36| pencapaina

1.5K 107 7
                                    

~[][][]~

Gio menikmati makanannya sambil sesekali melihat sekeliling, tatapannya terhenti saat melihat hal yang aneh bagi para jomblo sepertinya, "gini ya setidaknya lo berdua hargai lah kaum jomblo kayak kita" Ucap Gio Saat melihat genggaman tangan Calvin dan Delta.

Reza yang penasaran juga ikut melihat apa yang di lihat Gio, "Serius lo berdua pacaran??..." Tanya Reza masih tak percaya.

"Emang kurang jelas?" Tanya Calvin balik memperlihatkan Secara Detail genggamannya.

"Sial" Daren berdiri dari duduknya.

Menghampiri Calvin yang berada di sebrang meja, langsung menarik kera baju pria itu kasar, "lo jangan main² sama gue br*ngs*k" Sentak Daren Emosi.

"Gue nggak pernah main² kalo soal Adek lo" balas Calvin dingin tetapi terdengar serius.

"Asik, seru nih keknya" gumam Gio memperhatikan.

Alvin menatap Gio tajam, "ape lo..?!!" Tanya Gio sadar dengan tatapan pria itu seperti ingin menerkamnya.

"Gue nggak pernah percaya sama cowo br*ngs*k kayak lo"

"Delta... Gue mau lo jauhin dia atau gue nggak akan pernah anggap lo Adek gue lagi..!!!" Ucap Daren kasar mengancam adiknya.

Kata² itu jelas sangat melekat di pikiran Delta, entah mengapa ingatan lama membuatnya takut sekaligus Marah dengan perkataan Daren tadi, "sejak kapan kak Daren anggap aku Adek kakak??..." Tanya Delta Tiba² saja.

Daren terdiam, pertanyaan Delta benar² di luar dugaannya, kenapa adiknya tiba² saja membahas hal itu lagi???....

"Maksud lo apa ta??..."

"Lo adek gue-"

"Kenapa sekarang?..., kalau Gue nggak amnesia lo bakal tetap benci gue kan?..."

"Kalau gue nggak lupa semuanya, lo nggak mungkin kayak gini ren"

"Delta lo kenapa hah, itu udah lama lo bisa lupain semuanya kan" Ucap Daren seakan menganggap kejadian ini hanyalah sepele.

"Gue pernah lupain semuanya Sampai² Gue trauma karna perbuatan lo semua..!!!" Tekan Delta benar² tidak terkontrol.

Geng Axzero menatapnya Aneh dengan sikapnya sekarang, keadaan yang mulai serius dan sangat sunyi jika di lihat secara langsung, "ta lo kenapa jadi gini hah??..., itu masalalu ta gue emang salah tapi Semuanya udah lewat kan."

"Lo pikir gampang Hah, lo pikir gampang lupain semuanya??...."

"Perilaku lo dulu... lo nggak anggap gue selayaknya adek lo, Kakak mana yang tega nampar adeknya hah"

"Bahkan teman² lo juga bertindak kasar sama gue tapi apa lo malah ikut²an dengan mereka" ucap Delta mengigat kembali masalalunya yang benar² buruk.

Semuanya sudah sangat jelas sekarang, ia benar² tidak tahan lagi setelah kembali mengingat kejadian itu dengan posisi mengetahui dirinya adalah Delta, rasa sesak dadanya dan mata yang mulai memanas muncul tiba².

Delta merasa tubuhnya mulai gemetar dan rasa takut yang tidak ia ketahui alasannya.

Gadis itu beranjak dari duduknya, tanpa sepatah kata pun ia pergi meninggalkan kantin.

Daren menatap kepergian adiknya dengan tatapan kosong, tak lama kemudian Calvin juga ikut meniggalkan Kantin.

***
"Adek lo emang benar, kita udah keterlaluan selaman ini"

"Ya walaupun emang dia juga salah tapi tindakan kita lebih salah karena terlalu berlebihan" ucap Alvin menyimpulkan kejadian di masalalu.

Geng Axzero sekarang berkumpul di kelas Albian dan Daren, setelah mendengar perkataan Delta rasa penyesalan mereka semakin bertambah terutama mengigat kejadian dimana mereka selalu bermain kasar bahkan sampai menjatuhkan mental gadis itu.

"Sial gue jadi kepikiran" gerutu Gio benar² tidak tenang, selama ini ialah yang sering mencari masalah pada Delta bahkan di saat gadis itu benar² tidak bersalah.

"Emang lo doang, kita semua juga" balas Reza juga semakin tidak tenang.

"Kita tau masalah ini bukan main², percuma kalo mau minta maaf... Delta bakal tetap ingat tindakan kita dulu"

"Terus gimana??..."

"Buat Delta percaya sama kita... Buat dia yakin kalo kita benar² nggak bakal ngulangin kesalahan kita dulu" Jelas Albian berusaha tetap tenang.

***
Calvin menyodorkan susu kotak tepat di depan Gadis itu, "ambil, gue pegel pengang terus" ucap Calvin menatap Delta lekat.

Delta berbalik menatap pria itu sendu, "Makasih" ucapnya pelan merasa tak enak.

"Kalau ada masalah cerita, jangan tiba² pergi"

"Lo bisa manfaatin gue selama kita punya hubungan" lanjut Calvin berusaha menenangkan gadis di sampingnya.

"Gue cuman takut nyaman sama orang² yang benci gue dulu"

"Gue takut.. di saat gue udah nyaman mereka malah kembali benci gue"

"Saat kak Daren bilang dia nggak mau anggap gue adeknya karna berhubungan dengan lo, Gue takut dengan Masalalu itu"

Setelah beberapa menit bercerita Delta menatap Calvin yang juga menatapnya, tatapan yang ia lihat benar² berbeda dengan tatapan pria itu setiap harinya.

"Calvin" panggil Delta sembari menatap lekat pria itu yang lebih tinggi darinya.

"Hm"

"Lo nggak benci gue juga?..." Tanya Delta tanpa mengharapkan apapun.

"Gue sayang sama lo, gue nggak pernah benci sama orang yang gue sayang" ucap Calvin lembut sembari mengelus rambut Delta pelan.

"Mau lo sejahat apapun gue tetap cinta sama lo ta, gue nggak punya alasan... Setiap lo ada di dekat gue"

"Gue benar² nyaman"

Delta tersenyum tipis menghadap pria itu, "Gue mau punya hubungan dengan lo....., bukan sebatas pendekatan...."

"Gue mau jadi pacar lo vin...." Lanjut Delta pelan.

*Deg*

Jantung Calvin seakan berhenti mendengar panutan gadis itu, hal yang sangat lama ia tunggu benar² datang hari ini.

"Gue boleh peluk lo kan??..." Tanya Delta canggung melihat wajah Calvin seakan tidak berekspresi.

Calvin menarik gadis itu kedalam pelukannya erat, "gue udah lama nungguin ini ta" ucap Calvin seakan tak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh gadis itu.

Delta membalas pelukan pria itu pelan, "maaf karna buat lo nunggu."

***
"Bahaya, Bos gue dah gila" ucap Arhan menatap Calvin berbeda dari yang mereka kenal.

"Kali ini gue setuju sama lo" balas Fasya juga pasti.

"Vin" panggil Fasya pada pria itu yang fokus pada aktivitas memasaknya.

"Hm, Apaan?..." Tanya Calvin tak ingin di ganggu.

"Lo beneran sehat kan??..." Tanya Fasya memastikan.

"Ck, lo kenapa jadi ikutan Arhan hah, lo liat gue normal berarti gue sehat" Sentak Calvin tanpa berbalik sedikit pun.

Fasya menatap sahabatnya itu sedikit aneh, wajar jika Calvin bisa masak tapi yang sangat anehnya sesekali pria itu tersenyum tanpa alasan.

"Gue udah jadian sama Delta" ucap Calvin tiba² bangga.

"Anjir.. lo beneran Han nih anak beneran stres udah lo telfon bokapnya
Aja biar di suruh pulang"

"Jangan bokap gila, lo mau ada perang dunia hah?!!" Balas Arhan menggetok pelan kepala Fasya.

"Yaudah RSJ aja, kasian oi halunya makin Parah" Sahut Fasya yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Calvin.

"Lo mau nih pisau melayang hm??..." Tanya Calvin dingin

"Anjir psikopat"

Bersambung...

Rating buat Chapter kali ini???....

Jumat, 15 maret 2024.

Bitter RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang