12. ATAS BUKIT

3.1K 276 7
                                    

Chai berdiri diam menatap pria tampan yang tengah sibuk mencuci piring membelakanginya. Pria itu melirik dengan ekor matanya lalu berbalik tubuh menghadap Chai.

"duduklah Chai... kau tidak lelah terus berdiri seperti patung?"

"aku tidak tau harus melakukan apa."

"duduklah jika kau tidak melakukan apapun." Axel berniat berbalik namun urung ketika mengingat sesuatu.
"kau ingin jalan-jalan?" Manik bulat Chai berbinar. Ia mengangguk cepat.

"setelah ini ikutlah ke studioku, temani aku bekerja. Tapi biarkan aku menyelesaikan ini lebih dulu lalu mandi."

"baiklah." sahut Chai dengan senyum indahnya.

"sekarang tunggulah di ruang tamu. Sebentar lagi aku selesai." Chai mengangguk. Melangkah santai menuju ruang tamu dan Axel mati-matian menahan senyum melihat tingkah Chai yang begitu polos.

••••

Chai duduk diruang tamu menatap jendela yang terhampar rerumputan hijau.

Ia beranjak lalu melangkah dan berhenti di ambang pintu menghirup oksigen dalam-dalam menikmati udara segar yang dulu di dambakan.

Maniknya berbinar tatkala melihat bapak tua mengenakan camping membawa tongkat kayu berjalan bersama gerombolan domba.

Chai berlari menghampirinya, tertawa riang seolah mengajak para domba bercanda dan bapak tua hanya tersenyum melihat tingkah lelaki cantik yang tak pernah ia jumpai.

"apa kau orang baru disini?" tanya bapak tua terus melangkah bersama domba dan Chai mengikutinya.

"iya kakek... aku tinggal dirumah itu." jawab Chai menunjuk kebelakang.
"kakek pergi kemana?" tanya Chai terus berjalan sesekali mengelus domba di sisi kanan kirinya.

"ke sana." jawab bapak tua menunjuk bukit diatas dengan tongkatnya.

"bolehkah Chai ikut?" tanyanya dengan binar memohon.

"kau sudah meminta izin pada Axel?" tanya bapak tua tersenyum.

"kakek mengenalnya?"

"semua orang disini mengenalnya." jawab bapak tua terkekeh kecil.
"dia tampan, baik, gemar membantu dan tidak pernah meminta belas kasihan orang meskipun dia yatim piatu."
Chai membeku di tempat, menatap bapak tua yang terus melangkah bersama domba-dombanya.

Chai berlari, berjalan sejajar di sisi bapak penggembala.

"yatim piatu? orangtuanya meninggal?" tanya Chai meyakinkan.

"iya..."
"orangtuanya meninggal saat dia berusia 10 tahun."
"mereka di rampok bandit hutan saat perjalanan ke kota untuk menyusulkan hasil panen terakhir milik saudagar desa sebrang." jelas bapak tua dan Chai bungkam, merasa tak enak hati menyinggung didikan orangtuanya tempo hari.

"kenapa langkahku semakin berat." lirih Chai.

"karna kita berjalan naik ke bukit. Apa kau tidak pernah berjalan jauh?"
Chai menggeleng.

"kakek tidak lelah?" Chai melihat ke samping, beralih kembali ke depan.

"tidak... aku sudah terbiasa naik turun bukit setiap hari." Chai mengangguk kecil, membungkuk dengan dua tangan di lutut. Memasok oksigen dengan serakah.

"kek..." sapa seseorang dan Chai mengangkat kepala menatap bapak tua sedang mengobrol dengan seorang wanita. Ia berjalan mendekat.

"tidak bersama nenek Galia?" tanya wanita itu.

"Galia sedang memetik anggur milik tuan Zein." jawab kakek ramah.

"baiklah...kalau begitu selamat menggembala kek." kata wanita itu lalu beralih menatap Chai mengangguk tersenyum dan Chai membalasnya.

DESTINY || JOONGDUNK🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang