Sorot mentari yang mulai condong ke barat menemani Lelaki manis duduk diteras belakang rumah menatap hamparan hijau yang memanjakan mata.
Dia tersenyum ketika beralih pada suaminya yang sedang menyirami beberapa tanaman sayur dan bunga-bunga koleksinya.
"Jangan terlalu banyak, bungaku akan mati nanti." Himbaunya pada sang suami.
"Jika mereka mati, aku akan mengajakmu ke kota untuk membeli yang baru."
"Tidak mau yang baru, aku sudah susah payah merawat mereka." Vincent terkekeh melihat suami imutnya memasang wajah kesal.
Pria itu menaruh alat penyiram tanamannya diatas tanah, mengusapkan tangan ke kaosnya lalu berjalan mendekati Tristan.
"Ayo masuk, anginnya mulai tidak nyaman." Ajak Vincent mengusap kepala lelakinya.
"Aku masih ingin disini." Jawab Tristan merentangkan tangan.
Vincent maju dan Tristan melingkarkan lengan di pinggang suaminya.Selama masa kehamilan, Tristan menjadi semakin manja pada suaminya dan hal itu membuat hubungan mereka semakin hangat dan harmonis.
"Aku sedikit tidak nyaman." Ujar Tristan.
"Kenapa? Ada yang sakit? Mual?" Tanya Vincent menatap suaminya dari atas dengan tangannya yang terus mengusap kepala Tristan.
"Katakan dimana sakitnya? Ayo ke klinik sekarang." Tristan menggeleng."Aku baik-baik saja, perutku hanya kram seperti biasanya."
Vincent mengerutkan alis saat mendengar suara Tristan sedikit gemetar seperti menahan sakit.
"Sayang...??" Panggil Vincent ketika Tristan semakin mengeratkan rengkuhannya.
Pria itu segera menggendong Tristan dan berjalan cepat menuju mobil untuk pergi ke klinik di ujung desa.
"Kak...." Tristan merintih mencengkram lengan suaminya saat Vincent mulai melajukan mobilnya.
"Sabar... Kita akan ke klinik." Ucap Vincent mengusap tangan Tristan yang ada dilengannya.
Vincent benar-benar panik dan khawatir namun dia mencoba tetap terlihat tenang agar Tristan tidak ketakutan.
"Sakit sekali?" Tanya Vincent mengusap perut Tristan sembari memperhatikan jalanan.
Tristan mencoba mengatur nafas dan sesekali meringis saat merasa nyeri yang luar biasa di perutnya.
"Sabar sayang.... Sebentar lagi kita sampai."
"Kak..." Tristan menitikan airmata.
"Jangan menangis... Tidak akan terjadi hal buruk." Ujar Vincent mengusap airmata Tristan.
Setelah menempuh perjalanan 10 menit, Vincent segera memarkirkan mobilnya didepan klinik dan menggendong Tristan masuk ke dalam.
"Sus, tolong." Kata Vincent.
"Mari ikuti saya." ucap suster berjalan cepat mendahului mereka.
Tok tok tok
Suster mengetuk ruangan dokter lalu membuka pintunya.
"Dok." panggil suster dan dokter beranjak dari duduknya.
"Baringkan di brankar dan tolong feromon anda tuan." kata dokter sembari mengenakan sarung tangan medisnya sedangkan Vincent mengikuti arahan dokter.
Pengalaman pertama membuat keduanya memiliki ketakutan masing-masing namun Vincent mencoba tetap berpikir positif.
Vincent memejam, merasakan genggaman tangan Tristan yang semakin kuat hingga kuku-kukunya menekan permukaan kulitnya. Ia rengkuh kepala Tristan, mengecup keningnya lalu membawa satu tangan Tristan mencengkram bahunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY || JOONGDUNK🔞
FanfictionSeorang putra bangsawan di kucilkan di sebuah paviliun area belakang mansion sejak dia berusia 12 tahun karna insiden yang tak di sangka. Sang ayah memberi kabar tuan muda akan di jodohkan dengan putri seorang bangsawan yang lebih tinggi derajatnya...