46. HAMIL MUDA

3.4K 217 6
                                    

1 Bulan kemudian

“Axel…” panggil Chai yang terbangun ditengah malam.

Ia merasa tubuhnya begitu lemas dan perutnya terasa bergejolak. Dia tepuk-tepuk tangan Axel yang melingkari perutnya namun pria itu tak kunjung bangun.

“hueeekk…” Chai segera bangkit, berlari menuju kamar mandi dan Axel terperanjat kaget lalu mengikuti suaminya.

“perutmu tidak nyaman?” tanya Axel memijit tengkuk Chai. Kantuknya tiba-tiba hilang berganti dengan perasaan panik dan gelisah.

“huek..huek…” Chai mencengkram sisi wastafel untuk menahan tubuhnya.

“Axeell hiks." rengek Chai merasa perutnya benar-benar tak nyaman.

Axel membilas mulut Chai lalu mengusap bibirnya dengan punggung tangan dan segera membawa Chai ke pelukannya.

“kita pergi ke klinik oke?” Chai menggeleng.

“feromon.” lirih Chai.

Tanpa banyak kata, Axel segera menguarkan feromon alpha yang sangat penting bagi perkembangan kandungan omeganya sembari melangkah kembali ke ranjang lalu merebahkan tubuh Chai dan memeluknya.

Baru beberapa menit memejam Axel mendengar isakan lirih dan dia mengurungkan niatnya untuk kembali terlelap. 

“ada apa?” tanya Axel mensejajarkan tubuh.

“Axel hiks...”

“iya... ada apa sayang? Tidak nyaman?” Chai mengangguk.

Axel memposisikan tubuhnya bersandar dikepala ranjang lalu membawa Chai untuk duduk dipangkuannya. Ia usap lembut punggung pujaannya dan memenuhi kamar dengan aroma feromonnya.

“tidurlah..” ucapnya lalu memejam.

“hiks...” Axel kembali membuka mata tatkala Chai kembali terisak.
“kenapa sangat sepi hiks... Aku tidak suka.” rengek Chai dengan isakannya.

“mau mendengarkan musik di studio lukis?” tawar Axel dan Chai mengangguk.

Axel bangkit dan berjalan menuju studio lukis dengan Chai yang berada dalam gendongannya. Setelah memasuki studio, dia langsung menuju radio yang ada di pojok studio lalu memilih kaset dan memasangnya.

Alunan instrument jazz klasik yang menenangkan mulai memanjakan pendengaran dan Axel berjalan menuju kasur, merebahkan diri untuk melanjutkan tidurnya dengan kedua tangan yang mengusap punggung Chai.

“hiks... Kenapa sangat tidak nyaman.. Aku tidak bisa tidur hiks.. Hawa malam menakutkan.” keluh Chai dan Axel kembali duduk bersandar ditembok memangku Chai.

“sekarang coba tidur lagi, aku akan menjagamu.” ujar Axel lalu memejam.

Baru 5 menit terpejam, Axel kembali membuka mata lalu menengok pada kanvas yang tersangga didekat jendala. Dia bangkit, menggendong Chai untuk melanjutkan karya tangannya dan ia terkekeh geli saat Chai mengendus ceruk lehernya.

Axel duduk dikursi kayu menghadap gambarannya yang belum selesai. Ia raih pensil diatas meja dan mulai mengarsir ruang kosong untuk memberi gradasi realistis.

“hiks…” Axel menunduk saat mendengar isakan Chai dan segera meletakkan pensilnya.

“ada apa? Perutmu sangat-sangat tidak nyaman, hm?” tanya Axel mengusap pipi Chai.

“huaaa…hiks hiks Axel…”

Axel menangkup pipi Chai dan membawanya duduk tegap. Dia pandangi wajah cantik suaminya yang nampak sendu dengan hidung memerah.

“katakan… kenapa? Perutmu sakit? Pusing? Apa? Katakan jangan membuatku takut sayang.” cerca Axel mencoba untuk tidak panik.

“aku…hiks aku tidak tau kenapa aaaaa.” jawab Chai dengan airmata semakin deras.
“aku mengantuk, aku ingin tidur tapi tiba-tiba aku ingin menangis hiks.” lanjutnya terisak.

Axel kembali mendekap tubuh Chai, mengusap punggungnya yang mulai bergetar.

“sayaaang… kau tidak bisa tidur lalu mengajak papa begadang?” tanya Axel mengusap perut Chai.
“kau takut sepi? tidurlah. Ayah akan menjaga kalian dan papamu juga butuh istirahat, besok kita bermain lagi saat papa sudah bangun… ayah akan mengajakmu ke pasar untuk belanja sayuran untukmu.” rayu Axel masih setia mengusap perut Chai.
“kau ingin makan sesuatu? Besok katakan pada ayah, ayah akan membelikan apapun yang kau inginkan tapi sekarang tidurlah lebih dulu, hari masih gelap.”

Axel tersenyum lalu mengecup kepala Chai saat merasakan nafas halusnya. Ia menunduk, mengintip muka Chai yang nampak damai dan kembali melanjutkan kegiatan menggambarnya.

~
4 jam kemudian

Pria tampan menyangga kepalanya dengan siku sembari memejam sebab tak lagi kuat menahan kantuk. Dia sengaja melakukan hal demikian karena tidak ingin membuat pujaannya merasa tak nyaman jika ia merebahkan diri.

Tok tok tok

Axel tersentak saat samar-samar mendengar pintu rumahnya di ketuk. Dia beranjak keluar studio untuk membuka pintu dengan Chai yang masih berada di gendongannya.

“kak Chai sakit?” tanya Tristan saat pintu terbuka dan melihat Chai digedongan Axel.

“sepertinya hanya masuk angin, semalam dia mual muntah dan tidak bisa tidur jika posisinya berbaring.” tanya Axel duduk diruang tamu dan Tristan mengikutinya.

“itu bukan masuk angin kak, tapi karena memang sudah memasuki minggu ke-6 dan sebagian omega yang mengandung akan merasakan hal demikian.” jelas Tristan.

“apa aman untuk bayinya?”

“aman kak, hanya efek hamil muda. Besok aku akan meresepkan vitamin untuk kak Chai.”

“trimakasih Tristan...” Tristan mengangguk.

“oh iya... aku kemari karena ingin mengantarkan soup daging untuk kalian.” ucap Tristan meletakkan rantang diatas meja.

“sekali lagi terimakasih Tristan.”

“sama-sama kak... Sebenarnya aku kemari juga di minta kak Vin untuk menanyakan apa kalian ingin pergi ke pasar bersama?”

“kebetulan sekali... aku juga berniat pergi ke pasar.” Tristan tersenyum tipis.

“kalau begitu ku tunggu jam setengah 9 nanti kak, aku permisi dulu.”

“terimakasih Tristan, ucapkan terimakasih pada kak Vin.” Tristan tersenyum lalu beranjak untuk kembali kerumahnya.


~¤¤~
TERIMAKASIH😍

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💛

SEE YOU NEXT CHAPTER🐣

DESTINY || JOONGDUNK🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang