22

107 10 0
                                    

"serius ni ra, semua baju yang Lo beli abaya semua?" tanya Hanna.

Azura pun mengangguk "serius na"

Hanna pun menyenggol lengan azura "serius ni nggak tergoda sama crop top atau baju Sabrina lagi?"

"Nggak usah jadi setan buat goda gue deh, na"

Hanna pun tertawa "canda kali, gue si senang kehadiran kak Shaka bisa mengubah banyak hal dihidup lu" Hanna merangkul azura "azura yang dulu adalah azura yang jauh dari tuhannya, tapi azura yang sekarang berada didekat gue adalah azura yang mencoba untuk mulai dekat dengan Tuhannya" sambung Hanna.

"Mungkin ini rencana Allah ya, memalui mas Shaka Allah ingin gue lebih dekat dengan nya" ucap azura.

Hanna pun tersenyum "kita bayar sekarang?" Tanyanya

"Yuk"

Setelah selesai berbelanja kini azura dan juga hanna memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum kembali.

"Mau makan apa, na?" Tanya azura sambil melihat-lihat buku menu.

"Ra, ini restoran mewah banget. Serius kita makan disini?" Ucap Hanna sambil berbisik ke azura.

"Ck, serius na. Udah ni lu pilih aja mau makan apa" azura pun menyodorkan buku menu ke Hanna.

Hanna pun melihat menu-menu disana "mahal-mahal banget Ra" bisiknya.

"Udah gapapa sesekali, gue yang bayar" ucap azura.

"Ini kira-kira yang enak apaan ya ra, Lo aja deh yang pilihkan buat gue" Hanna memberikan buku menunya pada azura.

Azura pun memilih menu untuk mereka dan memesannya. Saat makanan yang mereka pesan datang Hanna sempat terpelongo, ini si cuman buat menggelitik lambung. Batin Hanan

"Dikit ya, ra" bisik Hanna.

"Emang porsinya segini, na" jawab azura.

Hanna pun mengangguk, mungkin orang kaya nggak terbiasa makan banyak, Pikirnya. Ia pun segera mengeluarkan handphone nya dan memotret makanan dihadapannya, biasalah buat ngasih makan Instagram miliknya.

Setelah selesai makan, mereka pun memutuskan untuk segera kembali.

"Gue Masi lapar, ra" ucap Hanna sambil mengelus perutnya. Ia tidak terbiasa makan dengan porsi sedikit, maklum la kalau ia makan porsi kuli.

"Mau makan mie ayam pinggir jalan?" Tanya azura.

Hanna pun mengangguk semangat "mau"

"Yuk"

Mereka pun berjalan bergandengan menuju abang-abang mie ayam.

****
Seorang wanita berdiri di antara orang-orang yang sibuk berlalu lalang seakan dikejar oleh waktu, ia berjalan menyeret kopernya memasuki bandara tersebut.

Drett drett

Ponselnya berbunyi dan ia memilih mengabaikannya, tekatnya sudah bulat ia akan mencari tahu sendiri kebenarannya.

"Aku bisa, apapun yang terjadi aku akan mencari tau kebenaran yang sesungguhnya" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Dilain sisi seorang pria sedang bermondar mandir sambil mencoba menghubungi seseorang.

"Kamu dimana hilya" ucap vino sambil mengotak-atik nomor yang dituju.

"Mas" Mira berlari dari arah kamar hilya.

"Baju-baju hilya sudah tidak ada" ucapnya.

"Apa?" Vino segera berlari kekamar hilya dan mengeceknya sendiri, ternyata benar hanya tersisa beberapa pakaian saja disana.

"Aku nemuin ini dibawa bantal" mira memberikan sebuah kertas yang ia temukan tadi pada vino.

Vino segera mengambil kertas itu dari tangan istrinya dan membukanya, ternyata itu sebuah surat. Ia pun membacanya

Maafin hilya karena pergi tanpa pamit ya bang.

Akhir-akhir ini nama shenna terus saja berputar dikepala hilya, suara anak kecil yang terus memanggil kata bunda bunda itu selalu terlintas dikepala hilya tapi hilya tidak bisa mengingat apapun.

Hilya tau bang vino sudah seringkali memberitahu hilya tentang kehidupan hilya yang dulu, tapi emang dasarnya otak hilya yang lemah sehingga tidak bisa mengingat apapun lagi.

Kali ini hilya memutuskan untuk mencari taunya sendiri, hilya pamit pergi ke Indonesia tanah kelahiran kita ya bang mungkin jawabannya ada disana.

Abang tidak perlu khawatir insyaallah hilya akan baik-baik saja, doain hilya ya supaya bisa mengingat hal-hal penting dihidup hilya.

Vino terduduk di ranjang setelah membaca surat itu, pikirannya panik bagaimana jika Lisa bertemu dengannya? Sementara hilya tidak mengetahui apapun, ah lebih tepatnya tidak mengingat apapun.

****
Azura tersenyum-senyum sambil menyirami bunga-bunga miliknya, dulu ia sempat menginginkan mempunyai taman bunga tetapi setiap ia mencoba menanaminya lisa selalu saja merusaknya. Tetapi sekarang impiannya sudah terwujud, Shaka membuatkan taman bunga dirumahnya khusus untuk azura.

Azura melihat sekelilingnya, taman bunga dengan berbagai jenis bunga ada disini dan tidak jauh dari tempatnya berdiri terdapat kolam renang serta gazebo disisi kanan nya. Tidak ada suara berisik disini hanya ada suara kicauan burung milik Shaka.

Ia menarik napasnya dalam, sangat tenang.

"Ternyata hidup tanpa Mak lampir dan si Dugong sangat damai ya" ucapnya, yang ia maksud Lisa dan juga naya.

Azura pun kembali menyiram bunga-bunga miliknya sambil bersenandung kecil, Hinga sebuah tangan menutup kedua matanya, ia ingin teriak takut-takut ada penculik.

Tapi sepertinya ia mengenali wangi parfumnya, azura pun mendengus mencoba untuk mengenali wanginya.

"Mas Shaka?" Ucapnya pelan, takut-takut salah orang.

Shaka pun tertawa, ah iya sudah bernapas lega. akhirnya tidak jadi diculik.

"Is mas ngagetin tau" azura mencubit perut Shaka.

Shaka pun tersenyum "Maaf" ucap Shaka sambil mengeluarkan sebuah buket mawar putih dari balik punggungnya.

"Buket?"

Shaka mengangguk "sesuai janji mas, setiap bunga yang mas kasih sudah layu akan mas kasih yang baru"

"Memangnya buket bunga yang kemarin sudah layu?" Tanya azura, ia tidak tau karena terakhir kali ia menyimpan bunga itu di lemari kaca yang berada dilantai tiga.

"Tadi pagi mas liat sudah layu" jawab Shaka.

"Padahal kalau nggak mas kasih juga gapapa, kan mas udah buatin taman bunga buat zura"ucap azura.

"Gapapa sayang" ucap Shaka sambil mengelus rambut azura "itu dikulkas ada es krim, tadi mas beli" sambung Shaka.

Mata azura pun langsung berbinar "es krim?" Tanya azura. Shaka pun mengangguk "rasa coklat" beritahu Shaka.

Azura pun segera berlari menuju dapur. "Pelan-pelan sayang" teriak Shaka, ia pun segera menyusul azura.

di Langit IstanbulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang