Nurse 37

437 42 3
                                    

Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.


Dia bawa langkah lebarnya itu menuju sebuah ruangan, di sepanjang jalan banyak yang menyapa pria tampan itu. Setelan jas yang melekat pada tubuh kekarnya benar-benar membuatnya nampak sempurna.

Tok tok tok

"Masuk" sahut pria yang sudah cukup berumur. Yang di perintahkan masuk pun  masuk.

"siang, pa" sapanya.

"Siang juga, nak" balasnya.

Pria yang sudah berumur itu menatap putranya dari atas sampai bawah, waw tumben sekali dia benar-benar rapih seperti ini?.

"Mama, yang memaksaku" ujarnya dengan memutar matanya malas, dia  peka akan tatapan papa nya itu.

Ucapan putra tunggalnya itu membuatnya terkekeh kecil, "kau terlihat tampan, nak, sangat tampan" pujinya dengan membenarkan dasi yang putranya pakai.

"Bukan terlihat, tapi aku memang tampan" sergahnya.

"Tentu kau tampan karena ayah mu juga tampan" jawabnya tak mau kalah, hadeuh hadeuh narsis dua-duanya inimah udah.

Pria yang sudah berumur itu tersenyum teduh ketika melihat wajah putranya yang ternyata sudah dewasa ini.

"Maaf karena papa selalu mengajak mu bertengkar ketika kita bertemu. Sekarang, ayok perbaiki hal itu, papa mu ini sedang merindukan putra tunggalnya" ucapnya sembari memeluk putranya itu.

"Tentu, dengan senang hati, papa" balasnya sembari membalas pelukan sang ayah, bisa di bilang itulah kata-kata yang selama ini ia tunggu untuk keluar dari bilah bibir ayah nya ini.

Setelah pertemuan mereka waktu itu, ia merenung memikirkan apa yang di katakan oleh putranya. Dia rasa, ucapannya benar. Dia hanya terlalu berlebihan, dan pemikirannya saja yang terlalu jauh. Dan juga gengsinya itu, ia harus benar-benar berusaha mengenyahkan nya.

"Ada yang ingin, papa bicara kan denganmu" ucapnya lagi sembari menuntun membawa putranya untuk duduk.

"Aku tau, mama sudah mengatakannya padaku" balasnya.

"papa, ingin langsung ke inti?" Tanyanya yang di angguki oleh sang papa.

"Kau sudah dewasa, Andra. Umurmu akan segera menginjak 22 tahun, jadi ayah berpikir sudah saatnya untuk papa mengalihkan perusahaan ini padamu, bagaimana?" Pernyataan papa nya ini  tentu tidak membuat nya terkejut, dia sudah menduga hal ini.

"Sudah ku duga pasti itu yang akan papa katakan" ucapnya dengan menundukkan kepalanya lesu.

"Kau sudah dewasa, nak. Sudah saatnya kau untuk membangun masa depan mu" ucap sang papa yang berusaha meluluhkan hati anaknya.

Dia tau, bahwa putranya ini pasti akan mengeluarkan beribu alasan sama seperti kejadian dua tahun lalu ketika dirinya membicarakan hal ini, mereka bertengkar besar sampai tak bertegur sapa selama tiga bulan lamanya.

"Aku akan memikirkan nya terlebih dahulu, apakah boleh?" Tanyanya dengan tersenyum.

Joni yang mendengarnya pun sedikit lega, setidaknya putranya tidak melawan atau secara langsung menolaknya lagi seperti dulu.

"Tentu, berpikir lah dulu setelah itu kita bicara. Tenang saja, jangan jadikan ini sebagai beban" ucapnya dengan menepuk pucuk kepala sang putra.

"Akan aku usahakan" balasnya. Hal ini tentu membuat nya senang, inilah suasana yang ia rindukan ketika bersama ayahnya, ayahnya ini adalah orang yang baik baginya. Dia adalah pria yang lembut, ya walaupun semuanya itu tertutupi karena sifat gengsi dan  tegasnya.

Nurse/JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang