Seorang putra bangsawan di kucilkan di sebuah paviliun area belakang mansion sejak dia berusia 12 tahun karna insiden yang tak di sangka. Sang ayah memberi kabar tuan muda akan di jodohkan dengan putri seorang bangsawan yang lebih tinggi derajatnya...
"apa penampilanku sudah rapi, Anna?" tanya tuan muda Chai yang sedang berdiri di depan cermin mengenakan setelan serba putih dengan kancing jas yang terbuka dan maid yang berdiri tak jauh darinya tersenyum tipis.
"anda sudah sangat rapi dan tampan, tuan." Chai tersenyum dengan binar bahagia.
Ia membawa kaki panjangnya keluar kamar dengan perasaan yang begitu membuncah seolah ribuan kupu-kupu berterbangan di dadanya dan semua tergambar jelas dari senyuman indahnya.
"Anna..." panggil tuan muda yang sedang menuruni anak tangga. Ia berhenti, mengulurkan tangannya ke belakang sedikit memiringkan tubuh.
"lihatlah, tanganku begitu basah karena terlalu gugup." Chai terkekeh kecil dan maid segera mengusap telapak tangan Chai dengan ujung bajunya.
"terimakasih." Chai terkekeh.
Mereka berdua berjalan menuju pintu, saat tinggal beberapa langkah saja pintu utama terbuka dan menampilkan seorang lelaki berwajah kecil dan hidung mancung lengkap dengan senyum manisnya.
"kak...." pekik Chai berjalan cepat sembari merentangkan tangan dan mereka berpelukan. "Net bohong padaku." lanjut Chai dan James terkekeh kecil.
"aku memang ke Zurich dan baru saja tiba, jika Net tidak memaksaku mungkin aku tidak akan mampir kemari."
"oh.... berarti kau tidak merindukanku." ucap Chai memasang wajah sinis lalu mereka tertawa bersama. "ah sebentar." lanjutnya menggeser James lalu melangkah keluar merentangan tangan menghirup udara dengan serakah. Aroma tanah yang basah akibat hujan tadi siang bercampur aroma pohon pinus yang dimandikan hujan terasa begitu menggelitik di indera penciumannya.
"paru-paruku seperti bermandikan air es." James dan maid tersenyum melihat tingkah Chai.
"oke baiklah... aku kemari di minta paman Brian untuk menjemputmu." ucap James mendekati Chai, merangkul bahunya bermaksud agar mulai melangkah.
"kak." yang merasa di panggil segera menengok.
"ada apa?" tanya James lembut tersenyum tipis.
"apa disana banyak orang?" James menilik manik bulat adik iparnya lalu tersenyum mengangguk kecil dan Chai ikut tersenyum.
Mereka berdua berjalan beriringan di ikuti maid tuan muda Chai yang berjalan di belakangnya, jika di tanya bagaimana perasaan tuan muda pasti semua orang bisa menebak hanya dengan melihat senyum indah dan binar cerah di manik jernihnya.
Lagi-lagi Chai berhenti saat menapaki marmer mahal di manor megah yang hampir 15 tahun tak di jamah kaki panjangnya. James menengok ke samping menunduk menatap telapak tangan adik iparnya yang gemetar senang.
"ayo..." ucap James meraih tangan Chai lalu mengusap keringat dingin disana.
Mereka kembali melangkah namun senyuman Chai sedikit memutar saat tak ia temukan para maid berlalu lalang ataupun samar-samar suara bisingnya perbincangan para bangsawan seperti pesta besar 15 tahun silam.
"apa pestanya di luar manor?" tanya Chai menengok kearah James. "oh.... ayah mengambil tema gardenia?" Chai terkekeh namun James hanya diam, ia kembali menarik adik iparnya menuju ruang pertemuan keluarga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Samar-samar suara kekehan besar dan perbincangan ringan terdengar di telinga tuan muda membuat kedua ujung bibirnya tertarik tipis dengan perasaan yang begitu bahagia, 15 tahun telah berlalu dan sudah banyak perubahan di dalam manor mewah yang pernah ia tinggali.
"nah... itu dia putraku, Chai Balderic." ucap Briano, ayah Chai sekaligus kepala keluarga di manor megah tersebut.
Chai berhenti sejenak memamerkan senyum manis dan menilik satu persatu orang yang berada disana, ada Net yang duduk bersebrangan dengan Briano, wanita cantik dengan tatapan datar yang Chai yakini dia adalah seorang Alpha dan pria sebaya ayahnya yang duduk di samping wanita Alpha tersebut.
"kemarilah, masih ada kursi kosong." ucap Briano dan Chai melangkah dengan perasaan yang berubah tak nyaman. Ia duduk di single sofa sebelah sofa panjang dan James duduk di sofa single samping Net.
"aku tak menyangka putramu begitu tampan dan cantik, Brian." puji teman ayah Chai.
"hahahaha ku anggap itu pujian untukku juga Theo, bukankah dia mirip denganku?"
"lebih mirip Meta daripada dirimu." singgung Theo, mereka terkekeh bersama dan Chai hanya tersenyum kecut menunduk kecil sebab merasa tak nyaman jika menyangkut sang papa.
Sedikit cerita, papa Chai meninggal saat melahirkannya. Meskipun dia di urus oleh satu maid pribadinya, hal itu tak bisa menutupi perasaan sedih tuan muda Chai yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang omega yang sesungguhnya dan hal yang lebih menyakitkan adalah ayahnya seringkali menyalahkan Chai atas kematian suami tercintanya yang membuat Chai sering beranggapan bahwa dia benar-benar bukan putra yang di harapkan.
Bahkan Briano tidak mengizinkan Chai melihat betapa tampan dan cantiknya sang papa, tak ada foto yang terpajang di area manor karna Briano menyimpannya di galeri khusus yang terpisah dari rumah utama namun masih di lingkup manor dan beberapa ada di museum milik James.
Ia abadikan kenangan suaminya disana, mengizinkan semua penduduk Zurich dan para turis untuk menyaksikan betapa cantiknya paras suami seorang bangsawan Laksemburg kecuali putranya sendiri dan Chai hanya bisa berimajinasi liar dari cerita maid pribadinya.
Yang ia dengar papanya sangat tampan dan cantik pun begitu menawan. Memiliki manik bulat berwarna coklat terang, surai hitam alami, kulit mulus putih susu, senyum indah tubuh tinggi dengan kaki jenjang yang begitu menawan bak putra bangsawan yang sesungguhnya dan maid sering kali mengatakan jika pesona sang papa tak jauh beda darinya, yang membedakan hanya tanda lahir kecil di bawah mata Chai yang tidak dimiliki sang papa.
"siapa namamu nak?" tanya Theo.
"Chai paman." jawab Chai ramah.
"panggil aku ayah, ayah Theo." "dan ini calon tunanganmu, Norine." ucap Theo membuat Chai membeku dan Norine mengangkat dagunya kecil menyorot datar tersenyum simpul menatap calon tunangannya.
"ayah___" ucap Chai terputus.
"jadi pertunangan seperti apa yang akan kita selenggarakan nanti." sela Briano tak perduli panggilan putranya.
"serahkan itu pada mereka, Brian." "pria tua seperti kita hanya cukup duduk dan mengatur siapa saja yang akan di undang." balas Theo.
"ya yaa.... kau benar." Briano terkekeh. "oh iya... selamat Norine, ku dengar kau baru saja membuka anak cabang di kota Bern." Norine tersenyum tipis.
"hanya bagian kecil dari kemampuanku paman." sombong Norine dan begitulah sifat wanita Alpha yang tak jauh beda dari Alpha pada umumnya, bahkan terkadang ego dan logikanya pun lebih tinggi daripada pria Alpha.
Kelangkaan wanita Alpha itu lah yang menjadi alasan mereka semakin meninggi sebab merasa spesial dan berbeda dari kebanyakan wanita lainnya. "jika hanya untuk menghidupi putra cantikmu saja, aku sangat mampu." lanjutnya semakin angkuh menatap datar pada Chai.
"aku percaya itu." Briano terkekeh. "bahkan keluargaku tak ada apa-apanya dibanding trah kalian."