24. MEMBUJUK

2.3K 178 16
                                    

POV AXELLIO

Dudukku tak nyaman dengan konsentrasi yang tercerai-berai tak karuan. Tilikanku liar dengan pikiran tak tenang.
Sungguh, aku begitu gelisah ketika dia terus mendiamkanku.

Membungkam suara yang selalu membuatku menahan gelak tawa dengan tingkah ajaibnya dan seringkali membuat kedua sudut bibirku memberontak.

Salahku, perbuatan ceroboh yang tak dapat ku tahan membuat kami saling berjarak, lebih tepatnya dia yang memberi jarak padaku.
Dan nampak jelas sikapnya menyiratkan rasa kecewa yang teramat sangat membuatku terus merutuki perbuatan biadab yang merusak indahnya bunga daisy yang sempat terbelenggu di keremangan.

Aku membuang nafas berat, mengintip jam dinding yang hampir menunjukkan waktu makan malam dan segera ku letakkan pallet diatas meja lalu beranjak untuk menyiapkan makan malamnya.

Ku buka pintu studioku dan seketika eksimu melebar tatkala melihat punggung seseorang yang mengenakan mantel coklat melangkah ke arah pintu rumah. Aku mempercepat langkahku dan segera meraih pergelangan tangannya membuat tubuh itu tersentak dari lamunnya.

"kau mau kemana?" tanyaku dengan nada lembut dan tersirat kekhawatiran.

Ia tarik tangannya lalu kembali melanjutkan langkah.

"Chai." panggilku mengambil langkah besar untuk menghadangnya.

"kau mau kemana,um? katakan, biar ku antar." ucapku lembut namun dia tetap diam.
"Chai..?"

Bukannya menjawab, ia justru menunduk dan segera ku tangkup kedua pipinya untuk menatapku.

Dadaku tertohok tatkala untuk kedua kalinya ku lihat sorot sayu putus asa di manik jernih itu. Sorot yang dulu pernah ku lihat ketika pertama kali dia membuka mata setelah beberapa hari tak sadarkan diri.

Dan dengan berjalannya waktu netra itu mulai memancarkan binar bahagia namun kini nampak redup tak hidup.

"maafkan aku." lirihku dengan leher tercekat dan dia tetap bergeming datar.

"aku ingin pulang."

Setelah beberapa hari diam, akhirnya dia mengeluarkan suara namun kalimatnya mampu membuat dadaku sesak tanpa alasan.

"tidak." pungkasku tanpa sadar.

"aku ingin kembali ke tuanku." lanjutnya memalingkan muka dan kembali ku bawa menatapku membuat eksi kami bertemu.

"aku tau kau tak pernah ingin kembali ke tuanmu." ucapku menilik satu persatu manik layu dihadapanku dan setetes bulir bening mengalir di pipinya.

Mataku melebar dan segera ku usap pipinya dengan ibu jariku, mendekat menyatukan keningku dengannya dan aku memejam, tak berani ku tatap manik itu dari dekat.

"mari menikah, Chai." lirihku menahan sesak dan dia hanya diam.
"Chai." panggilku saat tak ku dengar sepatah katapun dari mulutnya.

"aku ingin pulang." lagi. Kalimat itu lagi yang ku dengar membuat akalku semakin putus asa.

"tolong maafkan aku, aku tau aku kurang ajar. tapi tolong maafkan aku___" ucapku menjeda kalimat.
"mari menikah, izinkan aku menebus kesalahanku." lanjutku setelah beberapa detik diam.

"aku ingin bahagia." ucapnya lirih dan aku segera memberi jarak menatap maniknya bergantian.
"dan pernikahan tanpa cinta takkan berakhir bahagia."

Semakin tertohok aku mendengarnya. Seolah hatiku tak terima jika ia mengatakan aku tak mencintainya.

"aku mencintaimu." bisikku tepat dihadapannya.

Netra bulatnya melebar, menghempaskan tanganku lalu mundur beberapa langkah memberi jarak.

DESTINY || JOONGDUNK🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang