Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.Masih latar belakang yang sama, waktu yang sama dan tempat yang sama, pria dengan netra bak serigala itu menarik pria April yang sedari tadi meringis meminta dilepaskan. Ia membawanya dengan langkah tergesa, membuat pria yang lebih tua 5 bulan darinya itu tergopoh-gopoh mengikuti langkah lebarnya.
Brukk
Lengannya dihempaskan secara tiba-tiba membuat pria yang tadi di cekalnya hampir terjatuh kebelakang jika saja dinding putih itu tidak menahan tubuhnya.
"Bisa lembut dikit nggak sih jadi orang! Tangan gua sakit anjir!! Nggak ada lembut-lembutnya lu jadi co_hmph"
"Berhenti ngoceh hal yang nggak penting sebelum bibir lu gua lahap" ancam nya dengan tangan yang membekap mulut si lawan bicara.
"Dasar Mesum!!" Sentak nya setelah pria itu melepaskan bekapan nya.
Matanya bersitatap dengan mata bak serigala itu, sirat penuh kekesalan dan marah jelas terlihat didalam netra kelam sang dominan. Kini mereka berada di taman belakang kampus yang memang sepi dan jarang disambangi oleh penghuni kampus disini.
Hanya ada mereka berdua disini, hening menyelimuti mereka untuk beberapa saat sampai bariton itu mengalun memenuhi rungu nya, yang membuat rasa bersalah menyelimuti dirinya sesaat, "gimana? apa gue terbukti pelakunya? lu puas sekarang?" yang ditanya hanya mampu diam, percuma saja dia membalas karena dirinya yakin bahwa pria yang ada dihadapannya ini pasti sudah mengetahui semua jawabannya.
Benda pipih itu terpampang jelas dihadapannya, memutar rekaman yang memang sengaja dia simpan sebagai bukti tambahan jikalau pria yang menuduhnya ini tidak percaya.
yang dia inginkan saat ini adalah hilangnya pemikiran dan tuduhan jahat yang hinggap pada pria yang saat ini masih bergeming ditempat nya dengan mata yang tertuju pada layar benda pipihnya.
"ada yang mau lu ucapin?" tanya yang lebih muda dan berhasil membuat yang lebih tua menaikkan wajahnya untuk kembali menatap netra kelam itu, mencoba mencari kebohongan didalamnya. Namun, nihil tidak ada sama sekali.
"Maaf" kata itu mengalun dari bilah bibir yang lebih tua, "maaf karena gue nuduh lu tanpa bukti, maaf karena gua lancang udah nuduh lu dan teman-teman lu sebagai pelakunya, gue akui gue salah banget dan gue minta maaf dengan sangat tentang hal itu sama lu" kedua sudut bibir itu tertarik tipis membentuk lengkung tipis saat melihat raut wajah pria dihadapannya yang menurutnya malah terlihat menggemaskan.
Mata bergetar yang penuh dengan rasa bersalah dengan bibir yang melengkung kebawah itu benar-benar membuatnya terlihat menggemaskan. Hanya diam yang dia dapat, "It's ok, kalo lu nggak mau maafin gua, tapi yang penting gua udah minta maaf sama lu" ucapnya yang membuat lamunan lawan bicara buyar dan kembali memberi atensi penuh pada dirinya.
"ada lagi yang harus lu ucapin sama gua" ucapnya dengan tangan bersidekap dada. Sedangkan, yang dipinta hanya diam sembari menggigit bibirnya. Jujur saja dia malas sekali untuk mengatakan hal ini pada pria yang menurutnya sangat menyebalkan ini, bahkan pria dihadapannya ini begitu berani padanya padahal mereka belum saling mengenal dan dirinya juga hanya tau sebatas nama saja.
Menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan, akhirnya kata yang pria September itu tunggu mengalun dengan jelas memenuhi pendengarannya. Namun, seperti ada nada tidak tulus saat mengucapkannya.
"Makasih, makasih karena lu udah serahin mereka ke polisi" ucapnya dengan nada ketus, meskipun ada nada ketus didalamnya tapi tidak masalah setidaknya dia sudah mengucapkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Ficțiune adolescențiBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...