hal itu. Ia lebih suka seperti itu, karena sejak dulu dia tidak pernah menganut istilah adanya atasan dan pekerja, karena baginya semuanya sama.
Setelah Havis bekerja sebagai perawat untuk neneknya, Lisa pun ikut bekerja di butik milik Rose. Lisa yang memang mempunyai pengalaman di bidang desain dan menjahit pun tentu tak keberatan saat Rose, wanita yang 3 tahun lebih muda darinya itu mengajaknya untuk bekerja sama.
"Kamu pulang jam berapa tadi malam, ndra? Kita pulang, kamu masih di luar kemana dulu?" Tanya rose dengan mendudukkan dirinya di samping Lisa.
Ketiga wanita paruh baya berbeda umur itu kembali ke kediaman Sanggita tadi malam. Havis yang malam itu sedang memasak pun terkejut sekaligus senang melihat kedatangan mereka.
Mereka bertiga menghabiskan waktu di rumah Rose selama tiga minggu begitu juga dengan Jinan ibu dari Arjun pun juga ikut bersama mereka. Katanya sih lagi ngurusin kerjaan bareng. Tapi entahlah itu benar atau tidak dan pekerjaan apa yang di maksud??.
"Andra, dari kantor langsung ke apart nya bang Ajun. Makanya pulang malam" jawab Andra seadanya.
"Tumben, ngapain?" Itu Gita yang bertanya sembari berjalan menuju meja makan.
"Biasa nek, urusan cowok" jawab Andra.
"Udah sarapan nya?" Tanya Andra dengan lembut sembari memegang tangan mungil yang ada di sampingnya, hal itu membuat si empunya tangan tersentak kaget.
"Hmm, udah" jawabnya tanpa melihat si lawan bicara. Entah mereka sadar atau tidak. Bahwa sekarang kedua pipi milik pria April itu tengah bersemu karena malu, pasal nya Andra menggenggam tangannya tepat di hadapan ketiga orang tua ini tanpa ragu.
"Kita berangkat dulu, kalian istirahat di rumah jangan kemana-mana lagi ntar kecapekan" peringat Andra, kenapa dia mengatakan hal itu? Karena ketiga orang tua ini sudah banyak berjalan-jalan selama tiga minggu kemarin. Dia tau hal ini dari sang paman yang bercerita padanya, kenapa tau? Itu karena dirinya sering sekali di minta jadi supir pribadi dadakan mereka.
Kini keduanya tengah berada di dalam mobil, Andra fokus menyetir dengan melihat ke depan. Sedangkan Havis, ia duduk di kursi samping kemudi dengan melihat ke luar kaca mobil untuk menikmati angin pagi yang menerpa wajahnya, anginnya terasa lebih dingin dari biasanya.
"Vis, mau ngomong hal penting boleh?" tanya si pengemudi yang membuat Havis mengalihkan perhatian nya pada si pengemudi.
"Hmm boleh, mau ngomong apa? Tumben banget minta izin, biasanya langsung ngomong" balasnya dengan memperhatikan wajah si pengemudi dari samping. Okey ia akui sekarang bahwa pria di sampingnya ini memang tampan, tapi masih kalah tampan sama dia sih.
"Pengen aja" jawabnya dengan mengusak surai hitam legam itu dengan lembut, membuat si empunya tersenyum tipis.
🐺💙🦋
"Kapan kita mau bicara soal keputusan kemarin sama mereka, Rose?" Tanya Lisa yang kini sedang mengumpulkan hasil gambar gaun yang ia desain sendiri tadi.
Rose yang sedang mencatat pun mengalihkan perhatian saat Lisa bertanya, "kita harus cari timing yang pas, untuk sekarang kita lihat dulu mereka seperti apa" jawabnya lalu kembali menyelesaikan tugasnya tadi.
"Apa kau yakin rencana mu akan berhasil?" Tanya Lisa, ia sebenarnya sedikit ragu dengan apa yang di rencanakan oleh rekan kerjanya ini, ia hanya takut jika nanti hasilnya itu malah sebaliknya dari yang mereka inginkan.
"Tenang saja, aku sudah memikirkan hal ini dengan baik, dan aku rasa ini akan berhasil. Kita lihat perubahan apa yang akan terjadi nanti setelah kita mengatakan nya pada kedua pemuda labil itu" balasnya dengan memangku dagunya di antara lipatan tangan.
"Aku harap hasilnya akan sama dengan apa yang kita inginkan" ujar Lisa.
"Pasti sama, tujuan kita melakukan hal ini adalah untuk kehidupan mereka kedepannya juga. Wajar jika kita harus mengambil sedikit resiko untuk itu"
"Kau benar"
🐺💙🦋
Ia membuka pintu mobil itu dengan tergesa. Sebelum ia melangkahkan kakinya keluar, tangan kekar itu lebih dulu memegangnya.
"Inget apa yang gua omongin tadi, jaga diri lu baik-baik dan jangan gegabah" peringatnya lagi.
"Nggak, gue nggak percaya. Dia itu temen deket gue sejak dulu dan dia udah gue anggap kayak kakak sendiri, gue kenal dia gimana, gue yakin bukan dia orangnya dan maaf untuk kali ini gue nggak bisa dengerin omongan lu, Je" balasnya dengan nada penuh penekanan dan juga emosi di dalamnya.
Setelah berbicara seperti itu, Havis melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Andra, lalu menutup pintu mobilnya dengan keras sehingga membuat Andra terpejam dan menghela nafasnya berat.
Tungkainya ia bawa menuju gedung fakultas dirinya, sepanjang perjalanan ia tak menyapa siapapun atau hanya untuk tersenyum pun dia tidak.
Untuk kali ini ia tak bisa menerima apa yang Andra bicarakan padanya tadi. Haha rasanya itu tidak mungkin.
Hai hai guys
Apa kabar??
KAMSAHAMNIDAAAA

KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Teen FictionBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...