10. OBROLAN RINGAN

3.3K 291 7
                                    

Seorang lelaki cantik duduk diatas ranjang menatap gelapnya malam dari jendela kamar ditemani isi kepalanya yang ribut.

Jiwa yang di selimuti rasa takut dengan bayang-bayang sang ayah membuatnya tetap terjaga di tengah malam dengan pikiran menerka kemana ia akan memijakkan kaki setelah pulih.

"kau belum tidur?" tanya Axel membuat Chai tersentak lalu mengalihkan pandangan ke sumber suara.
"apa kakimu masih sakit?" lanjutnya sembari mendekat namun Chai hanya diam.

Axel meletakkan baskom di lantai lalu duduk di ujung ranjang berniat melepas perbannya namun Chai lebih dulu memindahkan kaki.

"maaf." singkat Axel menatap Chai.
"bolehkah aku melepas perbanmu?" Chai diam.
"atau kau mau melepasnya sendiri?"
Chai mengalihkan pandangan pada kedua kakinya yang diperban, ia diam sejenak lalu kembali menatap Axel.

"hanya melepasnya?"

"iya... tadi Tristan mengatakan jika lukamu sudah boleh di buka." jelas Axel.

"tanganmu tidak akan naik ke atas?" Axel menaikkan satu alisnya. Ia tak paham apa yang dimaksud Chai.
"tolong buka tapi jangan meraba ke atas." lanjut Chai saat melihat Axel nampak bingung.

"apa wajahku terlihat cabul sampai kau berpikir aku akan merabamu?" tanya Axel lembut dan Chai meneliti muka pria tampan itu dengan seksama.

"wajahmu mencurigakan." celetuk Chai membuat Axel tertawa kecil.

"setelah ini aku akan mengganti wajah." celetuk Axel mulai membuka perban Chai.

"boleh aku bertanya?" tanya Chai setelah beberapa saat diam dan
Axel melirik sekilas pada Chai lalu kembali menatap kaki lelaki cantik di hadapannya.

"bertanyalah apapun." ucap Axel membuka lilitan perban di kaki Chai.

"boleh aku tau ini dimana?"

"Murren." singkat Axel tanpa menatap Chai dan Chai diam sejenak seakan sedang menimang-nimang sesuatu.

"maaf."
"ku perhatikan kau tidak pernah menatap lawanmu saat berbicara."
"apa ayah dan ibumu tidak memberitahu tata krama berbicara dengan oranglain?" seketika Axel membeku mendengar ucapan Chai.

Ia tarik nafasnya dalam-dalam membuangnya perlahan lalu mengalihkan pandangan pada lelaki cantik yang sedang menatapnya.

"maaf jika aku menyinggungmu."
"tapi sedari kecil aku diajarkan untuk menatap seseorang di hadapanku ketika berbicara." jelas Chai merasa suasana yang sedikit berbeda.

"maaf atas sikap tidak sopanku padamu."
"sekarang coba ulang pertanyaanmu." ucap Axel lembut dengan senyum tampannya.

"apa Murren dekat dengan Laksemburg?"

"lumayan, 9 jam perjalanan jika naik kereta dan 4 sampai 5 hari jika berjalan kaki." ucap Axel terus bertatapan dengan Chai.
"kau dari Laksemburg?"

"terimakasih." ucap Chai tak menjawab pertanyaan Axel.

Lelaki cantik mengalihkan pandangan ke luar jendela dan keduanya diam.

"kau putra bangsawan?" tebak Axel sedikit curiga.
"apa kau tersesat?" tanya Axel lagi dan Chai bergeming datar tak minat menanggapinya.

Axel melanjutkan kegiatannya melepas perban Chai dan suasana hening malam dirasakan dua orang yang saling diam itu.

"mau ku antar pulang?" celetuk Axel dan Chai mengalihkan pandangan dengan manik bulatnya yang melebar. Ia menggeleng cepat dan Axel memicing melihat respon Chai.

"ada yang salah?"
"jangan katakan jika kau sedang kabur dari orangtuamu." tebak Axel dan gelengan Chai semakin cepat.

Tanpa di duga lelaki tampan itu menggeser duduknya lalu menangkup kedua pipi Chai dan manik bulat Chai semakin melebar.

DESTINY || JOONGDUNK🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang