3. LEMAH

2.8K 206 8
                                    

"bagaimana jika kita lanjutkan setelah makan malam?" ucap Briano yang mulai merasa hawa berbeda, ia beranjak dari duduknya diikuti Theo, Net, James dan Norine. Dan mereka mulai melangkah.

"ayah, Chai tidak ingin jamuan makan seperti ini."
"Chai tidak ingin bertunangan dengannya, ayah." lirih tuan muda Chai namun masih bisa di dengar semua orang dan Briano melotot marah dengan ucapan putranya.

Briano berbalik badan menatap nyalang pada putranya.

"lembutkan tatapanmu Briano, jangan menakuti calon menantuku." ucap Theo tersenyum ramah.

"ah maafkan aku Theo, aku belum sempat membicarakan perjodohan ini dengan putraku." Briano tersenyum tipis pada sahabatnya.

"tak masalah."
"aku tidak terburu-buru tapi aku akan sangat senang jika putramu bersedia menjadi menantuku." balas Theo ramah.

"Net, tolong bawa mereka ke ruang jamuan makan." Net mengangguk.

"mari ikuti kami tuan dan nona." ucap Net dan mereka berempat berjalan ke ruang jamuan sembari mengobrol ringan meninggalkan ayah dan anak tersebut di ruang pertemuan.

"apa maumu?!!" tegas Briano menguarkan sedikit feromonnya membuat Chai merasa terintimidasi dengan leher tercekat.

"jangan lagi mempermalukanku."
"pergi ke ruang jamuan makan sekarang." tegas Briano datar berlalu meninggalkan putranya yang bernafas rakus.

Semua orang yang ada di meja makan mengalihkan pandangan pada lelaki muda yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan kepala menunduk menampakkan aura suram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang yang ada di meja makan mengalihkan pandangan pada lelaki muda yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan kepala menunduk menampakkan aura suram.
Dia duduk di samping kakak iparnya disusul kepala pelayan bersama para maid yang membawa sajian pembuka, Sang kepala pelayan meletakkan hidangan di hadapan para bangsawan dari berbagai penjuru negara tersebut.

"baiklah... karna putraku sudah tiba mari kita mulai, silahkan nikmati jamuan sederhana dariku, Theo, Norine." ucap Briano dan Norine mengangguk kecil sedangkan Theo tersenyum melihat appetizer yang di sajikan adalah salah satu makanan yang dia sukai, soupe khas negara Prancis.

"kau sangat tau yang aku suka, Brian." ucap Theo terkekeh kecil.

"hahahaha aku ingat kau pernah mengatakannya dan ku datangkan langsung juru masak terbaik dari Prancis untuk menjamu kalian." jelas Briano membuat putra tunggalnya melirik tipis ke arahnya lalu kembali menunduk.

"terimakasih banyak, aku sungguh terkesan dengan usahamu kawan...
sungguh suatu kehormatan bisa di sambut secara khusus oleh bangsawan Laksemburg seperti ini." sungguh pandai Theo memberi makan ego calon besannya tersebut dan Briano terkekeh berbangga diri.

"kembali kasih, silahkan dinikmati." ucap Briano.

Semua orang menikmati hidangannya dengan begitu tenang sesuai etika di meja makan para bangsawan pada umumnya, bahkan suara denting sendok pun tak terdengar sebab hal itu merupakan suatu bentuk ketidaksopanan di meja makan di kalangan mereka.

Hidangan ringan namun menggugah selera semua orang itu sepertinya tidak berlaku untuk tuan muda Chai, sedari tadi ia hanya mengambil suope di ujung sendok dengan pikiran melalang buana dan James sesekali melirik Chai dengan ekor matanya saat menyadari perilaku aneh calon adik iparnya tersebut.

"kau baik-baik saja?" lirih James dengan bibir sedikit terkatup dan mata memindai sekitar.

"emm." balas Chai meletakkan sendok emasnya.

"kau tidak suka, Chai?" tanya Theo yang menyadari tingkah Chai.

"maaf paman, Chai sedikit kenyang karna tadi terlalu banyak makan buah di pavilliun." bohong Chai dengan senyum palsu, ia semakin menunduk saat maniknya bertemu dengan netra sang ayah dan Theo hanya mengangguk.

Jamuan makan yang begitu khitmat dengan pelayanan khusus dari para maid terampil yang ada di manor megah tersebut, hangatnya suasana kekeluargaan tercipta begitu kental namun hal demikian tak dirasa oleh cucu kedua trah Balderic.

"bagaimana jika kita kembali ke ruang pertemuan?" ajak Briano saat semua orang telah menyelesaikan makannya dan mereka segera beranjak kembali menuju ruang yang di maksud.

"sungguh jamuan yang sangat luarbiasa untuk tamu biasa seperti kami, Brian." ucap Theo saat mereka baru saja duduk.

"kau selalu pandai merendah, Theo."
"bagaimana jika kita____"

"Chai menolak ayah.!!" tegas Chai sedikit kuat membuat netra tajam Briano membulat sempurna.

"jaga sikapmu Chai, ayah tidak pernah mengajarimu bersikap tak sopan seperti itu."
"kau hidup dalam lingkup bangsawan bukan di hutan."
"terapkan etika yang gurumu ajarkan." jelas Briano dengan tenang namun tersirat amarah yang siap melahap siapapun.

"agaknya suasana sedikit kurang nyaman untuk Chai, Briano."
"jadi ku rasa kami harus pamit dan kau bisa lebih santai menjelaskan perjodohan ini pada putramu." ucap Theo santai namun berwibawa.

"maaf jika putraku bersikap tak sopan, Theo."

"tidak masalah, jangan ambil pusing dan jangan terlalu keras pada putra cantikmu, Bri." Briano mengangguk setuju dengan ucapan Theo.

Theo dan Norine beranjak dari duduknya dan mereka melangkah keluar di ikuti kepala keluarga Balderic.

"Chai..." panggil James mendekati tuan muda.
"kenapa? kau tau betul bagaimana sifat ayahmu... kenapa kau berani menentang paman, Chai?"
"jika kau menikah dengannya, kau akan keluar dari pavilliun itu." bujuk James yang khawatir dengan kondisi tuan muda beberapa menit mendatang.

"Chai lelah kak, bertahun-tahun Chai selalu menuruti kemauan ayah."
"Chai sudah dewasa, Chai ingin bebas tanpa belenggu."

"kalian pergilah." titah Briano yang baru kembali.

"paman____" ucap Net terputus saat Briano menatap tajam padanya.

"dia putraku, aku yang berhak mengaturnya." tegas Briano menguarkan feromonnya dan Net yang merasa tekanan intimidasi dari Briano segera menarik tunangannya.

Dia ikuti arah pergi Net dan tunangannya lalu beralih pada Chai yang mulai gemetar karna tekanan feromon sang ayah.

"kau sadar kau lemah Chai? dan kau berniat melawan ayah?" ucap Briano datar.

"Chai ingin berdiri diatas keputusan Chai sendiri ayah." balas Chai semampunya.

"omega sepertimu tidak berhak mengambil keputusan bahkan untuk jalan hidupmu sendiri." jelas Briano penuh penekanan.

"mau atau tidak, kau tetap bertunangan dengannya minggu depan." putus Briano berlalu pergi meninggalkan Chai yang meringsut lemah diatas karpet sebab kehabisan tenaga karna feromon sang ayah.

"pada dasarnya takdirku tetap sama." lirih Chai menekan dadanya yang nyeri.

"mari tuan muda, tuan besar meminta saya untuk membawa anda kembali ke pavilliun." ucap butler manor house milik ayah Chai dan tuan muda Chai menerima uluran tangan pelayan tersebut untuk kembali ke pavilliun tanpa sang maid.

Begitulah ketika Chai membuat ayahnya marah, dia akan ditinggalkan sendirian di pavilliun selama beberapa minggu, bermaksud untuk menyadarkannya bahwa omega itu lemah dan takkan bisa mengendalikan apapun termasuk kehidupannya sendiri yang sejatinya menjadi omega juga bukan keinginannya.







~°°~
TERIMAKASIH😍

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💛

SEE YOU NEXT CHAPTER🔥

DESTINY || JOONGDUNK🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang