40

27 3 0
                                    

Pagi hari ini Arman memutuskan untuk kembali kerumah sebentar setelah kemarin malam ia menginap dirumah sakit menemani hilya, kondisi Arman memang tidak separa hilya ia hanya mengalami beberapa luka saja dan dokter juga memperbolehkan nya untuk pulang tidak harus dirawat. sesampainya dirumah ia melihat Lisa yang sudah menunggu nya disana.

"Bagus ya, semalam kamu nggak pulang" ucap Lisa mengahalangi jalan Arman "kemana kamu? Jagain perempuan itu?"

"Perempuan yang kamu maksud itu adalah istri saya"

"ENGGAK, KAMU NGGAK BOLEH KEMBALI SAMA DIA.....KAMU MILIK AKU, DENGAN SUSAH PAYAH AKU MENDAPATKAN KAMU DAN MENYINGKIRKAN DIA, DIA TIDAK BOLEH KEMBALI BERSAMA KAMU LAGI"  teriak Lisa histeris memecahkan kesunyian di pagi ini.

"Lisa tenang kan diri kamu" Arman mengajak Lisa untuk duduk.

"Aku tidak terima kamu kembali bersama wanita itu" ucap Lisa yang sudah mulai tenang tetapi masih terlihat emosi dan amarah di matanya.

"Saya masih mencintai hilya" ucap Arman menunduk.

"Lalu gimana dengan aku?"

"Kamu sendiri tau kalau saya tidak pernah mencintai kamu, tidak pernah ada cinta di pernikahan kita" Arman memegang kedua bahu lisa berusaha menenangkan nya "mari kita berpisah dengan baik-baik" sambung Arman.

Mendengar hal itu sontak Lisa berdiri dan menepis tangan Arman "ENGGAK, AKU GA MAU!!"

"Lisa-"

"Kamu nggak mikirin gimana hidup aku sama naya nanti nya?"

"Saya akan memberikan tempat tinggal untuk kamu sama naya, salah satu usaha saya juga akan saya serahkan atas nama naya. Saya akan tetap memberikan nafkah untuk Naya karena dia juga putri saya"

"Aku nggak mau mas, aku nggak mau pisah sama kamu"

"Keputusan saya sudah bulat, tidak bisa diubah lagi"

Arman segera pergi menuju kamar karena tidak ada gunanya jika ia terus berdebat dengan Lisa, keputusannya tetap tidak akan berubah.

Sementara Lisa sendiri sudah menggamuk diruang tamu, melempari barang-barang yang ada disana hingga membuat bi Sumi kesulitan untuk menenangkannya.

Setelah selesai mandi dan bersiap kini Arman akan menuju rumah sakit untuk menemani hilya, saat keluar kamar Arman tidak melihat keberadaan Lisa disana bi Sumi mengatakan Lisa dibawa Naya menuju kamar nya.

"Papa" panggil Naya, Arman pun menghentikan langkahnya

"Nay"

"Naya udah tau kalau papa sama Mama mau cerai"

"Maafin papa ya" arman mengenggam tangan putri bungsu nya itu, Arman tidak pernah mengharapkan kehadiran Naya di hidupnya tapi bagaimana pun ini semua bukan salah naya, Naya tetap putrinya sama seperti azura.

"Papa nggak perlu minta maaf, sekarang naya sudah paham apa yang terjadi antara mama, papa, dan tante hilya dulu. Naya akui yang dilakukan mama beberapa tahun yang lalu itu memang salah bahkan bagaimana perlakukan mama ke azura itu juga salah bukan hanya mama, Naya juga salah." ucap Naya sambil menunduk mengingat bagaimana sikap nya dulu, bagaimana ia begitu membenci azura Padahal azura lah yang lebih tersakiti dalam hal ini.

Arman segera memeluk naya, putrinya itu. "Putri papa sekarang sudah dewasa ya, papa senang naya sudah tidak membenci azura lagi dan bisa berpikir mana yang benar dan mana yang tidak"

"Maafin naya ya pa, selama ini naya tidak bisa jadi Putri yang baik buat papa. Naya selalu nyusahin papa" ucap naya dipelukan arman.

"Tidak sayang jangan bilang seperti itu, kamu putri papa yang hebat"

"Naya bakal bawa mama pergi dari sini, tadi naya tidak sengaja dengar percakapan papa sama Mama, papa bilang sudah menyiapkan tempat tinggal buat naya sama mama kan?"

Arman mengangguk "tapi kalau naya mau tinggal disini bareng papa tidak masalah"

"Enggak pa, naya harus tetap sama mama. Naya harus jaga mama"

Arman tersenyum dan mencium kepala putrinya itu, ia tidak menyangka naya yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Jika naya yang dulu selalu menguji kesabaran nya dengan berbagai tingkah nya diluar sana, tapi naya yang berada dihadapannya ini adalah naya yang bijak dan dewasa, naya yang bisa mengerti situasi keluarga nya.

"Pintu rumah ini akan selalu terbuka buat kamu, kalau ada perlu apa-apa langsung kabarin papa ya" ucap Arman

Naya mengangguk sambil menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes "Naya boleh peluk papa sekali lagi?"

"Kemarilah" arman pun memeluk naya, hingga tanpa sadar air matanya juga ikut menetes.

*****

Azura kini sedang menyiapkan pakaian untuk dipakai Shaka, sejak menikah azura lah yang selalu memilihkan pakaian apa yang akan dipakai Shaka dan Shaka selalu memakai apa yang telah disiapkan oleh azura tanpa protes sekali pun.

Huek...huek

Tidak, itu bukan suara yang berasal dari azura tetapi Shaka lah yang saat ini masih berada dikamar mandi sedari tadi.

"Mas, gapapa?" Tanya azura sambil menggedor pintu kamar mandi

"Sayang.....huek"

"Zura masuk ya" azura pun memilih masuk, untung saja pintu nya tidak dikunci oleh Shaka.

"Mas mual, rasanya....huek" ucap Shaka yang masih berusaha memuntakan isi perut nya di wastafel.

"Mas kenapa? Masuk angin?" Tanya azura sambil memijit tengkuk Shaka.

"Mas gapapa sayang, ini biasa kok" jawab Shaka sambil bersandar di pinggir wastafel, tubuh nya masih terasa lemas.

"Biasa gimana, mas nggak pernah kayak gini loh biasanya. Kita berobat ya?" Ucap azura sambil memegang kening Shaka memastikan ia demam atau tidak, tapi suhu Shaka normal-normal saja tuh.

"Tidak perlu sayang, kamu kan lagi hamil jadi wajar mas seperti ini"

"Kan yang hamil zura bukan mas, kok mas yang mengalami morning sickness?" Azura mengerutkan alis nya merasa binggung.

"Ini nama nya sindrom couvade sayang, yang mana biasanya nya sang ibu hamil yang mengalami morning sickness tapi dalam hal ini sang calon ayah lah yang mengalaminya. Ini normal kok" jelas Shaka pada azura

"Bisa gitu ya?" Ucap azura dan Shaka mengangguk.

Azura merapihkan rambut Shaka yang sedikit berantakan "maaf ya, gara-gara zura mas jadi gini" ucap azura.

Shaka pun meraih tangan azura dan meletakan dibibir nya memberikan ciuman kecil "kamu nggak perlu minta maaf, mas justru senang yang mengalami hal ini mas bukan kamu karena mas nggak akan tega kalau liat kamu yang mual-mual setiap hari nya"

Azura pun tersenyum dan merasa bersyukur, ia bersyukur ada Shaka yang akan selalu menjaga diri nya dan juga calon bayi mereka.

"Zura beruntung banget deh punya suami seperti mas"

"Mas juga beruntung punya istri seperti kamu" ucap Shaka sambil mencium pipi azura. "Yok kita siap-siap, kamu mau ke bakery kan?"

"Iya zura mau ngecek bakery sebentar, tapi mas lebih baik istirahat saja dirumah"

"Mas gapapa sayang, hari ini sudah ada janji dengan salah satu pasien mas" ucap Shaka sambil berjalan keluar kamar mandi dan mengambil pakaian yang sudah disiapkan oleh azura tadi di tempat tidur dan memakai nya.

"Beneran gapapa?" ucap azura sambil mengikuti Shaka dari belakang.

"Beneran ya zaujati"

di Langit IstanbulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang