Sinar matahari yang menyusup masuk di balik kelambu putih mengganggu lelaki cantik yang masih terlelap dalam pejamnya.
Ia regangkan otot tubuhnya dengan mata yang masih tertutup, mengerjap kecil dan membuka matanya perlahan.
KRUUUKK!!!!
Raungan cacing dalam perutnya tengah protes sebab kemarin ia tak menyentuh sedikitpun makanan yang di siapkan Axel bahkan camilan di kamarnya pun tak tersentuh. Chai duduk lalu menunduk, mengusap perutnya yang terasa kosong.
"aku ingin pulang, Anna...." rengek Chai merasa suasana hatinya yang buruk karena kejadian di malam lalu.
Chai beranjak membuka pintu kamarnya, mengintip kecil menyisiri keberadaan Axel.
Ia melangkah keluar menengok ke kanan ke kiri dan bernafas lega saat tak melihat tanda-tanda keberadaan pemilik rumah.
Dia berjalan mengendap-endap menuju dapur layaknya maling yang tengah menyusup rumah seseorang dan menengok ke arah meja makan saat ekor matanya menangkap ada sesuatu disana.
Chai memajukan bibir memalingkan muka karena tak minat dengan salad sayur dan susu buatan Axel. Tingkahnya begitu mirip dengan bocah yang tengah merajuk.Chai melanjutkan langkahnya ke dapur dan mengambil gelas kosong meletakkannya di dekat kompor, memindai sekitar mencari kaleng susu miliknya. Ia buka kabinet diatas kompor dan menemukan benda yang dicari.
Lelaki cantik itu membungkuk mengamati knock kompor yang terdapat gambar bulatan-bulatan di sisi kiri dan semakin mengecil kebawah, ia putar ke arah kiri namun sedikit kesulitan. Chai kembali mencobanya dengan menekan beberapa detik lalu memutarnya ke kiri.
BUG!!!
Suara kobaran api membuat Chai tersentak ke belakang memegangi dadanya.
"menakutkan sekali." celetuk Chai.
Dia menutup satu telinganya, mengulurkan tangan lalu maju perlahan dan segera memutar knock kearah bulatan paling kecil.
"huuuufft.... untung rambutku tidak terbakar." ucap Chai bernafas lega sembari meraba rambutnya.
Chai celingukan dan tersenyum tipis saat matanya menangkap panci kecil yang tergantung di rak dekat wastafel. Ia isi panci itu dengan air lalu meletakkannya diatas kompor.
Chai diam terpaku di depan kompor menatap panci yang berisi air. Seumur hidup ini kali pertama dia menyentuh area dapur secara langsung dan merasa begitu takjub melihat reaksi air yang terkena panas, sama seperti penjelasan di buku yang pernah ia baca ketika di pavilliun.
Setelah beberapa menit, air mulai mendidih dan Chai hanya diam ragu menatapnya, ia merasa takut terkena letupan air panas didalam panci.
~~
Axel tersentak dalam pejamnya saat tiba-tiba bayangan Chai lewat di dalam mimpinya dan segera membuka mata untuk memeriksa keadaan Chai, tadi ia kembali tertidur setelah membuat sarapan untuk lelaki cantik yang tinggal dirumahnya.
Axel keluar dari studio lukisnya dan membuka pintu kamar Chai. Ia melotot kaget saat tak melihat Chai di kamarnya.
"Chai..." teriak Axel berjalan cepat menuju ruang tamu sebab Chai seringkali duduk disana membaca buku tua milik mendiang ayahnya namun tak ada seorangpun disana.
Ia keluar rumah, menengok ke kanan dan ke kiri namun tak ada siapapun. Axel kembali masuk dan menarik langkahnya menuju dapur. Pria itu bernafas lega saat melihat lelaki cantik berdiri didepan kompor.
"kau sedang apa, um?" tanya Axel menghampiri Chai namun Chai tak menjawab.
"kau ingin susu?" tanya Axel melihat kaleng susu disamping gelas kosong.
"apa susu di meja sudah dingin?" tanyanya lagi namun Chai tak memberi tanggapan apapun bahkan menengok pun tidak.
![](https://img.wattpad.com/cover/358173696-288-k267961.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY || JOONGDUNK🔞
FanficSeorang putra bangsawan di kucilkan di sebuah paviliun area belakang mansion sejak dia berusia 12 tahun karna insiden yang tak di sangka. Sang ayah memberi kabar tuan muda akan di jodohkan dengan putri seorang bangsawan yang lebih tinggi derajatnya...