Happy Reading guysss
🐺💙🦋
.
.
.
.Tungkai itu dituntun oleh tuannya tanpa tujuan, ingin ke kelas tapi sayang dirinya telat hari ini dan berakhir dengan dihukum tidak boleh mengikuti pelajaran kelas pertamanya.
Langkahnya terhenti di sebuah taman yang beberapa hari lalu pernah ia sambangi, duduk di kursi taman yang tersedia disana dengan kedua earphone yang menyumpal rungu nya, pikirannya mulai berkelana kemana-mana, suasana sepi di taman ini benar-benar berhasil membuat nya tenang.
Ada rasa menyesal saat ia mengingat bahwa dirinya yang tidak pernah menyambangi taman ini jika bukan karena beberapa hari lalu dia diseret oleh pria itu mungkin dirinya tidak akan tahu bahwa taman ini begitu tenang dan sejuk.
Duduk diam disana sembari bersenandung lembut mengikuti irama lagu yang memenuhi rungu nya.
Terlalu hanyut dalam pikiran nya sampai ia tidak menyadari bahwa sudah duduk lama sendirian disana sampai suara alarm dari jam nya yang menandakan kelas pertama telah usai menyadarkan nya.
Ia menyudahi acara mendengarkan musik nya, beranjak dari sana lalu membawa tungkainya untuk kembali melangkah ke kantin karena perutnya sudah meronta minta di isi sedari tadi, ia tidak sempat sarapan tadi pagi karena kesiangan.
"Vis!! " Panggil pria bersurai perak itu dengan berlari kecil menghampiri si empunya nama yang sedang berdiri tak jauh dari lorong kantin.
Havis melambaikan tangannya sebagai sapaan, Yasa yang melihatnya langsung merangkul bahu yang lebih muda, "gua mau cerita sama lu, tapi sebelum itu kita pesan makan dulu" ajak Yasa lalu membawa langkahnya menuju tempat pemesanan masih dengan merangkul Havis. Havis sendiri hanya menurut saja dan mengikuti langkah yang lebih tua.
"Lu mau makan apa?" Tanya Yasa.
"Nggak tau bingung, samain aja dah kak" balas Havis, entahlah ia sedang malas berpikir sekarang.
Yasa yang mendengar jawaban sang adik tingkat pun hanya mengangguk, "Bi, nasi goreng pake telur sama jus lemon nya dua ya" ucapnya pada sang pedagang kantin.
"Siap a, di antos pesanan nya" sahut si bibi sembari mengacungkan jempolnya.
"Siap Bi, nuhun" balas Yasa lalu kembali membawa Havis untuk duduk di meja yang berada diujung kanan.
"Jangan bilang lu juga di pecat, kak?" Celetuknya saat melihat amplop coklat yang Yasa keluar kan, yang di tanya hanya mengangguk saja.
"Tanpa alasan yang jelas juga?" Pertanyaan nya kembali mendapatkan anggukan dari yang lebih tua.
"Gue udah bicara sama senta dan ya dia bilang nggak tau apa-apa soal ini"ucap Yasa buka suara.
"Jawaban yang sama" bersidekap dada lalu mendengus sebal, benar-benar tak habis pikir. Bagaimana mereka berdua bisa dipecat tanpa alasan yang jelas seperti ini? Jika karena kinerja mereka rasanya tidak mungkin karena selama bekerja mereka selalu taat peraturan dan bekerja dengan baik.
"Sekarang gua mau tanya sama lu?" Yasa bersidekap diatas meja dengan pandangan yang menatap Havis penuh tanya, si empu yang ditatap seperti itu hanya melenguk bingung dengan wajah polosnya.
"DUARR, PAK RT KEMALINGAN AYAM!!"
"Bangsat dam, aing reuwas!" Yasa menjitak kepala sang adik tingkat nya itu yang membuatnya meringis.
"iya lu, laknat bener ngagetin orang terus hobinya, kalo jantung kita tiba-tiba turun ke dengkul gimana?" Omel Havis setelah menepuk keras bahu sahabat nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Teen FictionBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...